Oleh : Sulistyawan
Pada saat Armani menampilkan desain Garuda Pancasila, publik seperti terbangun panjang. Nasionalisme yang nyaris tak pernah mucul lagi dalam karya seni paska reformasi tiba-tiba menyeruak dalam dada anak bangsa. Meski ada sebagian yang justru bangga dengan dipakainya lambang negara oleh industri kaos Amerika, namun reaksi negatif ternyata lebih besar muncul ke permukaan. Armani pun meminta maaf dan menarik desain kaos tersebut dari pasaran.
Jika beberapa orang baru tersadar dan merasa memiliki kebanggan baru dengan lambang negara Garuda Pancasila, perupa Nanang R. Hidayat ternyata telah jauh jauh hari melakukan penamatan dan riset tentang simbol negara Garuda Pancasila, yang kemudian menulisnya dalam buku "Mencari Telur Garuda". Buku yang berisi tentang analisa simbol negara yang dikupas dari pandangan perupa ini belum lama ini diluncurkan di Via-Via Travel cafe Jogja , ditandai dengan Diskusi Buku serta pemutaran film dokumenter "Balada Garuda Tua."
Selaku penulis, Nanang melihat bahwa penulisan buku "Mencari Telur Garuda" terinspirasi ketika dirinya melihat pada paska reformasi simbol negara ini justru semakin jauh dari pemahaman masyarakat. Bahkan sampai pada titik memalukan. Betapa tidak? Selaku rakyat rasanya kita boleh 'misuh-misuh' atau mencaci maki rasa nasionalisme kita sekarang ketika para wakil rakyat yang kita pilih dengan dana miliaran saja tidak hafal dengan sila-sila Pancasila. Lebih celaka lagi, paska reformasi membicarakan ideologi Pancasila seolah menjadi hal yang sangat tabu, tidak ngetren dan ketinggalan jaman.
Silahkan baca resensi ini lebih lanjut di : http://www.indonesi
Salam,
IndonesiaSeni.
Portal IndonesiaSeni.
Follow Us on Twitter at http://twitter.
Join Our Facebook : http://www.facebook
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment