Friday, July 31, 2009

[ac-i] www.karbonjournal.org // FOKUS 6: HUMOR DI RUANG KOTA // 6th FOCUS: HUMOR IN THE CITY


scroll down for English


FOKUS 6 | AGUSTUS 2009

HUMOR DI RUANG KOTA


Memandang kota dengan humor tanpa menjadi tumor
Pengantar Redaktur
Hidup di kota yang suntuk dan muluk, sesekali kecemasan perlu dilemaskan oleh humor.
Dengan gagah berani, edisi ini memandang kelucuan kota dengan humor. Dari esai tentang
perancang acara komedi di stasiun televisi, kelucuan seluruh layar kaca itu—tontonan yang
bisa kita saksikan di ruang keluarga—bahasan esai lalu keluar ke jalanan, hingga apa yang
direkam kembali kepada kita, untuk kita lihat di depan layar komputer.

Horor + rumor made in televisi Indonesia = Humor
Veven Sp. Wardhana
Tak perlu mencari tayangan khusus humor di televisi jika ingin terpingkal-pingkal.
Cukup menonton televisi Indonesia, maka segala yang aneh bin ajaib dijamin bisa membuat
kita geli sendiri. Veven Sp. Wardhana, pengamat televisi, menggeledah keanehan-keanehan itu.
Dari mulai film horor yang bisa-bisanya menjadi sinema reliji, kegilaan infotainmen, istilah-
istilah aneh, sampai tayangan sinetron absurd dan iklan-iklan siluman yang suka menyamar
tapi selalu ketahuan.

Surat protes untuk Produser Eksekutif Divisi Produksi Komedi sebuah stasiun televisi ternama
M. Isfanani Haidar Ilyas
Seorang pelacur media menulis surat ini setelah ia diusir dari ruang rapat. Sebuah protes yang
ditulis oleh 'orang dalam' pertelevisian, yang akan mengungkapkan kepada kita: mengapa televisi
Indonesia yang belum kapok-kapok membuat program komedi, selalu gagal membuat kita tertawa.

Dan tubuh tropismu bertanya-tanya: cuaca apakah ini?
Nuraini Juliastuti
Di kota yang panas, berjaket atau tidak berjaket kadang memusingkan, terutama bagi perempuan.
Antara berpakaian tertutup lalu panas sendirian atau terbuka lalu panas ramai-ramai dari sejuta mata
yang memandang. Nuraini Juliastuti menceritakan pengalaman dia dan Ani, temannya, tentang
kebiasaan berjaket di Yogyakarta.

Keluh-kasih jalanan Jakarta

Evi Mariani Sofian
Jalanan bisa jadi satu-satunya tempat seorang anak kaya menabrak pejalan kaki papa, namun ia
juga bisa jadi tempat seorang pebisnis mapan tersenyum pada petugas parkir miskin dan memberinya
upah karena mencarikannya tempat parkir yang nyaman. Evi Mariani menuliskan pengalaman dan
pandangannya tentang jalanan Jakarta yang sebenarnya penuh dengan kasih-sayang jika kita melihatnya
dengan hati.

Benci tapi rindu, mencaci atau melucu? Sebuah refleksi personal lewat situs web SERASA
Farid Rakun
Sebuah blog SERASA merekam produk Indonesia yang memplesetkan merk terkenal luar negeri.
Farid Rakun, dari balik layar komputernya, terus bertanya: apakah blog ini sungguh hendak berbagi
kelucuan atau hanya sekadar menertawakan? Atau jarak—berupa layar komputer, bahkan negara—yang
bukan langsung di jalanan tempat foto-foto itu diambil, yang membuat semua benci menjadi rindu,
 atau bahkan mencaci bisa menyamar jadi melucu?



1# AGUSTUS 2009: FOTO BARU OLEH ANGGA CIPTA



Alamat e-mail Anda kami dapatkan dari koleksi kontak milik Karbon dan Ruangrupa, organisasi seni rupa
kontemporer di Jakarta yang menerbitkan jurnal online Karbon ini. Jika publikasi melalui e-mail
ini mengganggu Anda, silahkan kirimkan pemberitahuan ke editor@karbonjournal.org,
agar setelah itu kami hilangkan kontak Anda dari arsip publikasi kami. Terima kasih.



6th FOCUS | August 2009
HUMOR IN THE CITY



Observing the city with humor without growing tumor
An Editorial Introduction
Living in a busy and extravagant city, sometimes we need to dampen our anxieties by using humor.
Courageously, this edition observes the absurdity of the city with humor. From an essay about a comedy
show programmer on a TV station and one about the absurdity of TV—the shows we see in our sitting
room—the essays then move outside to the street, and back to what have been recorded and presented
to us, to be seen on our computer screen.


Horror + rumor made in Indonesian television stations = Humor
Veven Sp. Wardhana
Veven Sp. Wardhana, a TV observer who always very diligently watches TV and makes notes, elucidates
about how the entire contents of the TV shows are actually very funny. It is enough for you to watch TV
to find a myriad of absurdities, starting from horror films that have turned into something called religious
cinema, the outlandish gossip shows, a variety of weird terms, to the absurd telenovela and the surreptitious
ghost ads that are invariably found out.


A letter of protest for the Executive Producer of the Comedy Production Division in
a well-known television station

M. Isfanani Haidar Ilyas
A media hooker wrote the letter after being sent out of the meeting room. It is a letter of protest written by an
insider in the TV industry, which will reveal to us the reason why Indonesian TV stations, that still incessantly
produce comedy shows, invariably fail to make us laugh.


And your tropical body wonders: what kind of climate is this?
Nuraini Juliastuti
In a hot city, the matter of using or not using jackets can be such a perplexing issue, especially for women.
Should I wear body-covering clothes and then feel stifled with the heat on my own, or wear revealing clothes
and subsequently sense the heat collectively from the weather as well as from the thousand pairs of eyes that
would stare at me? Nuraini Juliastuti tells of her and her friend Ani's experiences of wearing jackets in Yogyakarta.


Streets of Jakarta: Love or hate?
Evi Mariani Sofian
The road can be a place where a rich kid driving her car has a near miss with a poor pedestrian, but it can also
be the place where an established businessman smiles to a to a poor parking attendant and gives him generous
tips for finding him a good spot. Evi Mariani writes down her observations and musing about the streets of Jakarta,
which can be a place full of love if we care to use our hearts.


Hostile but longing, deriding or joking? a personal reflection by means of the SERASA site
Farid Rakun
A blog, SERASA, presents Indonesian products that made a twist of well-known international brands.
Farid Rakun wonders: does this blog truly wish to share some humor or simply to ridicule? Or perhaps
distance—protected as one might be by the privacy of the computer screens, or even by the miles separating
different countries—which dissipates the immediacy of the products, removing the audience from the street
where pictures of the products were taken, turns all hostility into longing, or masks derisions as jokes?




1# AUGUST 2009: NEW PHOTO BY ANGGA CIPTA





Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain!

[ac-i] Press rilis: Solo Dance Festival 5

 

Press rilis:

Solo Dance Festival 5

`mask & body'

 

 

A. Latar belakang

 

Manusia di zaman prasejarah  dan zaman klasik  memperlakukan topeng sebagai media penghubung jagad kecil (microcosmos) dan jagad besar (macrocosmos), yang berfungsi dalam kehidupan ritual dan religisositas mereka. Hampir semua etnis di penjuru dunia –  Indian, India, Cina, Jepang, Aborigin, dan lain-lain, termasuk negeri nusantara ini mempunyai tradisi topeng dan kesejarahannya bagaimana tradisi topeng berinteraksi dengan masyarakatnya. Misalnya, tradisi topeng panji terdapat di daerah Malang, Bali, Indramayu,  dan Cirebon serta ragam topeng  daerah-daerah nusantara lainnya.Dengan kata lain, tradisi topeng merupakan. heritage planet bumi ini.

Topeng juga menggambarkan emosi dan bahasa tubuh universal, seperti rasa marah, cinta, benci, takut, susah dan lain-lain. Di sini topeng menjadi jembatan ragam kebudayaan dunia untuk saling berinteraksi. Namun orang-orang modern masih memperlakukan topeng sebagai media kepura-puraan kosmetik dan cenderung berkonotasi negatif. Dalam Solo Dance Festival (SDF) ke-5  ini yang bertema the mask and the body ( topeng dan tubuh) adalah bagaimana penari menyikapi dan memperlakukan topeng dari dunia kepenariannya. Pengalaman-pengalaman inner person dan  the outer phenomenal word apa yang terjadi pada tubuh penari ketika bergerak memakai topeng dalam melahirkan karya-karya tarinya.

            Solo Dance Festival adalah festival penari tunggal yang diadakan sejak 2001 oleh Mataya arts&heritage, dimana para penari mengekspresikan karyanya untuk mengetahui bagaimana biografi tubuhnya terpengaruh oleh komunikasi intra-/interkultural di era globalisasi. Pada SDF 5 ini diadakan di Taman Balekambang, Solo, yang merupakan kawasan heritage Kota Solo pada 4 – 5 Agustus 2009. Tidak hanya pementasan juga diadakan agenda workshop tari untuk anak-anak dan remaja pada tanggal 4 Agustus 2009. Pengarah workshop tari untuk anak-anak adalah Aerli Rasinah dan untuk remaja, Didik Nini Thowok. Workshop ini penting dilakukan sebagai usaha pelestarian seni tradisi (intangible heritage) kepada kaum muda dan untuk mengetahui bagaimana perspektif mereka. Program ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi kreativitas penari-koreografer Indonesia dan memahami kembali bagaimana karya-karya tari topeng lahir di masa kini.

 

 

B. Waktu & Tempat

·         4 Agustus 2009, pk. 15.00 – 17.00

ü  Worksop tari untuk anak-anak oleh Aerly Rasinah

ü  Workshop tari remaja oleh Didik Nini Thowok

·         5 Agustus 2009, pk. 19.00 –  21.00 wib

Penampil:  Didik Nini Thowok (Jogjakarta),  I Made Sidia (Bali), Aerli Rasinah (Indramayu), Bambang Besur Suryono (Solo)

bertempat di Taman Balekambang, Jl. Adisucipto, Solo

 

 

C. Tentang Taman Balekambang:

Taman Balekambang yang memiliki nama asli Partini Tuin dan Partinah Boch dibangun oleh Kanjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII pada 26 Oktober 1921 sebagai tanda cinta kepada dua putri beliau. Awalnya taman ini dibagi menjadi dua area. Area pertama diberi nama Partini Tuin yang berarti Taman Partini. Partini adalah nama putri tertua Kanjeng Gusti Adipati Mangkunegoro VII. Area kedua dinamakan Partinah Bosch yang berarti Taman Air Partinah. Kedua taman inilah yang di kemudian hari oleh masyarakat Solo lebih dikenal sebagai Taman Balekambang.

 

 

Contact:

0816675808

Email:  infomataya@yahoo.com, udandawet@gmail.com

 

 

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
New business?

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Mental Health

Learn More

.

__,_._,___

Thursday, July 30, 2009

[ac-i] Mitologi di Mandeh

 

Mitologi di Mandeh
Oleh Arif Budiman

Bukit hijau. Tepian pantai landai. Laut membiru jernih dengan ombak bergulung kecil. Inilah wajah Mandeh, sebuah kampung yang mengandung mitologi, kuliner, sekaligus pesona bahari yang tak dapat dijumpai di daerah lain.


Mandeh terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Jika memasuki kampung yang memiliki luas sekitar 8.632 hektar ini, maka akan tampak jejeran rumah rumah penduduk yang dikelilingi oleh air laut dan hutan bakau (mangrove).


Ada pantun terkenal untuk melukiskan eksotika kampung Mandeh.


Pulau setan dilaman mandeh
Tampak nagari sungai Nyalo
Bagai intan dipaluik ameh
Loyak dituruik nak dibawo

(Pulau setan di halaman Mandeh
Terlihat nagari sungai Nyalo
Seperti intan dibalut emas
Layak dikunjungi untuk dibawa)


Selanjutnya klik http://wisataloka.com/kultur/mitologi-di-mandeh/


Salam,
TM. Dhani Iqbal

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

[ac-i] A.Kohar Ibrahim: Nol Puisi Nizar [1 Attachment]

 
[Attachment(s) from abdul kohar ibrahim included below]

A.Kohar Ibrahim: Nol Puisi Nizar
 

 

A.Kohar Ibrahim :

 

Nol

 

Puisi Nizar

 

 

(Bloknota Puitika)

 

 

 

JUDUL bloknota alias catatan mini ini, sepintas lintas bisa berarti bias, jika bukannya lugas melecehkan. Tapi secara hakikinya tidak. Umum memang sering menganggap chiffre atau angka Nol itu paling rendah bahkan sarat nada amat merendahkan jika dikenakan pada orang seseorang, apa pula diucapkan dengan nada amarah atau kebencian. Seperti ujar bilang orang Perancis : « Tu es nul ! » Yang bisa dimaknakan : Kau bodoh ! Otak kosong. Nol. Tak ada arti-nya.

 

Tetapi, sesungguhnyalah Nol itu ber-arti, bahkan amat teramat penting arti-nya. Dari zaman dulu sampai zaman kini angka Nol masih menjadi bahan studi atau sering jadi bahan percakapan yang menggelitik. Bukankah kata angka itu sendiri, jika dilacak yang dalam bahasa Perancisnya adalah chiffre ber-arti-kan Zero alias Nol berasal dari kata Arab : sifr yang ber-arti : kosong ? Begitulah secara etimologis-nya Wikipedia.

 

Angka Nol yang diartikan Kosong itu sesungguhnyalah benar benar berarti, lebih lebih lagi jika disimak dari sudut pandangan dunia Timur. Kosong yang bukan berarti tidak ada apa-apa-nya melainkan ber-isi. Kosong Yang Berisi. Kosong bermakna Mula. Tanpa Nol atau tanpa Yang Kosong, bagaimana pelukis bergairah atas tantangan untuk mengkomposisi kreasi lukisannya? Tanpa Nol, bagaimana orang seorang atau pedagang atau ahli matematika, ah apa pula bankir secara praktis melakukan hitung perhitungannya?

 

Iyah, sesungguhnyalah angka Nol itu amat berarti. Hingga ada masanya penemuan angka tersebut menjadi kebanggaan Dunia Arab zaman kejayaan ilmu matematikanya, hingga ada penamaan "chiffres arab". Padahal, sesungguhnyalah pula,  chiffres atau angka-angka yang terkenal dan digunakan secara dominan itu asal muasalnya dari India!

 

Terus terang saja. Saya tergeltik kembali pada soal angka Nol ini ketika adalah salah satu perbincangan di milis Apresiasi Sastra, dalam mana Hudan Hidayat campur-tangan. Dari situ muncul undangan inspirasi untuk menyusun lanjutan cermin (cerita mini) berkat gugahan Gurindam-12 Raja Ali Haji. Tulisan saya itu yang ke-5, berjudul : « Kosong Nan Berisi Puisi Mulia » dipasang siar Multiply 11 Mai 2009. Sengaja saya siar kembali di Facebook untuk melengkapi Bloknota ini.

 

Yang membikin saya kembali tergelitik oleh perihal angka Nol iyalah belakangan ini justeru ada seorang penyair yang juga publisis sekaligus juragan bisnis telah memanfaatkan makna atau arti angka Nol. Dengan pandangan sekalian apresiasi yang positip bahkan bernada mengkompori kaum atau calon usahawan dalam suatu acara peresmian sekolah di bidang itu. Pokoknya : dalam ber-usaha janganlah takut memulai dari Nol. Nol tu penting. Dengan lain nada sarat asa : janganlah takut gagal. Jatuh-bangun itu soal lumrah dalam berkiprah.

 

Aku senyum mesem menerima berita ujar kata sang penyair yang bernama Rida K Liamsi itu. Jadi pemicu ku membuka-buka halaman buku penyair Riau lainnya. Dan, syubhanallah ! aku kembali terkesimak sebuah sajak justeru berjudul : Nol. Tertera dalam halaman Kumpulan Puisi « Tarian Orang Lagoi » kreasi Husnizar Hood itulah :

 

NOL

 

hanya sepasu anggrek berwarna ungu

hampir layu, dan halaman kosong

kaca jendela berwarna hitam

memantulkan wajah cintaku menggelepar

musim utara menghambuskan

memaksa aku bergegas

memburu hidup dalam sajak-sajak

pada gelombang, angin ribut dan riau

telah ke laut ke hutan ke bukit ke awang-awang

sampai kurenung mimpi muntahku

ke mana-mana segalanya runtuh

di buluh-buluh tinggi menggalah

bagai zikir tardji, gurauan sattah

pemberontakan idrus, tangisan syam

berdayanya ikram, lalu edi, hafney

kemudian yose

aku menangis terbahak-bahak

memandang burung balam

mematuk-matuk pasir

membabat rumput-rumput kering

mungkin sebentar lagi anggrek

bagai pedang dan api diparuhnya

menikam leher memanggang diri

dan computer itupun meledak

di pustaka otakku

membakar buku catatan harian,

hangus!, dan nol.

(adakah riau masih menyisakan kata-kata untuk risaunya bagiku)

 

Demikian seutuhnya sajak Nizar dari kupuisinya Tarian Orang Lagoi terbitan Yayasan Kata Pekanbaru 1999 dengan kata pengantar dari Hasan Junus. Sebuah hasil kreasi Nol yang amat berarti. Meski computer telah meledak di pustaka otak dan membakar buku catatan hangus…dan nol! Namun nol-nya nol yang kosong berisi isian layak kaji lagak lagu juang kehidupan manusiawi. Hangus pun kehangusan yang sarat asa dan hasrat untuk mula memulai kembali, bak burung feniks, seperti pribasa kata: patah tumbuh hilang berganti. Jatuh pun bangun lagi.*

 

31 Juli 2009.

 

__._,_.___

Attachment(s) from abdul kohar ibrahim

1 of 1 Photo(s)

blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Search Ads

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

.

__,_._,___

[ac-i] Malam ini di Salihara: Cinta dan Benci Sonja Tolstoy

 

Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB
Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy
Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia
di Teater Salihara

Cinta dan Benci Sonja Tolstoy

Drama tentang istri Leo Tolstoy akan dipentaskan di Salihara. Sosok penting di balik karya-karya pemuncak sang jenius.

BUKU harian itu disodorkan Leo Tolstoy kepada Sonja di malam pernikahan mereka. Wanita itu pun menangis: "Ini mengerikan! Mengerikan!" Diary itu mengungkap detail pergaulan seks Tolstoy dengan para budaknya di masa lalu. Meski terluka, gadis itu tetap menikahi kekasihnya.

Leo, 34 tahun, dan Sofya Andreyevna Behrs, 18 tahun, menikah pada September 1862. Diawali kejujuran yang menyakitkan, perkawinan mereka bahagia di tahun-tahun pertama. Penggalan kisah di malam pernikahan itu kelak dituangkan Tolstoy dalam karya masterpiece-nya: Anna Karenina.

Kisah hidup Sonja mendampingi sastrawan Rusia itulah yang akan ditampilkan Jumat dan Sabtu pekan ini di Teater Salihara, Jakarta. Drama monolog berjudul Tolstoy's Wife ini disutradarai dan disajikan oleh Jennifer Claire, dramawan asal Australia, berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy.

Kebahagiaan pernikahan hanya sesaat dinikmati Sonja. Hubungan suami-istri memburuk seiring dengan makin radikalnya pemikiran Tolstoy. Suaminya, misalnya, berniat menyerahkan royalti semua karyanya kepada kaum "miskin". Sastrawan Inggris, A.N. Wilson, bahkan menggambarkan pasangan ini sebagai "salah satu pernikahan paling tidak bahagia dalam sejarah sastra".

Toh, dari pernikahan ini, Sofya (Sonja atau Sonya dalam ejaan Inggris) melahirkan 13 anak—hanya sembilan yang hidup. Gonjang-ganjing rumah tangga tak membuat Sonja berhenti mencintai suaminya. Sambil mengurus anak, wanita itu dengan setia menjalankan peran sebagai sekretaris, editor, dan manajer keuangan suaminya.

Sonja menunjukkan pengabdian terbesarnya saat membantu Tolstoy merampungkan War and Peace pada 1869. Wanita itu menyalin seluruh lembar buku yang luar biasa tebal itu sebanyak delapan kopi—dengan tulis tangan! Sonja bahkan menulis manuskrip itu dengan tatakan khusus di tempat tidur—ketika ia baru pulih dari demam hebat yang nyaris menewaskannya sehabis melahirkan.

Tolstoy berpendapat hubungan seks dengan istri saat wanita itu hamil adalah perbuatan "menjijikkan", "sebuah kejahatan", dan "menentang hukum alam". Ia juga menganggap ibu menyusui tak pantas muncul di depan publik karena itu "cabul".

Keyakinan inilah yang membuat Sonja "terkurung" di rumah mereka di Yasnaya Polyana, di masa-masa panjang kehamilan, melahirkan, dan menyusui anak-anaknya. Pada periode ini, Tolstoy tidur terpisah dari sang istri. Walhasil, Sonja pun jadi punya banyak waktu untuk menggarap literatur-literatur suaminya. Ia bahkan melakukan sejumlah penyuntingan yang signifikan terhadap karya-karya Tolstoy. Tak pelak, sosok Sonja begitu penting dalam kisah-kisah tentang Tolstoy.

Sejumlah buku yang membeberkan kisah hidup dan romansanya telah diluncurkan. Salah satunya Sonya: The Life of Countess Tolstoy, karya Anne Edwards, 1981. Buku ini menampilkan sosok Nyonya Tolstoy berdasarkan buku harian dan surat-surat pribadi Sonja—berkat kerja sama Edwards dengan anak bungsu pasangan itu, Aleksandra Lvovna (Sasha). Buku ini mengungkap sisi sastrawi seorang wanita yang tersembunyi di balik kejeniusan suaminya.

Saat bersama Tolstoy—termasuk kala hubungan keduanya renggang—Sonja memang berhasrat ingin menulis banyak hal: tentang adiknya, Tanya, keluarga, dan dirinya sendiri. Namun itu tak pernah terwujud lantaran sang suami selalu menafikan kemampuan menulis sang istri. Ia "menuduh" tulisan Sonja tak bakal memenuhi standar karya sastra. Selain itu, bagi Tolstoy, tak ada tempat bagi perempuan di dunia sastra. Sonja pun kecil hati dan memfokuskan diri sebagai bayang-bayang belaka.

Anne Edwards bahkan menuliskan sebuah kesimpulan penting: andai Sonja tak bernasib buruk menikahi Tolstoy, ia pasti sudah menjadi penulis.

Andari Karina Anom (dari berbagai sumber)

TEMPO 23/XXXVIII 27 Juli 2009


Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda?
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang!

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___