Salam Budaya! Monolog 'Bekas Rias di Panggung' menampilkan empat aktor sepuh yang sebagian besar telah berusia di atas 60 tahun. Pementasan yang dijadwalkan mulai pukul 19.00, Rabu malam, 2 Desember 2009, ini akan berlangsung secara berkesinambungan di dua tempat, yaitu Teater Arena dan Gedung Srimulat, Kompleks Kampung Seni, Taman Hiburan Rakyat (belakang Hi Tech Mall), Jl. Kusuma Bangsa 116 – 118 Surabaya. Menariknya, empat aktor yang akan bermonolog ini, yaitu Multato (60 tahun), Asmika (72), Mastohir (65) dan Suliswanto (48), berasal dari basic seni pertunjukan teater yang berbeda-beda. Multato dan Asmika, misalnya, keduanya sepanjang hidupnya mendalami teater modern. Multato adalah aktor kawakan dari kelompok Sanggar Teater Nol. Sedangkan Asmika mengembangkan bakat seni perannya dari kelompok Remaja Yudha. Sementara itu, Mastohir dan Suliswanto adalah aktor yang berangkat dari seni teater tradisi. Mastohir adalah anggota Kelompok Srimulat, pernah menjadi Sutradara di kelompok yang membesarkan nama Tarzan, Basuki, Timbul, Asmuni, dan lain sebagainya ini, di tahun 1980 hingga pertengahan 1990-an. Sedangkan Suliswanto adalah pemain Ludruk dan pernah menjadi Sutradara Ludruk RRI selama dua dasawarsa. Di masanya, mereka adalah aktor yang pernah menjadi kebanggaan Kota Surabaya. Hingga kini, boleh dibilang, mereka adalah orang-orang yang tampaknya sudah mantap memilih jalan hidup lewat teater. Terbukti, meski sudah lama tidak memperoleh ruang tampil, keempatnya masih selalu hadir di setiap peristiwa kebudayaan, khususnya dalam even-even pementasan teater, baik di Surabaya maupun di luar kota, walau sekadar hanya menjadi penonton. Untuk pentas monolog 'Bekas Rias di Panggung, 2 Desember di THR nanti, mereka telah menyiapkan perannya masing-masing. Asmika (72) akan mementaskan lakon 'Subuh yang Beku', diilhami naskah Montserrat, karya Emmanuel Robbles. Sementara Mastohir menampilkan lakon 'Jo Kasmo' yang diilhami naskah Nyanyian Angsa, karya Anton Chekov. Mul Tato akan memainkan lakon 'Maling', naskah karya Yulius Siramanual. Sedangkan Suliswanto akan memungkasinya dengan lakon karyanya sendiri yang berjudul 'Satona'. Mereka layak diketengahkan kembali dengan format monolog seraya menakar kekuatannya berakting. Karena itu kami sangat mengharap kehadiran Anda untuk menyaksikannya. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Terselenggara berkat dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur dan Dewan Kesenian Surabaya. Surabaya, 30 November 2009 a/n Panitia Hanif Nashrullah |
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment