Salam Budaya! Halte Sastra Dewan Kesenian Surabaya (DKS) II menampilkan dua penyair muda, yaitu Timur Budi Raja (Bangkalan) dan Dody Kristianto (Sidoarjo). Ajang pertemuan penyair muda ini akan berlangsung pada Sabtu malam, 8 Agustus 2009, mulai pukul 19.00 – 22.00, di Galeri Surabaya, Kompleks Balai Pemuda, Jl. Gubernur Suryo 15 Surabaya. Dijadwalkan akan turut tampil bintang tamu Ndindy Indiaty. Aktris senior Teater Bengkel Muda Surabaya ini akan membacakan cerpen berjudul 'Katakan pada Suatu Hari Minggu' karya Sirikit Syah. Kira-kira dua tahun yang lalu, Ndindy pernah membawakan cerpen ini secara Monolog di Galeri Surabaya yang disutradarai oleh Rusdi Zaki. Baik Rusdi Zaki dan Sirikit Syah juga dijadwalkan hadir pada Halte Sastra DKS yang telah berlangsung untuk kedua kalinya ini. Adapun Halte Sastra Dewan Kesenian Surabaya sebenarnya terinspirasi dari kegiatan serupa yang pernah digelar di tahun 1990-an. Pada masa itu kesustraan di Surabaya dan sekitarnya mengalami kemajuan pesat. Banyak muncul sastrawan bertalenta tinggi dengan beragam eksplorasi karya. Tercatat di era itu lahir Saiful Hadjar, Arif Bagus Prasetyo, Mardi Luhung, S. Jai, Leres Budi Santoso, W. Haryanto, Sony Karsono, Riadi Ngasiran, Tjahjono Widarmanto, Tjahjono Widijanto, Rusdi Zaki, Zainuri, Budi Palopo, Tengsoe Tjahyono, R Giryadi, Bonari Nabonenar, Ratna Indraswari Ibrahim, Sirikit Syah, Shoim Anwar, Djoko Prakosa, Widodo Basuki, S. Yoga, dan sebagainya. Seiring berkembangnya waktu, menyusul generasi baru sastrawan di Surabaya mulai bermunculan. Tercatat nama-nama seperti Indra Tjahyadi, Mashuri, F. Aziz Manna, Muhammad Aris, Imam Muhtarom, Deni Try Aryanti, Sinta Yudisia dan Lan Fang. Mereka eksis tak lain karena ditunjang oleh dukungan berbagai lembaga kesenian. Misalnya Dewan Kesenian Surabaya, Kelompok Seni Rupa Bermain, Bengkel Muda Surabaya, berbagai komunitas kesenian di kampus, dan lain sebagainya. Keberadaan media massa juga turut memberi andil bagi proses kreatif sastrawan. Tercatat ada beberapa media di Surabaya yang menyediakan ruang sastra bagi sastrawan lokal di masa itu. Misalnya Surabaya Post, Karya Darma, Jawa Pos, Mimbar Pembangunan Agama, "Kayu Roya" Memorandum, Majalah Kidung, Bende, Buletin DKS. Tak mau kalah dari generasi sebelumnya, di era sekarang, yang sampai saat ini masih berproses, muncul pula sastrawan-sastrawan yang lebih muda. Ada nama-nama seperti A. Muttaqien, Ahmad Faisal, Dheny Jatmiko, Didik Wahyudi, Alex Subairi, Kukuh Yudha Karnanta, Arif Djunianto, Dodi Kristanto, Umar Fauzi, Winarti, Nisa Ayu Amelia, Siti Fatimah, Aziz, Timur Budi Raja, M Fauzi, Benazir Nafilah, Andreas Wicaksono, Paul Javed Syatha, Dadang Ari, Fahrudin Nasrullah, Nurel, dan masih banyak lagi. Bedanya, keberadaan kolom esai sastra di media massa kini tidak berperan maksimal seperti dulu lagi khususnya dalam hal membangun kritik atau apresiasi sastra secara sehat. Juga tak ada lagi ruang publik yang menggelar diskusi sastra secara ajeg. Padahal ruang diskusilah yang kerap menelorkan kritik dan apresiasi karya sastra. Surabaya, 7 Agustus 2009 a/n Dewan Kesenian Surabaya Hanif Nashrullah |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment