Hudanosch Hudan at 1:20pm July 2
suatu ketika di hotel bintang lima di johor bahru malaysia. siang hari dan saya melihat kritikus budi darma turun bergegas dari tangga yang meletak melingkar di hotel itu.
dari jauh aku sudah senyum sendiri, dia yang berwibawa dengan wajah cerdas yang simpatik, menyandang tas pembagian panita. tas hitam sandang.
tak ada yang aneh kecuali tali yang menjuntai yang dikebat di pegangan tas hitam itu. ah masa tas keren itu harus dibebat dengan tali rapia yang menjuntai, kataku sambil tak dapt menahan gelak.
kami berpapasan dan aku bilang sambil tersenyum, tapi apa ini pak, kataku. budi darma tetap dengan wajah serius tapi tak risih seolah wajar saja, iya hudan ini agar tas saya tidak tertukar.
oh begitu rupanya. kubayangkan naskah naskah dalam tas. namanya juga tas seniman.
pengarang novel olenka yang entah tanggal berapa akan diskusikan novel nya olenka dengan maman s mahayana di pamerena di jakarta itu pun berlalu. aku pun berlalu. kami masuk ke kelas diskusi.
di sana budi darma lancar penuh wibawa membentangkan pikiran pikirannya. saya terpesona. kagum. orang ini memang cerdas, kata saya dalam hati. pandangan pandangannya lugas, dan bening. runtun.
itulah awal saya menulis, tahun 90 an lah. saya berpikir dalam hati suatu ketika kelak saya pun akan punya kesempatan membentangkan pikiran saya sendiri. di negeri orang lain juga seperti pak budi darma.
dan itulah anehnya hidup: sering apa yang kita idamkan kita capai. benar. puluhan tahun kemudian saya pun diundang oleh pihak malaysia, yang budi darma pun pernah juga menjadi pembicara utama. dalam seminar bandingan pengarang nusantara itu.
di forum utama malam itu, saya senang, karena kerja keras saya pun ada hasilnya. bukan terutama kita ingin dipuji itu benar. tapi sebuah upaya yang diganjar adalah sepantasnya pula.
di sanalah dato ahmad khamal abdullah, penyair top malaysia yang sekelas sutardji calzoum bahcri di negeri kita ini, dengan tenang, penuh kepercayaan diri (beliau itu doktor)
berkata di depan hadirin di ruang utama dewan bahasa dan pusat bahasa di malaysia itu.
kita lupakan dulu rendra, goenawan mohamad, budi darma, atau taufiq ismail, malam ini kita akan mendengar tokoh baru dalam sastra indonesia. dan sambil menyebut nama hh dia menyelipkan kata kata: kami mengundang anda berbicara seterbuka mungkin di sini. sebebas mungkin di sini.
begitulah saya naik maju ke mimbar setelah pengarang sastrawan negara a samad said turun dari podium dan duduk kembali di kursi di samping saya dengan ibu doktor dari singapura itu.
saya pun maju dan laju bahasa dalam diri saya tak tercegah lagi. bla bla bla tapi bukan itu soalnya.
soalnya adalah soal tali rapia di novelis dan esais budi darma itu.
besoknya saya jumpai lagi pengarang tenar ini dan kini di tas hitamnya itu sudah terbebat dua tali rapia dengan panjang menjuntai yang sama.
saya melihatnya dan kembali kami berpapasan. saya senyum tapi tak menanyakan soal tali rapia itu lagi.
he he he
hudan hidayat
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment