Seni Teku dalam Mimbar Teater Indonesia Di tahun 2010 ini Seni Teku lolos kurasi dari dewan kurator Mimbar Teater Indonesia (MTI) untuk mempertunjukkan karyanya di event tersebut. Dalam MTI yang digelar di Solo ini, Seni Teku membawakan garapan berjudul Awas (sapa wani-wanine ngising ning kene) yang merupakan sebuah versi dari lakon Awas karya Putu Wijaya. MTI merupakan sebuah event teater tahunan yang diselenggarakan Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta, yang mempertunjukkan dan mewacanakan berbagai proses kreatif para seniman teater Indonesia mutakhir. MTI pertama dilaksanakan pada 25-30 Oktober 2009. Sedangkan MTI kedua kali ini dilaksanakan pada 4-10 Oktober 2010, dengan memilih tema mengangkat naskah-naskah karya Putu Wijaya. Kisah Perang Saudara Lakon Awas yang ditulis oleh Putu Wijaya berkisah tentang sebuah keluarga dengan banyak sekali anak, hingga orangtuanya tak tahu jumlah, apalagi nama-nama mereka. Sedang sang ibu terus saja bunting, sang ayah tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan kelahiran anak-anak itu. Sedang di sisi lain ada tokoh Mbah yang terus mendorong anak-anak itu untuk berperang, memperjuangkan sesuatu, yaitu batu suci sebagai simbol perdamaian yang pada suatu ketika dinodai oleh bau busuk. Namun sebenarnya, bau busuk itu berasal dari Mbah sendiri yang berak di atas batu suci. Tak ada yang mengetahuinya. Anak-anak terus saja berperang. Di sana mereka saling berebut kuasa, hingga saling bunuh. Perang saudara tak terelakkan. Bahkan bapak dan ibu mereka pun hendak mereka bunuh karena menghalangi hasrat mereka. Ini adalah perang yang tak berkesudahan. Oleh Seni Teku, lakon ini dipadatkan dan diadaptasi pada beberapa bagian, sehingga mengalami beberapa perubahan bentuk dan cara pengucapan dari yang disarankan oleh teks lakon aslinya. Penambahan subjudul "sapa wani-wanine ngising ning kene" merupakan suatu penanda akan adanya pengubahan tersebut. Sebuah Pertunjukan "Open Space" Awas (sapa wani-wanine ngising ning kene) dipertunjukkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, Jawa, Madura dan Melayu-Jambi. Pertunjukan digelar di luar gedung atau ruang terbuka (open space). Pertunjukan open space merupakan sebuah tawaran alternatif dari Seni Teku, di mana ruang terbuka yang telah terbentuk sedemikian rupa direspon secara kreatif dengan siasat artistik tertentu, sehingga berbagai unsur natural dan arsitektural yang dimiliki oleh ruang mampu menyatu dengan pertunjukan. Penonton dalam pertunjukan semacam ini diberikan kebebasan untuk memilih sudut pandang mereka, dan dapat menikmati pertunjukan dengan suasana yang lebih santai, tidak kaku dan formal sebagaimana menyaksikan pertunjukan dalam gedung. Dengan demikian, pertunjukan dapat menyatu dengan penonton, menciptakan suatu peristiwa bersama yang estetis. Awak Artistik Pelaku: Pranorca Reindra, Marya Yulita Sari, Andika Ananda, Mochalmad Jibna, Riski P. Sari, Penata Panggung: Miftakul Efendi, Penata Cahaya: Agus Salim Bureg, Penata Bunyi: Lintang Radittya, Manajer Panggung: Febrian Eko Mulyono, Produksi: Dina Triastuti, Wahyu Kustiningsih, Dokumentasi: Ary Gunawan, Herlambang Titis Y., Sutradara: Ibed Surgana Yuga. Tentang Seni Teku Seni Teku merupakan komunitas seni yang berdomisili di Yogyakarta, didirikan pada 1 Maret 2005. Aktivitas utama Seni Teku adalah menciptakan seni pertunjukan, dengan mengutamakan eksplorasi terhadap berbagai aspek dan bentuk folklor dan sastra klasik dari berbagai wilayah budaya tradisi yang ada. Seni pertunjukan yang tercipta dikomunikasikan kepada penonton dengan meminimalkan atau melenyapkan jarak antara pertunjukan dengan penonton. Beberapa karya Seni Teku: Nama-nama yang Anonim (sebuah monoplay) (Jembrana-Bali, 2005), Dongeng (yang Tak Pernah Diceritakan) Rare Angon dan Lubangkuri [sebuah prolog] (Jawa Timur [Jombang, Malang], Bali [Jembrana, Singaraja, Denpasar], 2006), Dongeng (yang Tak Pernah Diceritakan) Rare Angon dan Lubangkuri [1] (Riau dan Jambi, 2007), Sri 4 Me (Denpasar dan Singaraja [Bali], 2007), Panggil Aku Durgantu (Semarang, 2008), Kintir (Anak-anak Mengalir di Sungai) (Yogyakarta, 2009; Surakarta, Indramayu, Jakarta, Bandung, 2010), Nglangesi Cèrèt (Yogyakarta, 2009). Alamat: Pondok Bambu Kuning, Cabean, Jl. Parangtritis Km. 7, Sewon, Bantul, Yogyakarta 55188, Indonesia, seniteku@yahoo.com, www.seniteku.org. |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment