Monday, December 21, 2009

[ac-i] Cerita Pedih: SALJU,SALJU, SALJU.

 

ASAHAN:
 
Cerita Pedih
 
                       SALJU, SALJU, SALJU
 
 
Sudah tiga hari salju menebal, mengepung pintu rumah, mengepung jalan-jalan, mengacaukan route lalu lintas, memacetkan kendaraan umum, pengangkutan bis dan mobil-mobil partikelir. Hanya anak-anak yang bersuka ria bermaian salju yang di negeri mereka sudah hampir 25 tahun tidak pernah turun salju tebal dan juga sudah 25 tahun mereka memimpikan sebuah hari Natal Putih, yang bersalju pada tgl  24, 25 dan 26 dan bila mungkin hingga tahun baru 1 Januari. Tahun ini mereka ketiban pulung, atau mungkin juga ketiban durian runtuh atau pucuk dicinta ulam tiba atau mendapatkan kijang teruit. Tapi tidak untuk saya.
 
Brommer saya sudah tiga hari tidur di kandangnya. Bis pengangkutan umum macet terhalang salju( situasinya sama seperti "kaum terhalang pulang"). Karena saya tidak punya mobil sendiri, dan tidak berani ambil risiko tergelincir di tengah jalan oleh salju yang licin maupun yang bergumpal, maka saya tidak bisa belanja dapur dan tinggal terkurung dalam rumah sambil menghabiskan persediaan makanan yang masih ada. Tapi sekarang beras sudah habis, roti juga sudah habis, bahkan persediaan mie instan, juga sudah habis karena memang gudang makanan orang sejenis saya sangat terbatas. Meskipun bekerja banting tulang selama 15 tahun dan juga dapat pensiun recehan agar tidak mati kelaparan, tapi selebihnya untuk jalan-jalan ke Amsterdam 2 kali setahun saja suduh tidak mampu apalagi mau coba-coba bervakansi ke negerinya orang-orang "terhalang pulang". Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Dan lubuk saya cuma berisi beberpa ekor ikan teri sedangkan padang saya tidak punya oase. jadi tidak tumbuh korma dan tidak dilalui onta.
 
Tapi saya sekarang tidak berpikir yang jauh-jauh. Hari ke empat, bila salju tetap menebal dan tidak juga lumer, saya sudah harus mulai berpuasa (tanpa pahala). Namun untuk saya, mungkin bisa bertahan, sedangkan istri saya yang selamanya sakit saraf, setengah invalid dan tergantung pada tenaga saya, tentu akan menambah komplikasi  yang ditimbulkan salju yang sedang mogok sekarang ini. Tapi rupanya saya masih punya persediaan setengah bungkus kacang tanah, tapi istri saya tidak bisa memfaedahkannya karena dia juga punya masaalah penyakit usus. Tapi sudahlah, saya tidak akan berpanjang-panjang berkompetisi dengan rakyat Indonesia yang kelaparan. Salju yang sekarang akan lumer pada ahir-ahirnya, tapi kelaparaan rakyat Indonesia masih akan berlanjut ratusan tahun. Saya hanya ingin sekedar berfilsafat kecil-kecilan: Di manapun ,manusia bisa mati oleh alasan yang teramat sederhana kalau nasib sudah menentukan begitu. Negara yang saya tinggali sekarang ini adalah negara kaya, negara makmur yang termasuk 7 negara terkaya di dunia. Masak si asahan bisa mati kelaparan karena di kepung salju yang baru tiga hari. Puasa seminggu, orang belum akan mati, paling-paling tekanan darahnya akan turun dan berat badan yang menurun  juga bikin lebih ramping, uang belanja dapur otomatis bisa dihemat, bensin brommer juga bisa diirit. Siapalah yang menggarami laut itu kalau bukan laut itu sendiri dan siapalah yang akan menghibur si asahan kalau bukan dia sendiri. Siapa tahu dalam beberapa hari ini Malaikat akan mengetuk pintu rumah  rumah saya dengan berita: Hei, Asahan ! Kamu menang lotre!
 
Hoofddorp, 21 Desember 2009.
asahan.

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment