Membuat isyu untuk mengadu domba antara Aidit dan Nyoto masih akan
berlanjut. Hal itu dilakukan oleh musuh-musuh PKI dan juga oleh bekas
sahabat-sahabar PKI yang serong, musuh-musuh PKI dalam selimut dan tentu
saja kaum Oporkaki (Oportunis kiri-kanan PKI). Mereka dengan leluasa bikin
cerita-cerita sensasionil, isapan jempol yang mereka karang sendiri tentang
hal yang sudah berlalu lebih dari empat puluh tahun lalu tanpa memikirkan
perbuatan mereka yang menipu dan memanipulasi cerita-cerita bohong dan
menjadikannya tulisan yang bersifat sensasionil yang biasanya laku untuk
konsumsi koran-koran dan majalah mereka. dari
wawancara-wawancara
hasil wawancara itu lalu dipelintir lagi agar kadar sensasinya lebih
kental untuk lebih menarik pembaca. Teman saya almarhum Agam Wispi pernah
diperas tapi juga diberi kontraprestasi agar bicara banyak tentang Nyoto.
Hal itu dia lakukan tapi konraprestasi yang dia dapat tidak selengkap
seperti yang dia harapkan. Kumpulan karya puisinya hingga sekarang belum ada
yang mau menerbitkan. Tapi omongannya yang ngawur tentang Nyoto suduh di
kantong orang lain yangi itu membuat riwayat hidupnya menjadi punya banyak
problim. Itu baru sebuah contoh kecil yang saya saksikan dari dekat dan
langsung. Riwayat PKI akan masih lama dikomersialisasikan
oleh
para pelacur politik yang dari dalam PKI sendiri maupun yang dari
musuh-musuh PKI. Dan inilah yang dimaksudkan mereka sebagai "SEJARAH"
bangsa Indonesia oleh
para ahli sejarah amatiran maupun professional sebagai kegiatan bisnis
mereka untuk cari makan ( koran atau majalah atau penerbit, kalau tidak
laku atau karena suatu hal tiba-tiba ditutup atau dibredel tentu banyak anak
buahnya yang kehilangan sumber nafkah).
Njoto memang pernah terlibat dalam pelanggaran disiplin Partai karna soal
perempuan Rusia. Saya sendiri kenal perempuan itu meskipun tidak rapat dan
memang perempuan itu termausk perempuan yang punya reputasi tidak baik, dia
seorang penterjemah yang cukup cantik dan sexy dan punya hubungan dengan
para
lelaki yang tidak sedikit. PKI dan pimpinan PKI sebelumnya telah memecat
pelukis Soedjojono dan lalu A.S. Dharta yang juga karena perempuan(ngerebut
istri orang lain )PKI bukan Partai moralis atau Partai agama tapi juga tidak
berarti PKI Partai yang
tidak punya moral di mana boleh memberikan tempat bagi anggotanya yang
hedonis
atau Don Juan atau sejenis Casanova. Demikian pula Njoyo sebagai salah satu
pimpinan tertinggi dalam Partai bila dia terlibat dalam skandal perempuan
diapun tidak diberi keistimewaan mendapatkan impunitas dari Partai. Tapi itu
tidak berarti bahwa antara Nyoto dan Aidit telah terjadi perpecahan. Njoto
menerima semua tindakan disiplin dari Partai dan itu memang tidak bisa lain
karena PKI bukan Partai anarkis atau Partai Liberal apalagi Partai KKN.Tapi
peristiwa itu cepat dieksploitasi oleh musuh-mush PKI terutama oleh musuh
dalam selimut dan sahabat-sahabat PKI yang serong dan tentu saja
dikembangkan dan digelembungkan lebih lanjut oleh musuh-musuh PKI yang
paling senior
bekerja sama denga kaum Oporkaki yang menggunaka kesempatan untuk balas
dendam. Dan rupanya hingga saat ini penggelembunga itu masih saja dilakukan
demi tujuan politik, bisnis, hingga fitnah.
Joesoef Isak yang dikabarkan meninggal secara mendadak beberapa jam
sesudah
mengadakan wawancara di mjalah /koran TEMPO adalah juga sehubungan dengan
pengetahuan dan pengenalannya dari dekat dengan Nyoto. Joesoef Isak sudah
tidak bisa lagi mengontrol dan membaca bagaimana wawancara yang
diberikannhya pada TEMPO karena dia sudah keburu meninggal dunia.Saya juga
punya hubungan surat menyurat dengan Joesoef Isak sebelum dia menionggal dan
saya tahu perasaan dan pikiran Joesoef Isak dan dia memang banyak
mengetahui tentang intern para pimpinan tertinggi PKI. Yang
penting-penting yang dia tulis masih saya simpan sehingga kalau perkataan
Joesoef Isak akan diselewengkan oleh siapapun mengenai para pimpinan PKI
bisa
saya kontrol kebenarannya karena telah terdokumentasi dalam surat-suratnya
kepada saya. Saya percaya dan menghormati Joesoef Isak karena dia manusia
yang jujur. Dia tahu tokoh tokoh Oporkaki dalam PKI tapi dia tidak pernah
mau membukanya kepada orang lain dan katanya dia akan bersikap diam hingga
ahir sambil menjaga dirinya tetap bersih. Sayapun tidak akan membuka
raahasia yang dpercayakan Joesoef Isak kepada saya
bila tidak ekstrim atau mutlak perlu.
Para musuh PKI dan kaum Oporkaki berpesta pora di atas kuburan PKI dengan
sukacitanya dan membual dan mendongeng sesuka hatinya tentang PKI. Mereka
tidak akan pernah tahu bahwa rahasia yang sesungguhnya dari PKI tak akan
pernah mereka ketahui dan mereka tidak akan pernah tahu bahwa anggota
anggota PKI yang baik dan setia banyak yang masih hidup dan mereka tidak
berpangku tangam seperti yang disangka banyak orang.Fitnah dan kebohongan
suharto pasti akan terkuak jelas mekipun kita tidak bisa mengetahuinya
bila hal itu akan terjadi.
asahan.
----- Original Message -----
From: "HKSIS" <SADAR@netvigator.
To: "HKSIS" <HKSIS@yahoogroups.
Sent: Wednesday, October 07, 2009 4:44 PM
Subject: #sastra-pembebasan# Njoto, Soekarnoisme dan Perempuan Rusia
Soekarnoisme dan Perempuan Rusia
Bung Karno menganggap Njoto tak seperti tokoh Partai Komunis Indonesia yang
lain. Terpikat kesamaan ideologi.
DI Istana Tampaksiring, Bali, Presiden Soekarno tampak gelisah. Njoto,
menteri negara yang menjadi penulis pidato Presiden, tak ketahuan berada di
mana. Padahal upacara kenegaraan 17 Agustus 1965 tinggal sepekan.
Njoto, yang juga Wakil Ketua II Comite Central Partai Komunis Indonesia,
adalah penulis andalan si Bung untuk pidato-pidatonya yang membakar itu. Dua
penulis lain-Soebandrio dan Ruslan Abdoelgani sejak 1960 mulai jarang
dipakai.
"Bung Karno merasa pemikirannya cocok dengan Njoto," kata Joesoef Isak,
sahabat Njoto sekaligus teman dekat Bung Karno, sehari sebelum wafat,
pertengahan Agustus lalu. Wakil Perdana Menteri Soebandrio kemudian memberi
tahu Bung Karno, Njoto sedang di Amsterdam, Belanda, bersama Joesoef,
menegosiasi pembelian pesawat terbang Fokker.
Setelah berkeliling Afrika, karena Konferensi Asia Afrika ke-2 batal di
Aljazair akibat kudeta di negeri itu, Njoto ngelencer ke Belanda, lalu ke
Rusia, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Partai Komunis. Njoto
segera pulang begitu menerima kawat bahwa Presiden mencarinya. Padahal di
Moskow ia sedang melawat bersama Ketua PKI Dipa Nusantara Aidit.
Menjelang akhir kekuasaannya itu, hubungan Soekarno dan Njoto memang
terbilang rapat dan unik. Bung Karno adalah pendiri Partai Nasional
Indonesia yang pamornya sedang meredup, sementara PKI sedang berjaya di
seluruh negeri. Dan Njoto, 38 tahun, adalah tokohnya yang paling mencorong.
Menurut Joesoef, keduanya saling mengagumi, saling menyukai. Bung Karno
menyukai Njoto karena ia satu-satunya pentolan PKI yang "liberal",
pragmatis, dan tak dogmatis. Selain selalu tampil rapi dan dandy, menteri
negara ini menyukai musik klasik, jazz, bisa memainkan hampir semua alat
musik, menulis, serta menyukai puisi dan seni rupa.
Kedekatan itu tak hanya dalam urusan kerja, tapi menyangkut hal-hal pribadi.
Menurut kolega Njoto di Harian Rakjat, Bung Karno memanggil laki-laki yang
terpaut usia 26 tahun itu dengan sebutan "Dik". "Ini panggilan tak lazim di
kalangan pejabat dan aktivis politik waktu itu," katanya. "Umumnya sesama
pejabat memanggil 'Bung'."
Njoto sering terlihat dalam pesta lenso yang digelar di Istana Negara.
Sehabis upacara-upacara resmi, Bung Karno biasanya menggelar pesta dengan
mengundang penyanyi top Ibu Kota macam Titiek Puspa, Rima Melati, atau
Suzanna.
Setelah tamu negara pulang, pasukan Cakrabirawa dengan sigap menyiapkan
"panggung hiburan". Para pejabat negara, wartawan, atau siapa pun yang hadir
bergiliran menyanyi dan menari. Njoto tak pernah ketinggalan menyumbang
suara.
Suatu ketika, menurut sumber Tempo, "Dik Njoto" naik panggung dan siap
menyumbangkan suara, Bung Karno menghampiri lalu merapikan kerah jas Njoto
yang terlipat. "Seperti itulah hubungan mereka, dekat sekali."
Selain sama-sama doyan pesta, Njoto orator ulung seperti Bung Karno. Sabar
Anantaguna, teman SMP Njoto di Solo, Jawa Tengah, bersaksi bahwa sejak
remaja laki-laki berkacamata ini jagoan podium. "Kalau berpidato, dia
seperti dalang, semua orang terpukau," katanya.
Sama seperti Soekarno, Njoto juga menguasai beberapa bahasa asing dan
puluhan bahasa daerah. Ia juga penerjemah Marxisme yang mumpuni. Bung Karno
pernah menjuluki Njoto "Marhaenis sejati" merujuk pada ideologi kerakyatan
yang dicetuskan Soekarno.
Sebaliknya, Njoto adalah orang pertama yang menelurkan istilah
"Soekarnoisme"
pada April 1964 itu kemudian dipakai oleh kawan sekaligus musuh Bung Karno.
Kelompok anti-PKI malah mendirikan Badan Pendukung Soekarnoisme pada
September 1964.
Mereka khawatir panglima tertinggi itu makin jatuh ke pelukan PKI, apalagi
Bung Karno sudah mencetuskan poros Nasionalisme, Agama, dan Komunisme
(Nasakom), sebagai asas front persatuan nasional. Sebaliknya, kubu PKI
terutama D.N. Aidit-menyangka Njoto telah dipakai Soekarno untuk menggembosi
PKI.
Njoto dianggap berkhianat dengan membuat istilah baru dalam wacana ideologi.
Sebab, bagaimanapun, asas PKI adalah Marxisme-Leninisme. Soekarnoisme
dianggap lema baru yang bisa merongrong komunisme.
Dan Njoto memang serius dengan istilah barunya itu. Menurut sumber Tempo,
pemimpin umum koran PKI itu menganggap Marxisme terlalu asing bagi petani
dan borjuis kecil yang ingin digarap PKI menjadi basis massa ideologinya.
"Sedangkan Soekarnoisme itu lebih jelas, dan orangnya juga masih hidup."
Sikap Njoto inilah, antara lain, yang membuat para pemimpin PKI hilang
kepercayaan kepadanya. Aidit sampai menerbitkan harian Kebudajaan Baru
sebagai "pesaing" Harian Rakjat, sebab memecat Njoto sebagai pemimpin Harian
Rakjat akan membuat konflik menjadi terbuka dan sama sekali tak akan
menguntungkan PKI.
Aidit akhirnya melepaskan Njoto dari jabatan Ketua Departemen Agitasi dan
Propaganda PKI. Tapi, menurut Joesoef Isak, alasan utama skorsing itu adalah
urusan perempuan. Waktu itu Njoto dituding terlibat hubungan gelap dengan
seorang perempuan Rusia. Aidit memaksa Njoto memutuskan cinta terlarang itu.
PKI memang tegas dalam soal ini. Aidit, yang antipoligami, mengeluarkan
aturan menerapkan skorsing bagi siapa saja yang ketahuan berselingkuh.
Menurut almarhum Oey Hay Djoen, anggota DPR dari PKI, waktu itu banyak
anggota yang kena skorsing akibat ketahuan menjalin affair dengan perempuan
bersuami.
Menurut sumber Tempo, "skorsing" inilah yang mendorong Bung Karno meminta
Njoto mendirikan partai baru, dengan nama sementara "Partai Rakyat
Indonesia" dengan asas Soekarnoisme. Bung Karno menganggap Soekarnoisme
adalah penyempurnaan Marhaenisme. Tapi ide itu tak pernah kesampaian karena
polemik kedua kubu keburu pecah.
Badan Pendukung Soekarnoisme menyerang sikap Njoto dan PKI di Harian Merdeka
milik B.M. Diah. Njoto menangkisnya di Harian Rakjat. Berhari-hari polemik
itu ramai, meruncing hampir berujung bentrokan. Bung Karno akhirnya turun
tangan dengan melarang pemakaian istilah Soekarnoisme dalam polemik.
Tapi hubungan Soekarno Njoto tetap ketat hingga senja kala kekuasaan
"Pemimpin Besar Revolusi" itu. Puncaknya adalah malam 30 September 1965,
ketika Tanah Air menyaksikan perubahan nasib dan arah sejarah zaman yang
bergolak.
http://majalah.
[Non-text portions of this message have been removed]
------------
____________
SASTRA-PEMBEBASAN, wacana sukasamasuka sastrakitakitaYahoo
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment