Friday, December 18, 2009

[ac-i] Jakarta New Year's Concert 2010 - Ananda Sukarlan "LIBERTAS"

 

Jakarta New Year's Concert 2010

Ananda Sukarlan's "Libertas"

Sebuah kantata untuk kemerdekaan dan hak azasi manusia

yang diilhami oleh 8 karya besar para pujangga indonesia dan dunia

ws. rendra – chairil anwar – sapardi djoko damono – hasan aspahani

ilham malayu – luis cernuda – archibald macleish – walt whitman

 

Minggu, 3 Januari 2010

Graha Bhakti Budaya – Taman Ismail Marzuki

Pertunjukan 1 : 15.00 WIB

Pertunjukan 2 : 20.00 WIB

 

Ananda Sukarlan piano - Joseph Kristianto baritone - Aning Katamsi soprano

ITB Choir paduan suara - Paragita UI paduan suara - Jakarta String Ensemble Prima Muchlisin

Elizabeth Ashford flute – Inez Raharjo violin - Harianto english horn - David Kristiawan perkusi

Indra Listyanto konduktor - Chendra Panatan koreografer

Ananda Sukarlan pengarah musik Chendra Panatan pengarah artistik

Bram & Kumoratih Kushardjanto produser

 

 

Ananda Sukarlan dikenal sebagai pianis handal dengan reputasi Internasional, dimana ia yang sekarang bermukim di Spanyol ini sering di sebut "A Brilliant Young Indonesian Pianist". Pada 3 Januari 2010 di Graha Bhakti Budaya – Taman Ismail Marzuki (TIM), Gelar akan memproduksi konser tahunan JAKARTA NEW YEAR'S CONCERT 2010 yang ke-4 dengan tema "LIBERTAS" – kantata untuk kemerdekaan dan hak azasi manusia.

 

Dalam berkarya, Ananda senantiasa mengusung tema-tema kemanusiaan yang bersifat universal. Karya terbarunya ini diilhami oleh 8 karya besar pujangga Indonesia dan dunia, yaitu WS. Rendra, Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Hasan Aspahani, Ilham Malayu, Walt Whitman, Luis Cernuda, dan Archibald MacLeish. Kantata untuk kemerdekaan dan hak azasi manusia yang berjudul Libertas ini dipentaskan untuk pertama kalinya di dunia dihadapan publik terbatas di Bimasena, Hotel Dharmawangsa Jakarta pada bulan Agustus, dimana Presiden SBY juga dijadwalkan untuk menyaksikan pergelaran ini.  Meski kini Libertas dimainkan tidak dalam rangka memperingati kemerdekaan RI, tema kebebasan ini tetap dirasa relevan dalam konteks Indonesia yang baru saja selesai merayakan keberhasilan demokrasi – dimana kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan kedaulatan rakyat diatas segalanya. Tahun 2010 menjadi awal harapan baru bagi rakyat, untuk Indonesia yang lebih baik, lebih adil serta lebih bermartabat.

 

Libertas didukung oleh solois-solois handal antara lain Aning Katamsi (soprano), Joseph Kristianto (baritone), Elizabeth Ashford (flute), pemain biola remaja Inez Raharjo, serta dua kelompok paduan suara dari Paragita UI dan ITB yang sudah tak asing lagi. Jakarta New Year's Concert yang digagas oleh Ananda Sukarlan ini sendiri juga sudah dilaksanakan selama 3 tahun berturut-turut sebagai program tahunan dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para pencinta seni pertunjukan khususnya musik.

 

Bila China Punya Lang Lang, Indonesia Punya Ananda Sukarlan

Sebagai salah satu pianis ternama dunia, Ananda telah berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia melalui dentingan pianonya yang menghibur dan mengundang decak kagum dari banyak orang di seluruh dunia.

 

Ananda Sukarlan dikenal sebagai pianis handal dengan reputasi Internasional. Ia yang sekarang bermukim di Spanyol sering di sebut "A Brilliant Young Indonesian Pianist" ini, termasuk pianis yang sangat aktif dalam memberi konser. Ananda merupakan musisi Indonesia pertama yang namanya termasuk dalam daftar The International Who's Who in Music serta 2000 Outstanding Musicians in the 20th Century yang diterbitkan oleh The International Biographical Centre of Cambridge, Inggris. Ia sering diundang untuk menjadi pemain solo dengan orkes-orkes terkemuka dunia seperti : Rotterdam, Berlin, Madrid dan masih banyak lagi. Dan juga sering memberi resital piano tunggal di gedung-gedung konser paling bergengsi di Eropa seperti Concertgebouw Amsterdam, Philharmonie Berlin, Auditorio Nacional (Madrid), Rachmaninoff Hall (Moskow), Queen's Hall (Edinburg), dan lain-lain.

 

Sebagai komponis, karyanya telah banyak dipesan dan dimainkan di benua Amerika dan Eropa. Festival & organisasi yang telah meminta karyanya antara lain Mozart 250 years di Mexico, Associated Board of Royal Schools of Music, Mexico Symphony Orchestra, Segovia Guitar Festival dll. Karya-karya pianonya untuk tangan kiri saja berjudul Just a Minute! baru saja di release dalam CD oleh pianis Amerika, Jeffrey Jacob, di Capstone Records.  Ia telah mencipta beberapa karya besar, antara lain sebuah kantata tentang cinta Ars Amatoria, dan juga operanya yang pertama Mengapa Kau Culik Anak Kami, pesanan dari Indonesia Opera Society yang baru diperdanakan tahun ini di Jakarta. Termasuk menulis karya asli pertama di dunia untuk 3 piano 12 tangan, yang dimainkan oleh 3 piano Steinway dari Jerman, antara lain di New Year Concerts di Jakarta dan Jogja pada Januari 2009.  Kekayaan ragam budaya Indonesia juga senantiasa menjadi inspirasi yang tak ada habisnya bagi Ananda. Inilah yang mengilhaminya untuk menciptakan seri Rhapsodia Nusantara yang kini banyak dimainkan oleh ratusan pianis tidak hanya dari Indonesia. Karyanya yang terbanyak adalah karya untuk vokal yang saat ini berjumlah lebih dari 80 lagu. Musiknya telah banyak ditulis sebagai bahan desertasi dan tesis doktoral di beberapa universitas, antara lain di Griffith (Queensland), Maastricht, Glasgow, Madrid dan banyak universitas di Amerika Serikat.

 

Mencari Pianis-pianis Muda Berbakat Indonesia mulai dari Kalangan Elit Sampai ke Komunitas Pedagang Kaki Lima

Meski kini Ananda Sukarlan menetap di Spanyol, ia tetap secara rutin mengunjungi Indonesia untuk berbagi dengan para pelajar piano klasik dan penggemarnya di Indonesia. Salah satu tujuannya adalah mengembangkan musik sastra kontemporer di Indonesia sekaligus mencari dan membentuk pianis-pianis muda berbakat Indonesia yang diharapkan dapat mengikuti jejak para pemusik besar Indonesia yang kelak dapat mengharumkan nama bangsa. Jakarta New Year's Concert merupakan program yang digagasnya sebagai program yang diselenggarakan setiap tahun. Kini, JNYC sudah memasuki tahun ke-lima. Menurut pengakuan Ananda, ide menyelenggarakan konser setiap awal tahun ini diilhami oleh kebiasaan masyarakat di Wina, Austria, kota dimana Mozart mencapai puncak popularitasnya. Setelah kaum dewasanya berpesta pora merayakan tahun baru hingga dini hari, maka beberapa hari sesudah itu mereka berbondong-bondong menyaksikan konser bersama keluarganya. Dan ternyata dari tahun ke tahun, Jakarta New Year's Concert penontonnya semakin bertambah. Antusiasme penggemar musik klasik terutama piano makin besar karena selain JNYC, Ananda juga membuat kompetisi piano berskala nasional yaitu Ananda Sukarlan Award yang bertujuan mencari bibit-bibit baru pianis Indonesia.

 

Hal ini pulalah yang mendorong Ananda Sukarlan mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia awal 2009 lalu, yang memberi perhatian khusus pada pendidikan musik bagi anak-anak yang berbakat terutama dari keluarga yang kurang beruntung / kurang mampu. Misalnya dengan memberikan beasiswa untuk mempelajari musik secara serius serta memfasilitasi proses belajar tersebut dengan memberikan peralatan musik hasil sumbangan dari para donatur. Dan ternyata, musik klasik yang selama ini identik dengan kalangan tertentu dengan pencitraan yang eksklusif, bisa dinikmati pula oleh kalangan menengah ke bawah. Salah satu contoh adalah Komunitas Ciseeng, yang terdiri dari anak-anak para pedagang kaki lima di Depok. Anak-anak ini berkumpul di rumah salah seorang pedagang kaki lima yang kebetulan memiliki piano (bekas). Meski apa adanya, namun semangat adik-adik kecil dan remaja yang berumur antara 6 sampai 20 tahun ini cukup gigih untuk dapat belajar bermain musik. Secara sukarela, Cinta, gadis belia berbakat berumur 16 tahun yang juga anak pedagang kaki lima mengajari teman-temannya bermain piano. Ia sendiri adalah murid kursus piano di daerah Cipete, yang untuk menuju kesana saja membutuhkan waktu setidaknya 2 jam perjalanan. Ilmu yang ia dapat melalui kursus, langsung ia bagikan kepada adik-adik lainnya. Bagi komunitas ini, Cinta bak duta mereka dalam meraih pengetahuan. Untuk kegiatan ini, para orang tua dengan sukarela berpatungan untuk menyediakan makanan dan minuman sehari-hari bagi anak-anaknya yang belajar bermain musik. Kini, anak-anak berbakat yang kurang mampu bisa memperoleh kesempatan mendapatkan beasiswa untuk mempelajari musik secara serius dan mendapat bimbingan langsung dari Ananda Sukarlan.

 

Karya yang Dibawakan untuk JNYC 2010

BAGIAN 1 - Rhapsodia Nusantara dan Bibirku Bersujud di Bibirmu

Pertemanan antara Ananda Sukarlan dan Yazeed Djamin sangat erat di tahun-tahun terakhir sebelum Yazeed Djamin meninggal dunia. Kala itu, Yazeed berjanji untuk membuat seri Rhapsodia Nusantara berdasarkan lagu-lagu rakyat Indonesia, yang ditulis khusus untuk Ananda Sukarlan. Ilham untuk membuat rhapsodia ini berasal dari Hungarian Rhapsodies karya Franz Liszt yang berhasil mempopulerkan lagu-lagu rakyat Hongaria ke seluruh dunia. Tujuan menuliskan Rhapsodia Nusantara adalah untuk memperkenalkan lagu-lagu rakyat Indonesia ke seluruh dunia melalui konser-konser Ananda Sukarlan yang ketika itu bisa dibilang jarang dilakukan di Indonesia karena Ananda lebih dikenal oleh publik mancanegara. Sayangnya, proyek ini belum sempat terlaksana karena Yazeed Djamin meninggal dunia. Oleh karena itu, Ananda berinisiatif untuk melanjutkan ide dan cita-cita Yazeed Djamin. Akhirnya, Ananda menulis Rhapsodia Nusantara versinya sendiri. Meski dengan gaya dan interpretasi yang khas dan berbeda, ia mengelaborasi nada-nada tradisional, dimana para pendengar masih tetap dapat mendengarkan lagu-lagu rakyat tersebut dalam versi aslinya. Sampai saat ini, Ananda telah menciptakan 5 nomor Rhapsodia Nusantara yang merupakan kontribusinya untuk memperkaya khasanah musik piano di Indonesia. Karyanya ini amat dikenal dan sering sekali dimainkan tidak hanya oleh pianis Indonesia, tapi juga para pianis mancanegara.

 

Yang tak kalah menarik adalah akan dimainkannya repertoire-repertoire yang terilhami oleh bencana (gempa) yang akhir-akhir melanda Indonesia, sebagai bentuk keprihatinan Ananda. Bibirku Bersujud di Bibirmu adalah musik tari yang didasari oleh puisi Hasan Aspahani. Tak seperti judulnya, puisi ini jauh dari sensual. Puisi ini berkisah tentang cinta dan kehancuran yang diilhami oleh tsunami Aceh 2004, ketika lautan yang membentuk tsunami jatuh menyentuh tanah dan akhirnya meluluhlantakkan bibir pantai utara Sumatera. Bibirku akan ditampilkan pertama kalinya pada JNCY 2010 sebagai world premiere.

 

BAGIAN 2 - LIBERTAS : Sebuah Kantata untuk Kemerdekaan, Hak Manusia yang Paling Mendasar

Dalam berkarya, Ananda senantiasa mengusung tema-tema kemanusiaan yang bersifat universal. Karya terbarunya diilhami oleh 8 karya besar pujangga Indonesia dan dunia, yaitu WS. Rendra, Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Hasan Aspahani, Ilham Malayu, Walt Whitman, Luis Cernuda, dan Archibald MacLeish. Kantata untuk kemerdekaan dan hak azasi manusia yang berjudul Libertas ini dipentaskan untuk pertama kalinya di dunia dihadapan publik terbatas di Bimasena, Hotel Dharmawangsa Jakarta pada bulan Agustus, dimana Presiden SBY juga dijadwalkan untuk menyaksikan pergelaran ini.  Meski kini Libertas dimainkan tidak dalam rangka memperingati kemerdekaan RI, tema kebebasan ini tetap dirasa relevan dalam konteks Indonesia yang baru saja selesai merayakan keberhasilan demokrasi – dimana kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan kedaulatan rakyat diatas segalanya. Tahun 2010 menjadi awal harapan baru bagi rakyat, untuk Indonesia yang lebih baik, lebih adil serta lebih bermartabat.

 

Puisi yang paling akbar dan menyentuh adalah Krawang - Bekasi karya Chairil Anwar, dan ini menjadi nomor penutup dari karya yang berdurasi 28 menit ini. Uniknya, dalam Libertas Ananda juga menggunakan puisi pujangga Amerika, Archibald MacLeish, The Young Dead Soldiers do not Speak. Sejak diciptakannya Krawang-Bekasi, banyak orang yang menuduh bahwa karya Chairil Anwar menjiplak puisi MacLeish tersebut. Dengan disandingkannya 2 puisi besar tersebut dalam satu karya musik, Ananda ingin membela pendapatnya bahwa Chairil Anwar tidak menjiplak, tetapi hanya semata-mata terinspirasi. Hal ini sangat berbeda dengan menjiplak. Ananda membuktikannya melalui bahasa musikal yang menggunakan pola melodi yang sama di ke dua nomor itu. Tetapi ia berani bertaruh bahwa para pendengar tidak akan bisa mengidentifikasi bahwa dua nomor itu memiliki pola melodi yang sama. Begitu juga dalam puisi, dua tema yang sama bisa saja eksis di dua puisi, dengan struktur, pilihan kata dan ritme yang berbeda.

 

Puisi-puisi lainnya yang menjadi fondasi dari Libertas adalah Bentangkan Sayapmu, Indonesia! (yang diambil dari penyair Ilham Malayu), I Understand the Large Hearts of Heroes (cuplikan dari karya besar Walt Whitman Song of Myself), A Un Poeta Muerto (Luis Cernuda, sebuah puisi untuk mengenang kematian pujangga besar Spanyol Federico Garcia Lorca), Palestina (Hasan Aspahani), Ia Telah Pergi (W.S Rendra) dan Kita Ciptakan Kemerdekaan (Sapardi Djoko Damono). Sebuah interlude instrumental, Requiescat juga menjadi satu nomor dari kantata ini, dipersembahkan kepada mereka yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan. Requiescat ditulis untuk satu kombinasi instrumental yang memberi warna suara yang unik dan melankolis, yaitu english horn  dan kuartet gesek.

 

program bagian 1

Rapsodia Nusantara no.1

Ananda Sukarlan

 

Rapsodia Nusantara no.5 (World Premiere)

Ananda Sukarlan

 

Bibirku Bersujud di Bibirmu

Ananda Sukarlan

(musik tari berdasarkan puisi oleh Hasan Aspahani)

 

Menampilkan :

Ananda Sukarlan solo piano

Elizabeth Ashford flute - Inez Raharjo biola - Aning Katamsi soprano - Chendra Panatan koreografer

 

intermission

 

program bagian 2

Kantata no. 2 Libertas

Ananda Sukarlan

 

 

Informasi

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program hubungi Kumoratih 0818-720830.

Untuk reservasi tiket silakan hubungi Wanti 021-97959286 / Chendra 0818-891038.

Harga tiket : VIP Rp. 250.000,- / Reguler Rp. 100.000,- / Balkon Rp. 50.000,-

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment