Undangan Junghuhn seminar dan pameran | |
meneliti - mengukur - berkelahiPameran sehubungan dengan 200 tahun Franz Wilhelm Junghuhn, seorang peneliti di pulau Jawa (1809-1864)Pameran di Erasmus Huis Jakarta (bekerjasama dengan Goethe Institut): 18.11.2009-10. „Tidak semua yang telah lewat berharga untuk di abadikan di spiritus atau perkamen; jadi apa ukuran berharga atau tidaknya sesuatu? Semua, yang tidak pernah kehilangan efeknya sampai sekarang, itu berharga.“ (Nietzsche) Bagi penduduknya dan para pelancong dari luar negeri, pulau Jawa merupakan pulau terindah di bumi ini dan hampir tak ada yang begitu mengenal dan mencintai pulau ini seperti Franz Wilhelm Junghuhn, seorang keturunan Jerman-Belanda. 19 tahun dia mengabdikan hidupnya untuk penelitian. Hasilnya ialah sebuah buku dengan ribuan halaman „lukisan alam“ Jawa yang sangat lengkap dalam kata dan gambar. Ditambah lagi tulisannya mengei tanah Batak bagian Selatan di Sumatra, yang pertama kali dia teliti. Sebagian dari pengetahuan Junghuhns mungkin sudah lama lewat – tetapi sebagiannya justru menjadi petunjuk jalan. Para pelindung alam Indonesia bisa menyebutnya sebagai seorang yang sudah memberi peringatan awal mengenai bencana ekologi yang terjadi di Indonesia. Dengan memilih tempat-tempat yang cocok untuk ditanami pohon Kina dia telah menyiapkan sejarah keberhasilan besar perkebunan Kina di Jawa. Dan geografi tanaman di pulau Jawa yang pernah dibuatnya sampai sekarang masih berlaku. Yang paling membedakan Junghuhn dengan rekan-rekan lainnya ialah kepandaiannya menggambarkan alam. Setelah 200 tahun berlalu sejak Junghuhn lahir, pameran dan simposium ini kiranya tidak hanya mengingatkan kita akan kebesarannya sebagai seorang ilmuwan yang penting, tetapi acara ini juga diharapkan, kita masih mau menyibukan diri dengannya. Adalah berguna, mengikuti jejaknya! Pembukaan pameran hari rabu 18 november 2009, 19:30, di Erasmus Huis Jakarta. Short lecture by heritage expert Mr. Cor Passchier. researching - measuring - arguingAn exhibition on the occasion of the bicentenary of Franz Wilhelm Junghuhn, explorer of the island of Java (1809-1864)Exhibition at Erasmus Huis Jakarta (in cooperation with Goethe Institut): 18 November 2009 until 10 January 2010 kultur@jakarta.
“Not all which is past is worth preserving in alcohol or on parchment; but how is worth measured? All that which has not yet lost its efficacy, deserves to live.” (Nietzsche) The island of Java is for its inhabitants and for many foreign travellers the most beautiful on earth – and few have known it as well and loved it as much as the Dutch-German Franz Wilhelm Junghuhn. He dedicated nineteen years of his life to its exploration. The result was a book of several thousand pages, a portrait of Java in words and pictures. Added to this was his description of the southern Bataklands of Sumatra, which he was the first to thoroughly explore. Some of his discoveries may have long since become obsolete – others however have proven to be trail blazers. Indonesian environmentalists can point to him and his early warnings of ecological catastrophe. With his choice of appropriate locations for the planting of cinchona trees he prepared the way for the great success story of Javanese quinine. And his plant geography (phytogeography) of Java is still valid today. But it is his masterful descriptions of nature which distinguish Junghuhn from most his colleagues. May this exhibition, 200 years after Junghuhn’s birth, be not only a memorial to an important scientist, but also an inspiration to learn about and from him. His is a path is worth following. Opening exhibition Wednesday 18 november 2009, 19:30, di Erasmus Huis Jakarta. Short lecture by heritage expert Mr. Cor Passchier. | |
| |
| |
Help save paper! Do you really need to print this email?
Dit bericht kan informatie bevatten die niet voor u is bestemd. Indien u niet de geadresseerde bent of dit bericht abusievelijk aan u is toegezonden, wordt u verzocht dat aan de afzender te melden en het bericht te verwijderen. De Staat aanvaardt geen aansprakelijkheid voor schade, van welke aard ook, die verband houdt met risico's verbonden aan het elektronisch verzenden van berichten.
This message may contain information that is not intended for you. If you are not the addressee or if this message was sent to you by mistake, you are requested to inform the sender and delete the message. The State accepts no liability for damage of any kind resulting from the risks inherent in the electronic transmission of messages.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment