Siaran Pers Bersama "Identitas Untuk Semua", Perayaan 65 Tahun RI Selama Satu Bulan Penuh di TIM. Taman Ismail Marzuki, 30 Juli 2010 – Dewan Kesenian Jakarta dan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, bersama sejumlah lembaga seni dan budaya seperti Kineforum DKJ, Perhimpunan Penulis Tionghoa-Indonesia (Yinhua), Galeri Foto Jurnalistik Antara, Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Budaya Visual Oktagon dan Studio TIM XXI, menggelar program bersama merayakan bulan kemerdekaan pada Agustus mendatang. Program bersama yang akan dihelat selama satu bulan penuh sepanjang Agustus nanti terdiri dari rangkaian program, seperti : Pameran Foto 65 Tahun Republik Indonesia, Festival Seni Budaya Tionghoa – Indonesia, serta pemutaran film di studio Kineforum DKJ. Seluruh program ini dibungkus dalam satu tema besar "Identitas Untuk Semua". 1. Pameran Foto 65 Tahun Republik Indonesia 14 - 23 Agustus | Galeri Cipta III, lobby studio TIM XXI dan ruang-ruang public TIM Pembukaan 14 Agustus | 16.00 WIB Sebagian besar foto yang akan dipamerkan merupakan karya-karya besar yang diabadikan pada kurun 1945 – 1949. Foto-foto itu bukan saja direkam oleh juru foto Indonesia Alex dan Frans Mendur yang tergabung dalam IPPHOS, tetapi juga oleh juru foto asal Belanda Cas Oorthuys, yang turut mempropagandakan kemerdekaan Indonesia. Uniknya, pameran foto kali ini tidak hanya memajang karyanya di galeri saja, melainkan di tempat-tempat umum seperti bioskop dan ruang publik lainnya. 2. Festival Seni Budaya Tionghoa – Indonesia 6-7 Agustus | Teater Studio, TIM Pembukaan 6 Agustus | 19.00 WIB Festival ini akan menghadirkan berbagai pertunjukan dan pameran unik khas Tionghoa, seperti : Barongsai, musik klasik Tionghoa, pameran foto, pemutaran film, hingga bazaar produk dan kuliner khas Tionghoa. Selain ditujukan untuk merayakan kemerdekaan RI pada 17 Agustus mendatang, festival ini juga dimaksudkan untuk memperingati 60 Tahun hubungan RI – Republik Rakyat Tiongkok. 3. Pemutaran Film Kineforum DKJ 2 – 31 Agustus | Studio Kineforum DKJ, TIM Jadwal pemutaran setiap hari | 14.15, 17.30, 19.30 Sebagai bentuk dukungan terhadap Festival Seni Budaya Tionghoa – Indonesia, dan Pameran Foto 65 Tahun Republik Indonesia, sepanjang Agustus mendatang, Kineforum DKJ akan memutar sejumlah film bertema kemerdekaan dan keberagaman. Beberapa film yang akan diputar diantaranya : Cin(T)a + Anak Naga Beranak Naga, Mei Lan, Aku Cinta Padamu, Gie, Ca Bau Kan, Max Havelaar dan sejumlah film lainnya. Seperti biasa, seluruh film ini bisa dinikmati gratis dan terbuka bagi siapa saja. Tema "Identitas untuk Semua" yang dipilih sebagai tema bersama, merupakan respon terhadap fenomena masyarakat Indonesia saat ini, dimana rasa toleransi semakin menipis. Ini menjadi paradoks karena sejak awal kita tahu bahwa para pendiri bangsa membangun negeri ini atas nama keberagaman dan kebersamaan, sebagaimana tercermin dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Disamping itu, melalui rangkaian program-program ini, diharapkan kita juga menjadi tahu dan sadar bahwa kemerdekaan yang kita nikmati sekarang adalah hasil kesadaran dan perjuangan individu-individu yang bersama-sama berniat membangun satu yang lebih baik, yang bukan hanya memenuhi kebutuhan sandang dan pangan semata, melainkan pada harkat dan harga diri yang hanya akan dapat tercapai bila ada satu identitas yang baru untuk semua yang sepakat, yaitu ; Indonesia… Informasi selengkapnya mengenai program ini klik www.dkj.or.id Atau hubungi sekretariat panitia bersama : Dewan Kesenian Jakarta Jl. Cikini Raya No. 73 P. +6221 31924616, 3162780 Panitia bersama : Dewan Kesenian Jakarta PKJ – Taman Ismail Marzuki Kineforum Dewan Kesenian Jakarta Perhimpunan Penulis Tionghoa – Indonesia Galeri Foto Jurnalistik Antara Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Budaya Visual, Oktagon Studio TIM XXI
Dimas Fuady P. +6221 3162780 |
Attachment(s) from Dimas Fuady
1 of 1 Photo(s)
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment