PROGRAM GEDUNG KESENIAN JAKARTA
Februari 2010
Kamis - Jumat, 4-5 Februari 2010 – Pk. 20.00 wib
DON JUAN
Pantomim berdasarkan musik karya Christoph Willibald Ritter von Gluck
Sutradara & Libretto: Milan Sládek
Asisten Sutradara: Yayu AW Unru
Penata Artistik: Jan Kocman
Penata Musik: Budi Utama Prabowo
Pemain Utama:
Don Juan: Yayu AW Unru
Donna Elvira: Lilies
Komtur: Carolus Daris Gatot Rahmadi
Leporello: Pungkas Banon Gautama
Don Juan
Milan Sladek bersama dengan 14 orang pemain yang berasal dari mahasiswa dan alumni Institut Kesenian Jakarta serta anggota Sena Didi Mime mentransfer „Don Juan" karya Christoph Willibald Gluck (1714-1787) yang biasanya merupakan tari balet klasik menjadi pantomim.
Karya ini merupakan titik balik dalam genre tari, karena awalnya berasal dari naskah drama.
Don Juan yang terkenal sebagai seorang penggemar perempuan dan selalu mempermainkan semua gadis yang dijumpainya. Tetapi ketika dia pada suatu hari menggoda Donna Elvira, putri sang Komtur, maka diapun menjadi musuh abadi sang ayah. Terjadilah duel antara ayah dan kekasih, yang menyebabkan sang ayah terluka parah. Sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya, dia menyumpahi Don Juan dan berjanji akan balas dendam.
Admission : Rp. 75.000,- dan Rp. 50.000 (balkon)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selasa, 9 Februari 2010 – Pk. 20.00 wib
The World at My Feet – a play about recycled worlds, stories and dreams
Kolaborasi Teater Tetas - Project Phakama London
Sutradara: Corinne Micallef, Fabio Santos, Ags. Arya Dipayana, Harris Syaus
Pimpinan Produksi: Ian Peirson
Penata Artistik: Caroline
Penata Panggung: Arif "Oklay"Riyadi
Penata Busana: Dini Khairani
Penata Musik: Nanang Hape
Penata Rias: Meyke Vierna
Property: Joseph Viar
Publikasi: Anang Wicahyono
Dokumentasi Foto: Yitno MB
Dokumentasi Video: Yanusa Nugroho
Pemain:
Juancho Gonzales, Regis Gnaly, Salwa, Sam , Jenny, Cem, Adi Nugraha, Dea, Ayat Muhammad, Jerryanto serta sejumlah pemain dari Project Phakama dan Teater Tetas lainnya
Sinopsis:
I have spread my dreams under your feet
Tread softly because you tread on my dreams
(W.B. Yeats)
Gagasan utama pertunjukan "The World At My Feet" adalah kenyataan bahwa manusia hidup di suatu dunia, di mana segala sesuatu dimungkinkan. Manusia berharap, bercita-cita, bermimpi, lalu semua itu menjelma sesuatu yang nyata. Manusia berjuang, bergulat, berupaya untuk meraih cita-cita dalam hidupnya, dan sejumlah peristiwa pun terjadi, berupa kisah-kisah sedih-gembira yang menjadi romantika kehidupannya.
The World At My Feet ini nantinya akan berkisah tentang bagaimana manusia menghadapi persoalannya, sambil menilik bagaimana dua budaya yang berbeda berinteraksi dalam menyikapinya
Pertunjukan berdurasi 90 menit ini merupakan pentas kolaborasi antara Project Phakama London dan Teater Tetas dari Jakarta, selama dua bulan mereka melakukan latihan dan eksplorasi di negara masing-masing atas tema yang sama, lalu bertemu di Jakarta untuk mengemasnya ke dalam suatu pertunjukan yang utuh.
Admission : Rp. 50.000,- dan Rp. 40.000,- (balkon)
Informasi Tiket: Gedung Kesenian Jakarta dan
Teater TETAS : Keke 0818858758
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kamis, 18 Februari 2010 – Pukul 20.00 wib
PAREGREG
Paguyuban Pecinta Seni Jawa Timuran
Produksi: GELAR
Koreografer: Elly D.Luthan
Penata Musik: Joko Porong
Penyusun Naskah: Nanang Hape
Pemain: Paguyuban Pecinta Seni Jawa Timuran, didukung oleh seniman dan seniwatri dari Surakarta, Surabaya dan Banyuwangi
Sinopsis:
"Purwakala Ginerit, Sinurat Kang Jaman Mangko"
Getar bumi Majapahit kala mangkatnya Baginda Maharaja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Putri Hayamwuruk Baginda Ratu Kusumawardhani naik tahta Majapahit. Sementara Bhre Wirabhumi kecewa akan keputusan kakandanya yang terlalu melibatkan suaminya dalam pemerintahan. Perseteruan terjadi. Dua Putra Hayamwuruk ini kemudian malah bersitegang memperebutkan tahta. Bhre Wirabumi kemudian memisahkan diri ke bumi Blambangan. Dari sana disusunlah rencana merebut Majapahit. Rakyat bingung harus melakukan apa. Mereka hanya mencari kedamaian, bukan bencana. Mereka tak bisa merasakan ambisi para penguasa yang berebut tahta.
Namun bencana tak bisa dihindari. Perang saudara pecah tak terhindarkan. Perang yang membuat hancurnya sebuah negara besar. Perang yang membuat perubahan besar suatu bangsa. Perang yang tidap pernah ada akhirnya.
Informasi:
GELAR – Dimas 0217226575
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jumat - Sabtu, tanggal 26 - 27 Februari 2010 – Pk. 20.00 wib
Pementasan Teater
Pemburu Kunang-Kunang
Oleh Kelompok Siluet
Karya/Sutradara: R.Tono
Assisten Sutradara: Herry WN
Produser: Herry Wahyu Nugroho
Pimpinan Produksi: Dwi Hadianto Aswad
Wakil Pimpinan Produksi: Iqbal Samudra
Penata Artistik: Arief Riyadi
Perlengkapan dan Properti: Eko Septian Wibowo
Penata Cahaya: Herry Wahyu Nugroho
Penata Kostum: Dini Khairani
Penata Rias: Cherry Wirawan
Penata Musik: Downey Angkiri
Pelatih Vokal: Naomi Lumban Gaol
Pelatih Gerak: YoLanci
Penanggung Jawab Latihan: Joseph Viar Suhendar
Penanggung Jawab Sound: Aryo
Stage Manager: Agus Salman
Pemain:
R. Tono, Eigi Pohan, Zickry A.P, Iqbal, Arie Gumilang, Lilis Ireng, Tohar, Yosef Viar S, Devi S, Septian Eko W, Anissa Dwijanti, Mayang A.P., Vina, Saga Siersa
Sinopsis:
Siapa tak ingin hidup bahagia?
Siapa tak ingin hidup sejahtera?
Segala cara, segala daya upaya kan dilakukan demi mendapatkannya.
Termasuk bila harus pergi ke tempat lain dan meninggalkan tanah tercinta, yang mereka yakini tak menyisakan apa-apa bagi mereka. Menjadi apa dan kemana tak lagi soal, asalkan mimpi itu terwujud nyata.
Mereka hadir tak selalu karena keinginan murni. Tekanan hidup, yang biasanya membuat mereka terpaksa memilih jalan ini. Juga mimpi-mimpi. Juga cahaya keemasan yang mereka kira kan mampu menerangi hidup mereka yang gelap dan sunyi.
Kalau saja mereka tahu, cahaya yang mereka buru itu bak cahaya kunang-kunang.
Yang segera kan hilang di keesokan hari....
Inilah kisah mereka. Inilah kisah para TKI [Tenaga Kerja Indonesia]. Para PEMBURU KUNANG-KUNANG....
Dengarlah, mereka berkata kepada kita semua:
"Maka biarkanlah kami pergi, seakan kami tak kan kembali...?
Admission : Rp. 50.000,- dan Rp. 40.000,- (balkon)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Informasi : Gedung Kesenian Jakarta 021- 3808283 / 3441892, Bapak Mulyono, Sarah 0813 19773484, Dewi 0812 8245167, Lia 0811 901380
---------------------------------------------------------------------------------------------
Thanks
No comments:
Post a Comment