Terbitkan Buku Berjuang Atawa Dagang Catatan A.Kohar Ibrahim TIDAK banyak pengarang atau penulis yang bisa hidup dari hasil penerbitan karya tulisnya. Yang disebut bestseller jarang adanya, begitupun oplahnya tak syakjibun seperti dibayangkan orang. Apa pula yang tak. Terbitan termasuk lumayan jumlah oplahnya sekitar 1000-3000 eksemplar. Banyak yang lainnya di bawah 1000. Lakunya lamban kayak pemalas atau invalid ! Maklum pembaca Terbit menerbitkan hasil kreasi ekspresi diri itu apakah juang dalam perjuangan hidup umumnya ataukah dagang juga selayaknya ? Dalam zaman kapitalis gelobal sekali pun yang sosis (semacam osmosia sosialokapitalis atau sebaliknya sama saja) jawabannya : yah kedua-duanya. Keduanya baik dalam skala maksi pun mini – termasuk grup, klik atau tersebutkan yayasan, pun individu alias pribadi pribadi tersendiri. Yang tersebut belakangan ini, terutama sekali, kiranya jumlahnya cukup banyak. Saking inginnya membuktikan hasil kreasi tulis menulisnya, juga mengingat akan pentingnya bacaan bagi masyarakat. Masyarakat yang sekian jutaan tapi masih hidup dalam keadaan gapmegapan alias senin kemis lantaran rezki cekak malah langka. Aku dengar aku saksikan pembantu rumah-tangga pendapatannya sekitar 300 atau 500 ribu, sedangkan UMK sekitar 1 juta Rupiah! Pengarang atau penulis yang tersebut belakangan itu, selain sedar diri butuh ekspresi sebagai bukti manifestasi aksi hak azasi manusianya juga perlu turut menyumbang bagi pencerdasan masyarakat atau bangsa – yang masih banyak hidup di alam kegelapan atawa penggelapan sang penguasa. Maka utuhlah bagi kaum pengarang macam ini berposisi sebagai pejuang sekaligus dagang dagangan hasil terbitan kreasinya. Sekalipun, dalam praktek nyatanya bukan dagang dalam arti dapat keuntungan finansil, melainkan sebagai sedekah bahkan merugi. Tak peduli modalnya hanya modal dengkul atawa sampai jual harta warisan, seperti contohnya penulis-penyair asal Dan pengarang atau penulis yang tergolong belakangan ini pun mesti mikir dua tiga kali dalam menentukan harga buku-bukunya, supaya bisa terjangkau kaum yang dompet hidupnya pas pasan saja. Untuk itu, sebagai bukti, saya ambil contoh 3 buku terbitan Titik Cahaya Elka, Batam: Novel A.Kohar Ibrahim "Sitoyen Saint-Jean Antara Hidup Dan Mati" (Rp 28.000) ; Kumpulan cerpen bersama A.Kohar Ibrahim & Lisya Anggraini "Intuisi Melati" (Rp 25.000); Kumpulan puisi A.Kohar Ibrahim: "Untukmu Kekasihku Hanya Hatiku" (Rp 20.000). Pesan ke penerbit plus ongkos kirim. Para Peminat Silakan Hubungi Penerbit Atau Toko-Toko Buku : Toko Buku Kharisma – Nagoya Hill, Batam Toko Buku Panbil Mall, Batam Toko Buku Satu Tujuh Satu – Pekanbaru, Dumai, Tanjungpinang Penerbit : Titik Cahaya Elka, Anggreksari Blok F-6 N° 12-B, Kiranya perlu ditambahkan, sang kreator, penulis atau editor, tak hanya cukup mengeluarkan biaya untuk percetakan, tapi juga harus mengurus soal distribusi atau pengedarannya. Yang juga tak gampang segampang yang dibayangkan orang. Ah, sudah sedemikian rupa pun, masih harus waspada pada plototan ragam macam kaum ekstremis-fundament Alhasil, kaum pengarang itu kebanyakan mau tak mau harus sadar diri selaku pejuang – apa pun kalibernya. Kenyataannya memang demikian adanya. (AKI). Catatan : Naskah ini disusun untuk Facebook 6 Januari 2010. Dan beberapa situs atau milis lainnya. Biodata : http://16j42. |
Attachment(s) from abdul kohar ibrahim
1 of 1 Photo(s)
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment