Saat lebaran, kita dalam sekejap bosan memakan daging rendang atau opor ayam. Bahkan ketupat cepat sekali basi. Lalu kita merindukan ikan asin dan sambal terasi. Oh, betapa lezat ikan di saat lebaran. Tapi, pernahkah kita berpikir, siapa gerangan yang menanam ikan di lautan? Pernah suatu hari di pelabuhan rakyat Pare-pare, Sulawesi, saya berdiskusi dengan seorang nelayan. Dia bilang, negeri kita banyak lautnya. Ikan disediakan oleh allah SWT. Tidak ada yang menanam. Tapi, kenapa kita lupa bersyukur? Kenapa kita tidak mendukung nelayan, yang setiap hari berjasa menyebabkan kita nikmat menyantap lezatnya ikan di meja makan? Nelayan di negeri ini tak ubahnya seperti petani. Mereka kadang tidak senikmat kita menyantap hidangan di meja makan. Maka, sebelum kita bersenang-senang makan ketupat di saat lebaran dan berharap rezeki berlipat setelah lebaran, mari sama-sama membaca sajak yang saya tulis pada tahun 2008: ketika kecil emak mengajak makan ikan dihidang di meja makan tak tau asal mula ikan ke laut nelayan lupa makan : hey, buat siapa ikan di meja makan? *** |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment