Di awal tahun ini, perlulah kami menengok ke belakang sejenak. Selama 16 bulan sejak berdiri pada Agustus 2008, Komunitas Salihara telah menampilkan tidak kurang 80 pentas tari, teater, musik, sastra; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas dunia pula. Masih ada juga berbagai diskusi dan ceramah tentang berbagai pokok—sejak arsitektur sampai filsafat, sejak seni lukis sampai naskah Jawa kuno. Dan, tentu, pameran seni rupa dan pemutaran film. Salihara juga menjadi tempat berkumpul sejumlah komunitas sejak kaum blogger sampai himpunan penerjemah, sejak ikatan arsitek muda sampai pembatik pemula.
Kuantitas tentu penting—bukan untuk membanggakan diri, tapi untuk menyadari kekurangan. Sejak dini kami tahu, membuat program jangka panjang bukanlah hal mudah. Kelompok-kelompok kesenian kita belum biasa merencanakan produksi ke depan. Sementara itu pula, di Indonesia, kita masih harus belajar mengamalkan manajemen seni yang jitu. Tapi kami percaya bahwa tempat pertunjukan yang tepat, dan pendekatan yang baik, dapat merangsang produksi seni secara lebih teratur.
Namun pemrograman berjangka jauh ke depan bukanlah mustahil, apalagi kami percaya juga bahwa hal ini juga mendorong para seniman kita berkiprah lebih terencana. Di tahun 2010 ini, Salihara akan mengadakan pentas jazz pada minggu pertama setiap bulan, sejak Februari. Kami juga akan mengadakan pentas musik progressive rock setiap tiga bulan. Program berkala semacam ini akan memudahkan penonton masing-masing untuk mengingat dan berencana jauh hari. Akan ada pula seri kuliah pengenalan filsafat hermeneutika, seni rupa Indonesia dan musik Barat bagi anda yang berminat dan mendaftar; juga serangkai forum yang menyajikan para penulis sastra Indonesia dari berbagai daerah. Kami akan juga menyelenggarakan lomba penulisan lakon naskah realis, yang pemenangnya akan dipentaskan oleh grup yang kami pilih. Ini adalah upaya kami untuk merangsang pentas teater yang menonjolkan akting dan perwatakan.
Pada bulan September-Oktober kita akan menyaksikan Festival Salihara yang ketiga, yang untuk selanjutnya akan terselenggara secara dua tahunan. Selama tiga mingguan itu, anda akan dapat menonton serangkaian pementasan "puncak" baik dari Indonesia maupun mancanegara—di Teater Salihara dan Galeri Salihara. Pada festival itu akan tampil, antara lain, opera Tan Malaka, karya Tony Prabowo dan Goenawan Mohamad; juga kelompok tari Chunky Move dari Melbourne, Australia.
Untuk itu semua, terlebih lagi untuk menyajikan kualitas tontonan yang lebih baik lagi, kami harus berbenah. Kalau sejak minggu ketiga November tahun lalu sampai minggu kedua Januari ini tidak ada acara di Teater Salihara, ini berarti si teater sedang diopname dari segala seginya. Di samping itu, kami harus mulai perlahan-lahan menjadikan Galeri Salihara berfungsi ganda, yakni sebagai ruang pameran maupun ruang pertunjukan. Ada pementas, misalnya sejumlah bakal pengisi Festival Salihara, yang merasa lebih tepat berpentas di ruang oval itu.
Penonton dan pengunjung yang datang dari berbagai kalangan telah membuat Komunitas Salihara berkembang lebih pesat daripada yang diduga para pendiri dan pengelolanya sendiri. Sedangkan mitra-mitra kami telah memungkinkan Salihara menyajikan berbagai acara yang sepadan dengan aspirasi khalayak. Tentu masih ada lingkaran Sahabat Salihara, yang menyokong kami secara khusus. Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka semua—kepada anda sekalian, tentu saja. Selamat Tahun Baru 2010.
—Nirwan Dewanto, kurator
No comments:
Post a Comment