Romantika di Jogja Oleh Asyma D.A Sianipar ... Kepergian kedua pada awal 2010 membawa saya menyusuri kota ini di tengah malam. Menaiki becak dengan membayar Rp. 30.000, suasana menjadi lain. Di tengah malam, Jogjakarta begitu sepi dan tenang. Bapak tukang becak dengan baik hati menjadi guide saya mengelilingi rute Pasar Kembang dan Malioboro. Saya dibawa menyusuri tembok istana, dan saya masih melihat beberapa gebyok yang menjadi ciri khas arsitektur Jawa. Kata Bapak itu, keraton ini tidak hanya dihuni oleh raja dan kerabatnya, tetapi juga para abdi dalem kerajaan. Keraton yang dibangun setelah Perjanjian Giyanti ini dibangun pada 1775 oleh Sultan Hamengkubuwono I. Konon, luas keraton ini mencapai 14.000 m2 dengan Tugu-Panggung Krapyak sebagai batas utara-selatan dan Sungai Code-Sungai Winongo sebagi batas timur-barat. Hal yang menarik, bagi orang-orang setempat, hingga saat ini ia masih diyakini sebagai pusat jagatraya. Selanjutnya klik http://wisataloka. Salam, TM. Dhani Iqbal |
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment