Di ujung Timor. Pada tapal-tapal keraguan, kata menyapa seolah runtuhan serbuk cendana. Wangi tapi hampa. Begitupun waktu, beringsut mengikut kaki yang semalam lunglai saat bir dan anggur menumbuhkan senja. Tabarak. Diberkati kau yang dapat memanjat sirih dan bermuka pinang, sebab tak tertumpah lagi darah setelah semalam lidah-lidah api melahap baju kita yang kuyup. Bertelanjang dada. Menyapu tubuh dengah hujan yang tumpah. Lalu saat fajar kembali menyapa, kau telah alpa. Kau tebaskan lagi klewang dan penjal-penjal gongseng. Engkaukah Meo Kaliduk? Pahlawan gagah berbadan batu yang tak mempan segala tajam? ............ klik disini untuk membaca kelanjutannya: http://www.kolomkit |
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment