ASAHAN:
JOESOEF ISAK In Memoriam
9 Agustus 2009 saya menerima jawaban dari bung Joesoef bahwa ia dengan antusias bersedia menerbitkan naskah Roman Biografi saya yang kurang lebih setebal 250 halaman. Bahkan bung Joesoef juga telah membicarakan soal-soal praktis seperti memilih percetakan, pemasaran dan juga meminta saran-saran saya sekitar penerbitan yang akan dilakukan oleh Hasta Mitra itu. Bahkan bung Joesoef masih menanyakan sambil menyarankan agar saya menghubungi Goenawan Mohamad untuk sebuah kata pengantar yang sesungguhnya sudah saya hubungi beberapa hari sebelumnya meskipun belum mendapat jawababan dari yang bersangkutan. Saya cukup tercengang, jawaban bung Joesoef begitu cepat, yang baru saja kemarinnya tawaran penerbitan itu saya ajukan. Hari itu juga naskah lengkap saya kirimkan pada bung Joesoef dan saya menunggu perkembangan kerja-kerja selanjutnya. Tapi belum sampai seminggu, pada 15 agustus 2009 saya membaca e-mail, bung Joesoef sudah tiada.
Saya tidak akan menggambarkan bagaimana perasaan saya ketika membaca e-mail duka itu tapi saya cepat menyedari bahwa yang kehilangan Joesoef Isak bukan hanya saya sendiri, tapi terutama keluarganya, teman-teman-temannya, dan yang lebih besar dari itu adalah bangsanya. Rakyat dan bangsa Indonesia telah kehilangan seorang Joesoef Isak dan siapakah Joesoef Isak itu? Sejarah telah mencatatnya dan saya tak perlu mengulang ulanginya dalam memoriam ini.
Sebagai hubunga pribadi, saya tidak banyak dekat dengan bung Joesoef meskipun pernah bertemu muka di Amsterdam di rumah bung Mawie ketika bung Joesoef diminta memberikan ceramah dalam kesempatan dia bersama Goenawan Mohamad datang ke Amsterdam untuk menerima hadiah Wertheim. Sebelumnya, saya juga turut menghadiri ceramah yang juga di rumah bung Mawie ketika rombongan Pram bersama Joesoef Isak mampir di Amsterdam dari perjalanan dari Amerika di tahun 1999. Temu muka dan bicara yang singkat dalam kesempatan bersama banyak orang itu, bagi saya telah menyimpan kesan mendalam akan pribadi Joesoef Isak. Satu ciri menonjol yang saya tandai pada bung Joesoef: dia biaca terang, mudah dimengerti dan menguasai persoalan. Dan itu membuat saya selalu teringat akan kata-kata Lenin: "Siapa yang menulis terang, dia akan bicara terang"; siapa yang dimaksud oleh Lenin itu, salah satunya ada pada bung Joesoef. Semua tulisan bung Joesoef, mudah dicerna, terang bahasanya, serta memancarkan intelektualnya yang murni dan orisinil dalam tulisan maupun dalam percakapan lisan dengan siapapun. Bung Joesoef bukan saja master kata tapi juga master bicara.
Kritik bung Joesoef terhadap politik pembodohan yang dilakukan oleh suharto dan rezim Orbanya, tersimpul dalam satu kata: KERANCUAN. Dalam satu kata ini bung Joesoef, menerawangi semua persoalan ke amburadulan dalam masyarakat Indonesia akibat politik pembodohan yang dilakukan oleh suharto. suharto hanya memerlukan orang bodoh , rakyat yang bodoh, kaum intelektuil yang dibodohkan agar tidak membikin repot dirinya dalam menguasai dan memeras Indonesia hingga kering kerontang seperti ampas tebu yang dijemur. Pengalaman bung Joesoef menghadapi interogasi kaum militer, sungguh amat berkesan dalam: kebodohan sang interogator dalam bertanya maupun menjawab. Bacalah sendiri, bila masih berminat, pengalaman bung Joesoef itu. Dan korban kebodohan selanjutnya setelah puluhan tahun Orba tersungkur, adalah Bersihar Lubis yang hanya mengutip kata-kata bung Joesoef akan kebodohan aparat Orba yang masih berkuasa.
Pram pernah mengatakan bahwa kaum intelektuil Indonesia semuanya tiarap (pengecut) di hadapan suharto, bisu tuli terhadap kebiadaban dan kesewenang-wenanga suharto. Apa yang dikatakan oleh Pram itu, adalah juga apa yang dikatakan Joesoef Isak sebagai kerancuan dalam sistim berfikir kaum intelek Indonesia: kehilangan kemampuan dalam membedakan apa yang benar dan apa yang salah.
Dalam sebuah intervieuw dengan wartawan TEMPO, (2006, kalau tidak salah), Joesoef Isak menilai Goenawan Mohamad sebagai pemikir yang amat jarang terdapat dalam masyaraakat Indonseia sekarang ini dan juga bung Joesoef mengharapkan agar orang-orang seperti Goenawan Mohamad akan lebih banyak berlahiran. Penilaian tinggi terhadap Goenawan Mohamad bukanlah berlebihan meskipun secara diam (senyap) atau terbuka,bisa menimbulkan kontraversi. Tapi yang kita tangkap dari penilaian bung Joesoef itu, bahwa dia melihat manusia dalam perkembangannya dan tidak hanya melihat sejarah masa lalunya saja. Tentu saja tidaklah adil kalau kita mengharapkan perkembangan positif dari seseorang persis seperti yang kita inginkan, yang dalam pada itu kita sendiri tidak berkembang atau tidak mau berkembang.
Seperti yang kita dengar samar-samar atau mungkin juga dalam kenyataannya, di sekitar bung Joesoef berkumpul para intelektuil muda yang tentu saja secara logis, ingin belajar dari keteladanan bung Joesoef, cara berfikir, cara berbuat serta mempelajari aktivitas-aktivitasnya yang kaya dan banyak segi dari suatu kehidupan bung Joesoef yang cukup panjang dan produktif. Kita sambut kedekatan para intelektuil muda itu sambil juga kita harapkan jangan cuma sekedar menempel tanpa menghirup makna positif, tanpa mengembangkan kreativitas dan hanya suka kumpul-kumpul dengan ideologi setengah mundur, setengah maju yang efeknya bisa pula seperti apa yang dilakukan oleh suharto: politik pembodohan rakyat, dan membodohkan intelektuil, membikin rancu semua yang rasionil menjadi irrasionil dan lalu menganggapnya sebagai satu-satunya kebenaran, seperti yang pernah dikatakan bung Joesoef.
Asahan.
Hoofddorp, 16 Agustus 2009.
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment