Monday, November 30, 2009

[ac-i] PENERBIT KOMUNITAS BAMBU MENCARI EDITOR, MARKETING DAN PROMOSI

 

PENERBIT KOMUNITAS BAMBU MENCARI

EDITOR, MARKETING DAN PROMOSI


Komunitas Bambu, sebuah penerbitan buku ilmu pengetahuan budaya dan humaniora yang berdiri sejak tahun 1998 dan berdomisili di Depok, mengundang Anda untuk mengikuti seleksi untuk jabatan EDITOR (ED), MARKETING (MR) dan PROMOSI (PR).


Kualifikasi (ED):

  1. Memiliki perhatian dan kecintaan terhadap bacaan pengetahuan budaya dan humaniora.
  2. Berdedikasi dan punya rasa tanggung jawab tinggi, serta sanggup bekerja keras dalam tekanan secara perseorangan maupun kelompok..
  3. Menguasai dasar-dasar penyuntingan naskah (dalam bahasa Indonesia) dan program komputer yang berkait dengan penyuntingan.
  4. Mampu berbahasa Inggris lisan maupun tulisan dengan baik.


Persyaratan (ED):

  1. Sarjana S1 semua jurusan
  2. Laki-laki atau perempuan usia 22 s.d 27 tahun.
  3. Menyertakan bukti hasil TOEFL minimal 450.
  4. Menyertakan contoh tulisan dan atau karya penyuntingan.


Persyaratan (MR):

  1. Laki-laki berusia 19 – 27 tahun (Belum menikah)
  2. Lulusan SMU/sederajat
  3. Memiliki sim C dan motor (sim A lebih diutamakan)
  4. Berdomisili di depok dan sekitarnya
  5. Menguasai program Microsoft Office
  6. Rajin, cekatan, pekerja keras dan memiliki stamina yang baik
  7. Mengetahui wilayah jakarta dan sekitarnya.


Persyaratan (PR):

  1. D3/S1 semua jurusan
  2. Laki-laki atau perempuan usia 22 s.d 27 tahun
  3. Memiliki sim C dan motor
  4. Memiliki perhatian dan kecintaan terhadap bacaan pengetahuan budaya dan humaniora.
  5. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
  6. Berdedikasi dan punya rasa tanggung jawab tinggi, serta sanggup bekerja secara perseorangan maupun kelompok.


Kirimkan surat lamaran, cv, photo diri dan keterangan yang berguna untuk bahan pertimbangan diri Anda paling lambat tanggal 31 Desember 2009 ke alamat :

Komunitas Bambu
Jl. Pala No. 4 B Beji Timur, Depok, Jawa Barat 16422
Atau email ke: sdmkobam@yahoo.com



Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik.
Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang!

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] Resensi Buku SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI [Seputar Indonesia]

 


HTML clipboard

Meretas Wacana Sekularisasi

 

Resensi Buku Sekularisasi Ditinjau Kembali (Pippa Norris dan Ronald Inglehart)

Seputar Indonesia | Minggu, 29 November 2009 | Oleh Mohalli Ahmad *

 



Sejauh ini, perdebatan mutakhir sekularisasi berhenti pada pudarnya anggapan beberapa pemikir sosial tentang eksistensi agama di dunia modern. Auguste Comte, Emile Durkheim, Max Weber, Karl Marx, dan Sigmund Freud merupakan sederetan tokoh yang memprediksi agama akan segera ditinggalkan pemeluknya, khususnya dalam masyarakat industri. Namun, kenyataan agama di abad ke-20 hingga sekarang tetap eksis dan masih dibutuhkan perannya.

Bahkan ada kecenderungan untuk semakin memperkuat vitalitas agama dengan menjadikannya sebagai landasan ideologis kelompok atau gerakan sosial-politik tertentu. Pertanyaannya, benarkah anggapan yang didasarkan atas kerangka teoritis itu sepenuhnya salah? Bukankah modernisasi selalu disertai atau mengandung arti sekularisasi dan karena itu orang modern berarti sekuler?

Dua Arus Besar

Secara garis besar, formulasi perdebatan itu memunculkan dua bentuk perspektif tentang sekularisasi, yaitu teori-teori sisi permintaan (demand side theories) dan teori sisi penawaran (supply side theory).Teori pertama menyatakan bahwa ketika masyarakat terindustrialisasi, maka perilaku religius akan terkikis dan agama akan kehilangan momentumnya.

Teori ini mempercayai keniscayaan sekularisasi sebagai akibat dari modernisasi beserta elemen dasarnya, seperti industrialisasi, urbanisasi,dan rasionalisasi.Kehidupan yang dipusatkan kepada manusia (antroposentris) sebagai makhluk otonom yang berhadapan dengan realitas di luar dirinya, menggantikan pandangan hidup sebelumnya yang bersifat teosenstris. Tatanan kultural mulai bergeser ke arah struktural dengan munculnya dunia birokrasi modern dan teknologi yang bersifat rasional dan ilmiah. Akibatnya, hampir tak ada ruang di dunia ini bagi sesuatu yang supranatural dan karena itu agama secara perlahan akan memudar.

Pendukung teori ini dikomandoi secara khusus oleh Max Weber yang kemudian didukung oleh Peter Berger, David Martin, dan Brian Wilson. Demikian pula dukungan diberikan Emile Durkheim melalui pendekatan fungsionalis dalam karya The Elementary Forms of The Religious Life yang dikembangkan lebih jauh oleh teoritisi kontemporer, seperti Steve Bruce,Thomas Luckman,dan Karel Dobbelaere. Teori kedua tampil secara khusus menepis anggapan sebagaimana dalam teori pertama.

Melalui pengujian empiris terhadap kehadiran jama'ah di berbagai Gereja di Eropa, ditemukan bukti historis bahwa agama tidak sedang menuju titik pudar dan peran agama belum terkikis. Sebaliknya, vitalitas agama semakin meningkat dengan beberapa indikasi seperti fenomena fundamentalisme agama, gerakan politik keagamaan,munculnya variasi golongan, aliran, atau sekte dari beberapa agama di berbagai negara, tumbuhnya gerakan-gerakan spiritual baru dan semacamnya.

Proposisi inti dalam pendekatan sisi penawaran atau pendekatan pasar keagamaan merupakan gagasan bahwa kompetisi yang ketat di antara kelompok keagamaan memberi efek positif terhadap keterlibatan keagamaan (halaman 14). Prinsip teori ini adalah permintaan atau tuntutan terhadap agama bersifat konstan, sementara vitalitas kehidupan beragama tergantung pada penawarannya dalam pasar keagamaan.

Keamanan Eksistensial

Menjawab kebuntuan wacana teoritis itulah yang menjadi minat sekaligus obsesi dari Pippa Norris dan Ronald Inglehart sehingga berani meleburkan diri dalam proses pemikiran dan penelitian cukup panjang dan serius.Tak sia-sia, usaha itu mampu menghasilkan terobosan baru dengan kerangka teoritis yang diuji berdasarkan bukti-bukti dari survei mulai 1981- 2001,atas 80 masyarakat di seluruh dunia dan mencakup seluruh keyakinan agama.

Dan,terobosan itu adalah teori sekularisasi yang bersandar pada dua aksioma atau premis sederhana, yaitu aksioma keamanan dan aksioma tradisitradisi budaya. Keamanan yang dimaksud adalah keamanan dalam arti luas kaitannya dengan eksistensi hidup manusia. Berbagai faktor, seperti kemiskinan, keterbatasan akses terhadap kesehatan, epidemi penyakit, bencana lingkungan, peperangan, dan sebagainya merupakan beberapa contoh yang dapat mengancam keamanan manusia. Keamanan inilah yang menjadi faktor utama seseorang berorientasi sekuler.Orang atau masyarakat (berlaku baik ego-tropik maupun sosio-tropik) modern yang tingkat keamanannya tinggi, ia akan sekuler.

Sebaliknya, ia akan lebih religius bila tingkat keamanannya rendah dan tidak terjamin. Sementara itu, tradisi-tradisi budaya merupakan seluruh pandangan dunia yang muncul dari tradisi keagamaan,tetapi perlahan membentuk karakter dan budaya masyarakat. Di sini tradisi historis akan tetap mewarnai pandangan tertentu,seperti kesadaran gender, etika kerja, pandangan terhadap seks,atau demokrasi yang berbeda dengan masyarakat di negara dengan akar tradisi yang khas.

Melalui teori yang dikembangkan beserta premis dan hipotesis di dalamnya, penulis buku ini kemudian sampai pada kesimpulan tautologis. Pertama,bahwa karena keamanan manusia makin tinggi, maka hampir semua masyarakat industri maju bergerak ke arah orientasi sekuler. Kedua, karena kondisi kemiskinan, maka dunia secara keseluruhan lebih banyak ditempati orang dengan pandangan keagamaan tradisional dibanding sebelumnya.Dua konklusi ini menunjukkan bahwa modernisasi memang mengakibatkan lemahnya agama di negara yang mengalaminya.

Namun,persentase dunia yang menganggap penting agama makin meningkat. Lalu bagaimana nasib agama di dunia modern? Dengan tegas Norris dan Inglehart menjawab bahwa agama tidak akan pudar bahkan di negara sekuler sekalipun, tetapi sekularisasi akan tetap menjadi kecenderungan yang secara konsisten berhadapan dengan agama. Agama tetap eksis.

Namun, sekularisasi merupakan keniscayaan yang akan terus berlangsung bagi negara yang mengalami modernisasi. Sekularisasi ditentukan oleh keamanan eksistensial,sementara eksistensi agama oleh kondisi masyarakat 'miskin' tradisional.(*)

Mohalli Ahmad, Peneliti Himpunan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (HP2M), Indonesian Culture Academy (INCA), dan Forum Muda Paramadina.

 

__________________________________

 

DATA BUKU:
Judul : SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI
(Agama dan Politik di Dunia Dewasa Ini)
Penulis : Pippa Norris & Ronald Inglehart
Penerjemah : A. Zaim Rofiqi
Editor : Ihsan Ali-Fauzi dan Rizal Panggabean
Genre : Kajian Agama/Sosial/Demokrasi
Cetakan : I, Oktober 2009
Ukuran : 15 x 23 cm + flap 9 cm
Tebal : 392 halaman
ISBN : 978-979-3064-65-9
Harga : Rp. 69.000,-



==========================================
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21 7494032,
Fax. +62 21 74704875
www.alvabet.co.id


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] PRESS RELEASE: 'Bekas Rias di Panggung'

 

Salam Budaya!

Monolog 'Bekas Rias di Panggung' menampilkan empat aktor sepuh yang sebagian besar telah berusia di atas 60 tahun. Pementasan yang dijadwalkan mulai pukul 19.00, Rabu malam, 2 Desember 2009,  ini akan berlangsung secara berkesinambungan di dua tempat, yaitu Teater Arena dan Gedung Srimulat, Kompleks Kampung Seni, Taman Hiburan Rakyat (belakang Hi Tech Mall), Jl. Kusuma Bangsa 116 – 118 Surabaya.

Menariknya, empat aktor yang akan bermonolog ini, yaitu Multato (60 tahun), Asmika (72), Mastohir (65) dan Suliswanto (48), berasal dari basic seni pertunjukan teater yang berbeda-beda. Multato dan Asmika, misalnya, keduanya sepanjang hidupnya mendalami teater modern. Multato adalah aktor kawakan dari kelompok Sanggar Teater Nol. Sedangkan Asmika mengembangkan bakat seni perannya dari kelompok Remaja Yudha.

Sementara itu, Mastohir dan Suliswanto adalah aktor yang berangkat dari seni teater tradisi. Mastohir adalah anggota Kelompok Srimulat, pernah menjadi Sutradara di kelompok yang membesarkan nama Tarzan, Basuki, Timbul, Asmuni, dan lain sebagainya ini, di tahun 1980 hingga pertengahan 1990-an. Sedangkan Suliswanto adalah pemain Ludruk dan pernah menjadi Sutradara Ludruk RRI selama dua dasawarsa.

Di masanya, mereka adalah aktor yang pernah menjadi kebanggaan Kota Surabaya. Hingga kini, boleh dibilang, mereka adalah orang-orang yang tampaknya sudah mantap memilih jalan hidup lewat teater. Terbukti, meski sudah lama tidak memperoleh ruang tampil,  keempatnya masih selalu hadir di setiap peristiwa kebudayaan, khususnya dalam even-even pementasan teater, baik di Surabaya maupun di luar kota, walau sekadar hanya menjadi penonton.

Untuk pentas monolog 'Bekas Rias di Panggung, 2 Desember di THR nanti, mereka telah menyiapkan perannya masing-masing. Asmika (72) akan mementaskan lakon 'Subuh yang Beku', diilhami naskah Montserrat, karya Emmanuel Robbles. Sementara Mastohir  menampilkan lakon 'Jo Kasmo' yang diilhami naskah Nyanyian Angsa, karya Anton Chekov. Mul Tato akan memainkan lakon 'Maling', naskah karya Yulius Siramanual. Sedangkan Suliswanto akan memungkasinya dengan lakon karyanya sendiri yang berjudul 'Satona'.

Mereka layak diketengahkan kembali dengan format monolog seraya menakar kekuatannya berakting. Karena itu kami sangat mengharap kehadiran Anda untuk menyaksikannya. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Terselenggara berkat dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur dan Dewan Kesenian Surabaya.

Surabaya, 30 November 2009

a/n Panitia

Hanif Nashrullah


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] undangan seminar nasional budaya di Universitas Indonesia

 

Seminar Nasional Rescuing Our Culture BEM FIB UI
 
Masih lekang dalam benak tindakan klaim sepihak Malaysia terhadap beberapa kekayaan intelektualitas bangsa Indonesia. Reog Ponorogo yang di sana disebut Barongan, Batik, dan yang terakhir ini Tari Pendet tak luput dari daftar kekayaan budaya Indonesia yang diklaim oleh negara tetangga serumpun itu. Ketika tindakan klaimisasi itu terjadi, serentak rakyat bereaksi. Mengecam, mengutuk, dan mengungkit-ungkit jasa bangsa Indonesia yang telah diberikan kepada Malaysia dulu. Akan tetapi, perlahan kasus ini mendingin dan tak ada tindak lanjut yang berarti, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat yang notabene-nya adalah subjek dalam mempertahankan budaya Indonesia.
 
Jika kita melihat fenomena ini lebih jauh, siapakah yang bertanggung jawab? Apakah Malaysia mengemban kesalahan sepenuhnya karena sudah mengklaim beberapa hasil kebudayaan Indonesia? Atau sebaliknya, kesalahan terletak pada bangsa Indonesia yang tidak menjaga hasil kekayaan intelektualitasnya sehingga demikian mudahnya "dicuri" oleh bangsa lain? Semua pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara sporadis. Perlu sebuah kajian mendalam dan sistematis hingga kita bisa memastikan bahwa kita adalah pemilik sah kebudayaan itu atau sebaliknya.
 
Mahasiswa sebagai motor penggerak intelektualitas sudah seharusnya memberikan kontribusi nyata dalam menyelamatkan budaya yang menjadi identitas peradaban bangsa. Kajian dan pemikiran kritis mahasiswa adalah bentuk konkrit dalam membuka pemahaman masyarakat akan pentingnya budaya.  Tidak ada waktu untuk menunda, terlebih berleha-leha dan terlena begitu saja dengan fasilitas dan kemudahan hidup yang tersedia di depan mata. Budaya kita dalam bahaya, dan dapat "diambil" oleh siapapun kapan saja.
 
Oleh karena itu, Departemen Kajian Budaya Badan Eksekutif Mahasiswa FIB UI 2009 sebagai departemen yang memfokuskan diri pada hal-hal yang berkenaan dengan budaya merasa bertanggung jawab untuk bergerak dan melaju dalam menyelamatkan budaya bangsa ini sesuai visi departemen ini yaitu "Memberikan Ide, bukan Informasi tanpa Guna". Diperlukan langkah jelas dalam menyelami budaya bangsa, sehingga kami mengundang anda sekalian untuk hadir dalam seminar nasional Rescuing Our Culture, sekaligus peluncuran Jurnal Budaya Kohesi volume 1 sebagai manifestasi atas akumulasi kesadaran untuk memperkuat ketahanan nasional melalui kajian dan telaah ilmiah.
 
Adapun acara ini akan diselenggarakan pada
 
Hari/tanggal: Selasa, 8 Desember 2009
Waktu : 10:30 s.d 17:30 WIB
tempat : Auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia kampus baru Depok.
 
Dalam seminar ini akan ada dua sesi talkshow dengan masing-masing topik:
 
1. Persoalan Paten Budaya dan Implikasinya bagi Keutuhan Nasional.
 
pembicara:
- Hokky Situngkir (Presiden Bandung FE Institute)
- Hartojo Wignjowijoto (Chairman Lembaga Studi Kapasitas Nasional).
- Dr. Bachtiar Alam (Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia).
 
2. Prospek Pendidikan Bermuatan Lokal dalam Menjaga Budaya Bangsa.
 
pembicara:
- Prof. Muhammad Nuh (Mentri Pendidikan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II)
- Dr. Bambang Wibawarta (Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia)
- Dr. Lucia Mursitolaksmi Royanto (Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).
 
Selanjutnya rangkaian acara seminar akan ditutup dengan launching Jurnal Budaya Kohesi volume pertama yang merupakan jurnal mahasiswa pertama di FIB UI. Serta akan dilakukan pula pembagian penghargaan terhadap 12 orang kontributor tulisan dalam penyusunan jurnal yang berasal dari mahasiswa seluruh Indonesia.
 
Seminar dibuka gratis untuk mahasiswa dan pelajar seluruh Indonesia, pemerhati budaya, praktisi dunia pendidikan, dan masyarakat umum. Dapatkan pula sertifikat untuk peserta yang mengikuti seminar sampai akhir acara. Free entry and snack.
 
info lengkap dapat hubungi:
1. Nila Rahma (project Officer) 085640336342
2. Dimas Prasetyo  (Sekertaris Umum) 021 23745370
3. Wahyu Awaludin (Public Relation) 085697910069
 
atau kunjungi website kami di http://www.kohesi.org

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

Sunday, November 29, 2009

[ac-i] Erasmus Huis, two jazz concerts 5 and 6 december [1 Attachment]

 
[Attachment(s) from Peters, Paul included below]

please spread the word!


 

 


From  Paul Peters
Director of Erasmus Huis  
Also on behalf of  Patrick Perez, Director CCF Jakarta 
__,  
 
   
Mini-jazz festival at Erasmus Huis
Saturday 5 December 19.30 Jean My Truong Quartet
Sunday 6 December 15.00 Dutch gipsy jazz band Pigalle 44
 
 

 

Jean My Truong est un talentueux batteur compositeur qui a joué avec des musiciens de renommée internationale, dont le violoniste Didier Lockwood, les pianistes Joachim Kühn, Jacky Byard, MAL Waldron, la chanteuse brésilienne Tania Maria, les guitaristes Jean Marie Ecay, Bireli Lagrène, Christian Escoudé, et le trompettiste américain Bobby.

Apprécié pour la diversité de son répertoire, il a également joué avec Khaled, Alain Bashung ou encore le groupe Indochine avec lequel il est parti en tournée mondiale.

Comme l'a prouvé son dernier album, Mémoire du futur, il se plait à combiner une musique mélodique très accessible, à des constructions très sophistiquées. A sa créativité s'allie la grande subtilité de son jeu, pour une musique d'une grande originalité, très attachante.

Il sera accompagné par les très brillants musiciens de son quartet : Irving Acao au saxophone, leandro Aconcha au piano et Pascal Sarton à la guitare.

 

Jean My Truong adalah komposer-drummer berbakat yang pernah bermain dengan musisi kelas internasional seperti pemain biola Didier Lockwood, pianis Joachim Kühn, Jacky Byard dan MAL Waldron, penyanyi asal Brasil Tania Maria, pemain gitar Jean Marie Ecay, Bireli Lagrène dan Christian Escoudé serta pemain trompet asal Amerika Bobby.

Repertoar yang sangat luas menjadi salah satu ciri khasnya dan ia pun pernah bermain dengan Khaled, Alain Bashung bahkan mengikuti tur keliling dunia bersama grup Indochine.

Album terbarunya, Mémoire du futur, membuktikan betapa kreatifnya musisi yang memiliki kemampuan untuk memadukan musik berirama sederhana hingga nada-nada yang lebih rumit. Selain itu, permainan musiknya juga sangat kaya, orisinil dan menyentuh.

Jean My Truong akan tampil bersama musisi quartetnya yang luar biasa : Irving Acao (saksofon), leandro Aconcha (piano) dan Pascal Sarton (gitar).

 

  

 

 

Pigalle44 dibentuk oleh gitaris Reinier Voet dan Jan Brouwer. Selama bertahun-tahun, keduanya bermain gaya gypsy jazz, sebagai pimpinan band mereka sendiri maupun sebagai pengiring berbagai gitaris ternama.

Reinier Voet lulus dari Royal Conservatory di Den Haag sebagai gitaris jazz dan aktif sebagai gitaris selama 25 tahun ini. Bersama Jan Brouwer dan pemain bas Jet Stevens, Reinier menjadi inti band mereka.

 

Saat ini, Pigalle44 telah merilis album mereka yang pertama 'Our Gypsy Rhapsody' pada tahun 2000. Dalam repertoir ini ada karya dengan bergaya Django klasik seperti Douce Ambiance, I can't give you anything but love dan beberapa karya komposisi Reinier Voet.

 

 

Just Jazz Guitar Magazine (USA)

Reinier Voet adalah seorang pemain jazz yang murni dan sederhana. Dilihat dari pilihan gitarnya, Reinier memang banyak dipengaruhi oleh Django Reinhardt dan Henri Crolla, tetapi Reinier adalah seorang musikus jebolan konservatorium yang berbakat dan komposer yang produktif. "Dia mungkin saja banyak dipengaruhi oleh sekolah gypsy tetapi yakin pada seninya dan yakin pada dirinya, ia adalah seorang pemusik jazz dan tampil dengan sangat baik." Ted Gottsegen

 

Jazz Hot (France)

Reinier, yang dengan gayanya sendiri mengiramakan swing manouche dan membawakan karyanya, saat ini menjadi bagian dari dunia musik Jazz Manouche yang susah untuk dilupakan. Michel Bedin.

 

Line up : Reinier Voet (gitar solo), Hermine Deurloo (harmonika), Jan Brouwer (gitar rhythm), Jet Stevens (kontra bas)


   

Pigalle44 was founded by the guitarists Reinier Voet and Jan Brouwer. For years both played Gypsy Jazz, as leaders of their own band and accompanying various top guitarists.

Reinier Voet graduated as a jazz guitarist from the Royal Conservatory in The Hague, The Netherlands, and he has been active as a guitarist for the past 25 years. Together with rhythm guitarist Jan Brouwer and bass player Jet Stevens, Reinier is the core of the band.

 

Pigalle44 has launched its debut CD "Our Gypsy Rhapsody" in 2000. Its repertoire included 'Django style classics' such as Douce Ambiance, I Can't Give You Anything but Love and other compositions by Reinier Voet.

 

Just Jazz Guitar Magazine (USA)

Reinier Voet is a jazzman, pure and simple. Yes, he is influenced by Django Reinhardt and Henri Crolla - thus his choice of guitar - but Reinier is a conservatory-trained musician and a prolific composer. "He may be influenced by the Gypsy Jazz School, but he is a jazz musician true at heart and plays it extremely well," said Ted Gottsegen.

 

Jazz Hot (France)

"Reinier, who in his own style revisits the standards of the swing manouche and creates his own compositions is by now a part of the musical world of Jazz Manouche that is hard to miss," according to Michel Bedin.

 

Line up : Reinier Voet, solo guitar, Hermine Deurloo, harmonica, Jan Brouwer, rhythm guitar, Jet Stevens, contrabas

dn

 =============================================================================================================== 
+62 21 5241069
Emailadres kerasmushuis@minbuza.nl

 

 

 


Help save paper! Do you really need to print this email?

.


Help save paper! Do you really need to print this email?

Dit bericht kan informatie bevatten die niet voor u is bestemd. Indien u niet de geadresseerde bent of dit bericht abusievelijk aan u is toegezonden, wordt u verzocht dat aan de afzender te melden en het bericht te verwijderen. De Staat aanvaardt geen aansprakelijkheid voor schade, van welke aard ook, die verband houdt met risico's verbonden aan het elektronisch verzenden van berichten.

This message may contain information that is not intended for you. If you are not the addressee or if this message was sent to you by mistake, you are requested to inform the sender and delete the message. The State accepts no liability for damage of any kind resulting from the risks inherent in the electronic transmission of messages.

__._,_.___

Attachment(s) from Peters, Paul

1 of 1 Photo(s)

blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___