Thursday, December 31, 2009

[ac-i] Demokrasi, Islam, Indonesia: Dari Socrates sampai Gus Dur

 

Demokrasi, Islam, Indonesia:
Dari Socrates sampai Gus Dur

Yudhistira ANM Massardi

ISLAM dan demokrasi – apakah bagaikan bumi dan langit?

Islam adalah agama langit, yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui Al-Qur'an (vox Dei, suara Tuhan, bukan vox populi, suara umat), dan harus diimani sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Secara vertikal/teologis, ia bersifat dogmatis, tapi secara horizontal/sosial bersifat lentur, dan terbuka ruang ijtihad bagi para ahli.

Demokrasi adalah hasil akal budi manusia di bumi yang, pertama-tama, bersandar pada asas vox populi vox Dei. Merupakan sebuah bentuk/sistem pengelolaan pemerintahan yang pertama kali dikembangkan di negara kota Athena zaman Pericles di abad kelima dan keempat Sebelum Masehi.

Demokrasi merupakan wacana terbuka dan terus berkembang. Bahkan, di tahap awal, dikritik sendiri oleh "bapak" sekaligus "korban"-nya yang pertama, Socrates: "Demokrasi, yang merupakan bentuk pemerintahan yang menggairahkan, penuh dengan variasi dan kekacauan, ...dan hasratnya yang tak bisa dikenyangkan bisa membawa kepada kehancuran."

Dalam perkembangan berbilang abad, demokrasi diperkaya oleh Magna Carta (1215): membatasi dan membagikan hak-hak kaum feodal kepada rakyat; John Locke (1690): semua pemerintahan harus konstitusional dan mendapatkan persetujuan dari yang diperintah; Montesquieu (1748): pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif; Deklarasi Hak Manusia dan Warga Negara Prancis (liberte, egalite, fraternite), serta Bill of Rights Amerika (1789): kebebasan berbicara, berserikat, berekspresi, dan seterusnya.

Tetapi, belakangan, demokrasi diklaim dan dipromosikan ke seluruh dunia sebagai "American Idea" – dalam gerbong-gerbong kapitalisme, liberalisme, dan sekularisme – dan akhirnya berbenturan dengan fasisme, komunisme, dan belakangan ini mengobarkan "perang peradaban" dengan... Islam!

Demokrasi akhirnya memang terbaca sebagai: "Amerika/Barat/Kristen/Kapitalis/Liberal/Sekuler." Oleh karena itu, demokrasi dianggap merupakan "ancaman" bagi peradaban di luarnya, khususnya "dunia Islam" – dan sebaliknya.

Dalam konteks holistik, itu menegaskan kembali kontras fundamental "awal kejadian"-nya: Islam yang merupakan vox Dei berhadapan dengan demokrasi yang mengagungkan vox populi. Daulat Tuhan vis a vis daulat umat.

Sesungguhnya, asas-asas demokrasi dalam formatnya yang awal (sampai Bill of Rights) juga merupakan nilai-nilai utama di dalam Islam – sebagiannya tercermin dengan indah di dalam silaturahim Idul Fitri, ritual solat dan haji. Tetapi, Islam selalu dipersepsi sebagai "antidemokrasi" melalui contoh-contoh yang ekstrem: kaum perempuannya dieksploitasi dan ditindas (poligami dan jilbab), ketidakadilan (hak waris), memiliki hukum yang kejam (potong tangan, rajam, pancung), tidak toleran (melarang perkawinan antaragama; yang meninggalkan agama Islam wajib dibunuh; nonmuslim dianggap kafir), haus darah/teroris (jihad).

Dalam konteks Indonesia, negara dengan populasi pemeluk Islam terbesar di dunia, semua ketegangan tadi relatif hanya muncul di ruang-ruang "terbatas." Pertanyaan-pertanyaan seperti: "Apakah seorang muslim tidak bisa demokratis?", "Apakah seorang demokrat tidak bisa Islami?", tidak relevan. Pengalaman bangsa ini memberikan jawaban mencengangkan.

Khususnya di Jawa dengan tradisi agraris/pedalaman yang kuat, ada kelenturan luar biasa dalam beradaptasi dengan kebudayaan dari luar. Animisme menyerap Hinduisme/Buddhisme tanpa konflik, bahkan melahirkan sinkretisme. Kedatangan Islam diterima baik dan melahirkan format asimilasi yang unik: Kejawen. Begitu juga ketika modernisme/Barat/Kristen dibawa ke sini oleh penjajah Portugis dan Belanda, tidak terjadi resistensi keras.

Perdebatan yang gaduh justeru terjadi tatkala ada upaya pemilahan dan pemihakan atas konsep Barat-Timur (Polemik Kebudayaan), Islam tradisionalis-modernis (debat NU-Muhammadiyah). Pertumpahan darah memang sempat terjadi, tetapi itu ketika demokrasi jatuh-bangun, Partai Komunis Indonesia bertarung dengan TNI, dan umat Islam yang lama terpinggirkan unjuk gigi (1965).

Proses akulturasi dan asimilasi yang panjang itu akhirnya memberikan jawaban unik atas pertanyaan tadi. Sebuah jawaban yang indah dan khas Indonesia: "Seorang Indonesia bisa menjadi seorang muslim sekaligus demokrat, dan sekuler." Itu menggumpal dalam sosok-sosok historikal: Tjokroaminoto, Soekarno, Hatta, Ahmad Dahlan, dan profil-profil kontemporer seperti Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Amien Rais, Akbar Tandjung... Pemilu sebagai perwujudan vox populi pun berlangsung aman dan damai.

Jadi, dialektika antara demokrasi, Islam dan Indonesia berlangsung "fine, fine saja dan cool," meskipun sempat diklaim telah memakan "korban" pula, yakni salah seorang pejuangnya yang paling gigih: Gus "Socrates" Dur! []

* Mukadimah untuk buku Hajatan Demokrasi (Gatra, 2006)

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] IN MEMORIAM IRVAN AIDIT

 

ASAHAN:
 
 
                in memoriam IRVAN AIDIT
 
               ( Sebuah renungan keluarga)
 
 
Di pagi buta jam 4 parak siang saya mendengar dering HP saya dan bangkit dari tidur pulas membaca berita sms dengan berita duka: Irvan sudah tiada. Tidak ada nama pengirim . Tapi saya menduga adalah istri Iwan yang kalau saya tidak salah ingat bernama Rina. Istri Iwan inilah yang  biasanya menjadi penghubung antara saya dengan para keponakan lainnya dan Rina inilah yang paling menonjol rasa kekeluargaannya meskipun dia hanyalah  seorang  istri keponakan saya yang bernama Iwan. Abang sulung saya yang pernah  menjadi Ketua PKI hanya meninggalkan warisan satu satunya kepada anak-anaknya dan juga pada adik-adiknya: kata SIBUK.
Mungkin hanya saya sorang yang tidak menerima warisan itu karena saya dibekali hidup dengan suasana SANTAI karena saya tidak mempunyai bakat aktivis sosial apalagi politik seperti yang diwariskan oleh abang sulung saya kepada anak-anaknya dan adik-adiknya yang lain. Karena itu sia-sialah bila orang lain mengharapkan dari saya atau menuntut dari saya sebagaimana yang sering saya dengar di balik pintu: "Kok, nggak seperti abang sulungnya? ".Saya lahir membawa sifat-sifat saya sendiri, pikiran saya sendiri dan juga nasib saya sendiri. Tapi bila ditanyai apakah saya mencintai abang sulung saya, maka saya jawab dengan jujur:"Ya, saya sangat mencintainya karena dia banyak memberikan pendidikan pada saya meskipun terkadang pahit, namun juga saya merasakan rasa  sayang dia terhadap saya dari proses berkumpul yang lama dan juga bekerja sama di dalam rumahnya. Sesudah saya dipensiun setelah saya bekerja selam 15 tahun ketika usia saya mencapai 65, maka hingga sekarang ini saya masih aktif di belakang komputer menulis macam-macam yang barangkali sedikit gunanya ataupun sama sekali tidak berguna, namun saya lakukan kadang-kadang sampai 12 jam sehari di luar pekerjaan rumah dan dapur memasak-masak karena istri saya sudah setengah invalid oleh penyakit dan saya tidak pernah merasa sibuk, rasanya santai santai saja, kebanyakan waktu meskipun sudah saya buang habis-habisan dengan mengerjakan apa saja dan masih saja kelebihan waktu.
 
Saya berkumpul dengan Irvan yang saudara kembar Ilham hanya beberepra tahun ketika usia Irvan  2 tahun atau mungkin lebih kurang karena pada tahun 1961 saya telah meninggalkan Indonesia untuk belajar ke Moskow. Tapi ingatan saya terhadap dua keponakan kembar bersaudara ini, masih cukup banyak. Mereka kecil mungil dan sangat sama rupanya seperti wajah ayah mereka. Tapi kesamaan muka dua bersaudara kembar Irvan dan Ilham ini sunguh sangat menakjubkan. Saya sangat sukar membedakan yang mana yang Irvan dan yang mana yang Iham. Hanya seorang bekas kekasih saya yang pernah sangat dekat dengan keluarga kami ketika itu yang bisa membedakannya dengan cepat karena liukan mata salah seorang dari mereka sangart sama dengan liukan mata ayahnya yang saya tidak ingat lagi apakah yang dipunyai Irvan atau Ilham. Namun keduanya sangat peka bila mendengar musik. Setiap saya berlatih dengan viool saya di kamar kerja ayah mereka ( kamar kerja itu adalah juga kamar kerja saya sebagi pegawai bibliotik yang sangat jarang digunakan oleh abang sulung saya karena SIBUK di luar rumah mengurusi Partai dan politik tanah airnya ketika itu.), maka dua saudara kembar ini cepat membuka pintu dan berebutan ingin memegang biola yang sedang saya mainkan dan saya tidak bisa lain dari menghentikan latihan sambil memperkenankan mereka menjamah biola saya(tentu saja dengan pengawasan ketat dari saya) dan mereka tampak sangat tertarik melihat benda yang bisa bernyanyi itu. Tapi kalau sering-sering terjadi, biasanya istrri abang sulung saya lalu mengunci pintu agar si kembar tidak mengganggu latihan saya hingga sayalah yang terkurung di kamar karena dikunci dari luar dan si kembar brontak sambil menggedor-gedor pintu dengan tangannya yang kecil mungil disertai tangisan dan begitu uletnya tanpa berhenti selama pintu tidak dibuka. Hal itu biasanya diselesaikan oleh mbah kami yang merangkap pengasuh dan  pengurus rumah tangga. Pintu kamar dibuka mbah dan  saya bebas dengan biola yang sudah dalam kotaknya yang saya sembunyikan di atas rak buku yang tak mungkin dijengkau oleh si kembar.
 
Sepeninggal saya sejak tahun 1961, saya tidak pernah bertemu dengan Irvan dan hanya dengan Ilham pada tahun 2000 ketika saya mengunjungi Bali dan menginap di rumah keluarga Ilham. Dari Ilham saya mendapat sedikit cerita tentang saudaranya Irvan yang katanya punya persoalan kesehatan termasuk kejiwaannya akibat trauma besar yang dialaminya sejak kecil oleh polah kaki tangan suharto yang langsung menteror jiwa mereka dan rupanya Irvan merasakan terror itu lebih berat dari Ilham hingga penyakit lain yang memang juga sudah dipunyainya menjadi komplex dan memberat dari sehari ke sehari. Saya tidak memperoleh lebih banyak keterangan tentang kesehatan Ivan selanjutnya dan terkadang Istri Iwan, Rina menceritakannya kepada saya liwat HP dari Indonesia.
Satu hal, memang hubungan antara saya dengan para keponakan saya tidak manis, tidak ideal. Ketika abang saya yang di Paris masih hidup(Sobron Aidit) , dia banyak berusaha mendekatkan para keponakan kami dengan saya termasuk mendekatkan hubungan keluarga dari anak-anaknya sendiri dengan keluarga kami. Tapi rupanya selalu gagal (jadi hal ini bisa disalah gunakan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bersahabat). Saya tidak tahu apa sebabnya disamping hanya menduga-duga tanpa kepastian. Mungkin sebab pandangan politik yang berbeda. Mungkin saja. Atau mungkin oleh sebab lain. Tapi rasa simpati atau cinta memang tidak bisa dipaksakan termasuk dalam lingkungan keluarga sendiri dan saya tidak banyak ambil peduli terhadap persoalan begini. Saya tidak mewajibkan seorang manusiapun agar bersimpati atau suka atau ambil peduli terhadap saya. Tapi patutkah dalam suasana berkabung sekarang ini saya menyuarakan perasaan yang mungkin bagi orang lain dianggap sumbang. Biasanya yang meninggal, di antar dengan kata-kata pujian, jasa-jasanya dibesar-besarkan, kekuarangannya sama sekali tak disebutkan lagi dan hanya kepiluan dan kata-kata penghibur bagi yang ditinggalkan. Saya sedikitpun tidak merasa menyuarakan kata-kata sumbang di saat-saat suasana berkabung keluarga sekarang. Namun saya ingin berterus terang terhadap seseorang selama dia masih hidup maupun ketika sudah meninggal. Memang keterus terangan sering-sering terasa tidak enak. Ketua Ho chi Minh atau bekas Presiden negara Vietnam sering mengatakan: "Noi that mat long"= berkata jujur, menyinggung perasaan. Tapi yang dimaksudkan oleh Ketua Ho adalah bahwa seseorang harus jujur dalam berkata meskipun hal itu bisa menimbulkan tersinggungnya perasaan orang lain.
 
Irvan telah tiada tadi pagi. Ia berangkat meninggalkan penderitaan jiwa maupun penderitaan fisik. Ada yang dibuat oleh suharto, ada yang memang kesehatan pribadinya yang tidak ideal. Dan sekarang dia telah terbebas secara total dari semua penderitaannya. Saya sebagai pamannya sangat mengerti dan merasakan apa yang dialami Irvan selama hidupnya karena anak saya sendiri tidak sanggup mengemban penderitaannya sendiri dan harus memutus sendiri hidupnya di permulaan jalan dengan sedar, perkasa dan tenang, jauh dari kedua orang tua mereka menurut rencana yang terperinci dan tak mungkin digagalkan orang lain. Saya harus menghadapinya dan menyikapinya dengan realitas kehidupan dan meneruskan kehidupan ini hingga waktu yang tak bisa saya ketahui. Beberapa jam lagi akan muncul tahun 2010. Saya telah kehilangan Irvan yang tidak pernah saya lihat sejak dia berusia 2 thun. Tapi saya tidak menyesali abang sulung saya yang telah menempuh jalan revolusioner demi cita-citanya membebaskan rakyat Indonesia meskipun saya beserta keluarganya yang lain turut menerima imbas pahit akibat risiko perjuangan yang ditempuh oleh abang sulung saya itu.
 
ASAHAN,
Hoofddorp, 31 Desember 2009 jam14.50.

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] KABAR DUKA

 

KABAR DUKA:
 
Telah meninggal dunia pada 31 Desember 2009 jam 1 pagi keponakan saya:
 
                                      IRVAN AIDIT
 
 
Yang berduka cita:
 
Asahan Aidit bersama keponakan lainnya.
 
                                                             

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] Cerpen A.Kohar Ibrahim: Topeng Dan Muka Asli

 

Topeng Dan Muka Asli
Cerpen A.Kohar Ibrahim

Topeng Dan Muka Asli

 

 

 

Cerpen:  A. Kohar Ibrahim

 

 

 

AKU terkejut begitu kilat berdenyar teriring guntur menggelegar. Hujan pun turun dengan derasnya. Para pedagang kaki lima bergegas membenahi barang-barangnya. Orang-orang di jalanan itu blingsatan. Untung ada warung kosong di tepi jalan itu. Aku cepat memanfaatkannya. Berteduh. Sekali pun kepala terlindung tudung pandan.

 

Orang-orang yang lain pun bergegas datang. Di antara mereka ada beberapa pemuda. Bergunjing riang. Mereka sepertinya tak begitu hirau pada hujan, pun pada orang-orang lainnya di seputar. Gelak tawa menyelang-nyeling gunjingan mereka. Yang seorang merasa bangga kerna telah melempar hujatan yang jitu mematikan lawan.

« Malem ini dia pasti nggak bisa tidur, » kata pemuda yang gemuk bermuka bundar.

« Jitu 'kan gua bilang orang itu nggak disunat ? » kata temannya yang agak kurus, tapi mukanya juga bundar, pucat pasi. Disambut beruntun dengan yang kurus bermuka lonjong dan yang pendek bermuka segi empat berkepala panjul.

« Gua yakin yang namanya Aki itu Cina Hongkong ! Kayak si  Ash ! »

« Mo ngibulin kite, hihihi… »

« Persis kayak si Vivi…Ash ! »

« Pokoknye, siapa aje, kalu ngebelain Gede, kita sabet abis deh ! »

« Nanti kite bilang die zionis… »

« Giliran gue nanti bilang die komunis… »

« Gue sih bilang die itu kristen fundamentalis ! Kafir kayak si Orakel, gitu ! »

 

Pemuda-pemuda itu ketawa dengan renyahnya. Terus juga bergunjing. Asik dan puas dengan petualangannya di alam maya. Berdebat dengan menggunakan nama samaran sebagai topeng.

Di layar kaca media elektronika seperti « Berpolitik Com » yang mereka jadikan favorit, memang setiap netter bisa memberi komentar sebebas-bebasnya. Kebebasan ini mereka manfaatkan benar-benar. Disanjung pujinya kaum elitis Porteng dan Golkar. Dihujatnya habis-habisan duet Gede-Mega. Dengan ujung tombak ke Gede. Terhadap RI Satu itu bukan saja soal-soal perpolitikan, melainkan juga soal-soal privasi. Saking gandrungnya, hujatan mereka itu sampai melewati batas-batas kesopanan. Bersifat pornografis. Sebagai yang mereka ulang-ucap di sini, tanpa mempedulikan orang di seputar. Sedemikian asyiknya obrolan mereka hingga tak mempedulikan pula hujan deras telah mereda. Berganti gerimis. Bahkan kemudian berhenti sama sekali.

 

Mereka baru sadar ketika di warung kosong itu hanya tinggal aku sendiri  dan mereka berempat. Ocehan mereka mencapai puncaknya dengan  tumpuan kepada netter yang dianggap  keturunan Cina itu. « Ah, si Cina nyang aki-nya udah aus itu ! Kite bugilin trus aja… ! » ujar si muka segi-empat kepala panjul. « Nanti ketauan deh - dia nggak disunat ! »

Suaranya yang parau itu kali ini membikin telingaku panas.

 

« Udahlah, ayo kite pulang dulu, » kata si gemuk bermuka budar itu. « Nanti malem kite ketemu lagi di warnet sana. »

« Kite copot topeng si Cina muslim itu ! » sambut si kurus bermuka lonjong  pucat pasi. « Ayo, kite pulang dulu yo ! »

« Eeeeh, tunggu dulu ! » kataku dengan nada keras. Dan mereka terperanjat. Gagal beranjak. Kulanjutkan : « Tau kalian ? Nggak semua orang seneng topeng. »

« Apa urusannya dengan Anda ? » tanya si gemuk gagap, sekali pun matanya membeliak. Memperhatikan tubuhku yang kekar dan sigap serta pandang tertanjap ke mukanya yang bundar.

« Gua bilang : nggak semua orang seneng topeng ! » balasku tandas. « Nggak semua orang pengecut, ngerti ? »

« Yah, yah…apa urusannya… » dengus si panjul bermuka segi-empat, berupaya mengelak.

« Urusannya ? Pasalnya ? Mo tau ? » dengusku. « Nama nyang gua pake di BerpolitikCom itu asli, tau ? » kataku ketus. « Lagian gua bukan Cina, kalipun bener gua sobatnya si Ash Cina. Ngerti, kalian ? »

« Aaaoh…? »

 

Keempat pemuda itu ternganga. Kilat kembali berdenyar teriring gelegar guntur. Hujan pun turun lagi. Aku tetap tegak berdiri menyimak mereka dengan pandang setajam-tajamnya. Sejenak mereka saling berpandangan. Kini tidak hanya si kurus saja, yang lainnya juga bermuka pucat pasi.

 

Lantas semuanya cepat mengangkat kaki, begitu si gemuk memberi aba-aba : « Ayo, pulang yo ! ». *** (14.04.2001)

 

Catatan: Naskah cerpen Topeng Dan Muka Asli ini disusun dalam zaman Gede (Gus Dur & Mega), masa aku aktip bersama netter lainnya di Berpolitik.Com dan media elektronik lainnya; pernah disiar di beberapa milis. Aku memang salah seorang pendukung GD lisantulisan, antara lain tersuratsirat di Majalah Arena, Amsterdam.

 

 

 

 

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

Wednesday, December 30, 2009

[ac-i] Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya KH. Abdurrahman Wahid

 


Telah berpulang ke rahmatullah. malam ini pukul. 18.45 WIB Mantan Presiden RI ke 4 KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di RSCM...Semoga beliau mendapatkan tempat yg terbaik di sisi Allah SWT & Rasulullah SAW, diterima segala amal baik & diampuni segala khilaf beliau..Amien..

salam
yudi

wahyudisaja@gmail.com

 



http://media-klaten.blogspot.com/

my facebook:

http://id-id.facebook.com/people/Wahyudi-Yudi/1484406851



New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] Catatan Kebudayaan Akhir Tahun 2009 Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto

 



Dengan hormat,

Mengundang kehadiran Bapak/ Ibu pada :

Hari : Kamis Pon
Tanggal : 31 Desember 2009
Pukul : 19.00 Wib (Ba'da Isya')
Tempat : Sekretariat Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto
Jl. Jayanegara No. 04 Kabupaten Mojokerto
Acara : Catatan Kebudayaan Akhir Tahun 2009
Narasumber : H. Drs. Eko Edy Susanto, M. Si
Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto 2009-2014
Tema : Seniman dan Pemerintah


Demikian undangan kami sampaikan.

Atas perkenannya kami sampaikan terima kasih.

Salam,
Abdul Malik,
Ketua Panitia

Terbuka untuk umum dan gratis.

Konfirmasi kehadiran:
• ِAbdul Malik : 081 803 230 472
• Ema Sujalma : 082 839 051 28
• Saiful Bakri : 081 330 06 1978
• Jabbar Abdullah : 081 5599 51 306
• Arif Gopar : 081 93 88 477 07


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] Tips Membuat Kalender Dari Koleksi Foto

 




Menjelang akhir tahun, kalender menjadi barang yang dicari orang. Sebetulnya Anda pun bisa membuat kalender sendiri. Caranya mudah, apalagi Anda juga bisa membuat kalender dari koleksi foto keluarga Anda. Hasilnya dijamin memuaskan.

Berikut ini langkah-langkah yang harus Anda lakukan dalam membuat kalender pribadi dari koleksi foto :


Baca Selanjutnya


www.KabariNews.com/?34260




__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

Tuesday, December 29, 2009

[ac-i] Selamat Tahun Baru 2010

 

selamattahunbaru2010.jpg

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] Press Release CULTURE 4 FUTURE, Plaza Monumen SO 1 Maret Yogyakarta (31 Des 2009) [1 Attachment]

 
[Attachment(s) from tovicraharja included below]



All,

Terlampir Press Release untuk Culture 4 Future.


Rgds,
PDDJ









                                           

__._,_.___

Attachment(s) from tovicraharja

1 of 1 File(s)

blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

[ac-i] Laboratorium Unik Para Hantu Yang Kocak

 

Laboratorium Unik Para Hantu Yang Kocak E-mail
Tuesday, 29 December 2009
Image
Cover mobile comic Rama Noera volume keempat
Rama Noera volume ke 4 mengisahkan Rama yang sedang dijadikan kelinci percobaan Dr. Gergazz. Walau ada niat membantu mengembalikan Rama ke dunia manusia, Dr. Gergazz tetap berhati setan, ada itikad jahat di hatinya. Kecangihan seperti apakah laboratorium milik para hantu ini? Dan berhasilkah Rama kembali berkumpul bersama keluarganya di kehidupan yang normal. Segera baca komik Rama Noera yang berjudul "Laboratorium" ini, bagi pelanggan Indosat untuk mengetik sms REG KOMIK kirim ke 6767. Dan bisa juga untuk pelanggan Telkomsel dengan mengakses di *268# pilih 3 pilih 5 pilih 7. Komik karya Noera ini memang kocak abis... Dijamin bisa menghilangkan rasa penat di hati.
 

Komik lainnya bisa dicek di:
http://pragatcomic.com/new/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=16&Itemid=28

Gunakan firefox untuk membuka webnya, ya...
:)
 
ahmadzeni

http://pragatcomic.com/new/images/stories/fruit/caharaintarkom4.png
Ikuti Tarung Komik Humor Berhadiah Total Dua Juta Rupiah!
Di www.PragatComic.com
Web Pergerakan Cergam Baru.
Selalu Ada Komik Terbaru!



__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___