scroll down for English
FOKUS 6 | AGUSTUS 2009
HUMOR DI RUANG KOTA
Memandang kota dengan humor tanpa menjadi tumor
Pengantar Redaktur
Hidup di kota yang suntuk dan muluk, sesekali kecemasan perlu dilemaskan oleh humor.
Dengan gagah berani, edisi ini memandang kelucuan kota dengan humor. Dari esai tentang
perancang acara komedi di stasiun televisi, kelucuan seluruh layar kaca itu—tontonan yang
bisa kita saksikan di ruang keluarga—bahasan esai lalu keluar ke jalanan, hingga apa yang
direkam kembali kepada kita, untuk kita lihat di depan layar komputer.
Horor + rumor made in televisi Indonesia = Humor
Veven Sp. Wardhana
Tak perlu mencari tayangan khusus humor di televisi jika ingin terpingkal-pingkal.
Cukup menonton televisi Indonesia, maka segala yang aneh bin ajaib dijamin bisa membuat
kita geli sendiri. Veven Sp. Wardhana, pengamat televisi, menggeledah keanehan-keanehan itu.
Dari mulai film horor yang bisa-bisanya menjadi sinema reliji, kegilaan infotainmen, istilah-
istilah aneh, sampai tayangan sinetron absurd dan iklan-iklan siluman yang suka menyamar
tapi selalu ketahuan.
Surat protes untuk Produser Eksekutif Divisi Produksi Komedi sebuah stasiun televisi ternama
M. Isfanani Haidar Ilyas
Seorang pelacur media menulis surat ini setelah ia diusir dari ruang rapat. Sebuah protes yang
ditulis oleh 'orang dalam' pertelevisian, yang akan mengungkapkan kepada kita: mengapa televisi
Indonesia yang belum kapok-kapok membuat program komedi, selalu gagal membuat kita tertawa.
Dan tubuh tropismu bertanya-tanya: cuaca apakah ini?
Nuraini Juliastuti
Di kota yang panas, berjaket atau tidak berjaket kadang memusingkan, terutama bagi perempuan.
Antara berpakaian tertutup lalu panas sendirian atau terbuka lalu panas ramai-ramai dari sejuta mata
yang memandang. Nuraini Juliastuti menceritakan pengalaman dia dan Ani, temannya, tentang
kebiasaan berjaket di Yogyakarta.
Keluh-kasih jalanan Jakarta
Evi Mariani Sofian
Jalanan bisa jadi satu-satunya tempat seorang anak kaya menabrak pejalan kaki papa, namun ia
juga bisa jadi tempat seorang pebisnis mapan tersenyum pada petugas parkir miskin dan memberinya
upah karena mencarikannya tempat parkir yang nyaman. Evi Mariani menuliskan pengalaman dan
pandangannya tentang jalanan Jakarta yang sebenarnya penuh dengan kasih-sayang jika kita melihatnya
dengan hati.
Benci tapi rindu, mencaci atau melucu? Sebuah refleksi personal lewat situs web SERASA
Farid Rakun
Sebuah blog SERASA merekam produk Indonesia yang memplesetkan merk terkenal luar negeri.
Farid Rakun, dari balik layar komputernya, terus bertanya: apakah blog ini sungguh hendak berbagi
kelucuan atau hanya sekadar menertawakan? Atau jarak—berupa layar komputer, bahkan negara—yang
bukan langsung di jalanan tempat foto-foto itu diambil, yang membuat semua benci menjadi rindu,
atau bahkan mencaci bisa menyamar jadi melucu?
1# AGUSTUS 2009: FOTO BARU OLEH ANGGA CIPTA
Memandang kota dengan humor tanpa menjadi tumor
Pengantar Redaktur
Hidup di kota yang suntuk dan muluk, sesekali kecemasan perlu dilemaskan oleh humor.
Dengan gagah berani, edisi ini memandang kelucuan kota dengan humor. Dari esai tentang
perancang acara komedi di stasiun televisi, kelucuan seluruh layar kaca itu—tontonan yang
bisa kita saksikan di ruang keluarga—bahasan esai lalu keluar ke jalanan, hingga apa yang
direkam kembali kepada kita, untuk kita lihat di depan layar komputer.
Horor + rumor made in televisi Indonesia = Humor
Veven Sp. Wardhana
Tak perlu mencari tayangan khusus humor di televisi jika ingin terpingkal-pingkal.
Cukup menonton televisi Indonesia, maka segala yang aneh bin ajaib dijamin bisa membuat
kita geli sendiri. Veven Sp. Wardhana, pengamat televisi, menggeledah keanehan-keanehan itu.
Dari mulai film horor yang bisa-bisanya menjadi sinema reliji, kegilaan infotainmen, istilah-
istilah aneh, sampai tayangan sinetron absurd dan iklan-iklan siluman yang suka menyamar
tapi selalu ketahuan.
Surat protes untuk Produser Eksekutif Divisi Produksi Komedi sebuah stasiun televisi ternama
M. Isfanani Haidar Ilyas
Seorang pelacur media menulis surat ini setelah ia diusir dari ruang rapat. Sebuah protes yang
ditulis oleh 'orang dalam' pertelevisian, yang akan mengungkapkan kepada kita: mengapa televisi
Indonesia yang belum kapok-kapok membuat program komedi, selalu gagal membuat kita tertawa.
Dan tubuh tropismu bertanya-tanya: cuaca apakah ini?
Nuraini Juliastuti
Di kota yang panas, berjaket atau tidak berjaket kadang memusingkan, terutama bagi perempuan.
Antara berpakaian tertutup lalu panas sendirian atau terbuka lalu panas ramai-ramai dari sejuta mata
yang memandang. Nuraini Juliastuti menceritakan pengalaman dia dan Ani, temannya, tentang
kebiasaan berjaket di Yogyakarta.
Keluh-kasih jalanan Jakarta
Evi Mariani Sofian
Jalanan bisa jadi satu-satunya tempat seorang anak kaya menabrak pejalan kaki papa, namun ia
juga bisa jadi tempat seorang pebisnis mapan tersenyum pada petugas parkir miskin dan memberinya
upah karena mencarikannya tempat parkir yang nyaman. Evi Mariani menuliskan pengalaman dan
pandangannya tentang jalanan Jakarta yang sebenarnya penuh dengan kasih-sayang jika kita melihatnya
dengan hati.
Benci tapi rindu, mencaci atau melucu? Sebuah refleksi personal lewat situs web SERASA
Farid Rakun
Sebuah blog SERASA merekam produk Indonesia yang memplesetkan merk terkenal luar negeri.
Farid Rakun, dari balik layar komputernya, terus bertanya: apakah blog ini sungguh hendak berbagi
kelucuan atau hanya sekadar menertawakan? Atau jarak—berupa layar komputer, bahkan negara—yang
bukan langsung di jalanan tempat foto-foto itu diambil, yang membuat semua benci menjadi rindu,
atau bahkan mencaci bisa menyamar jadi melucu?
1# AGUSTUS 2009: FOTO BARU OLEH ANGGA CIPTA
Alamat e-mail Anda kami dapatkan dari koleksi kontak milik Karbon dan Ruangrupa, organisasi seni rupa
kontemporer di Jakarta yang menerbitkan jurnal online Karbon ini. Jika publikasi melalui e-mail
ini mengganggu Anda, silahkan kirimkan pemberitahuan ke editor@karbonjournal.org,
agar setelah itu kami hilangkan kontak Anda dari arsip publikasi kami. Terima kasih.
ini mengganggu Anda, silahkan kirimkan pemberitahuan ke editor@karbonjournal.org,
agar setelah itu kami hilangkan kontak Anda dari arsip publikasi kami. Terima kasih.
An Editorial Introduction
Living in a busy and extravagant city, sometimes we need to dampen our anxieties by using humor.
Courageously, this edition observes the absurdity of the city with humor. From an essay about a comedy
show programmer on a TV station and one about the absurdity of TV—the shows we see in our sitting
room—the essays then move outside to the street, and back to what have been recorded and presented
to us, to be seen on our computer screen.
Horror + rumor made in Indonesian television stations = Humor
Veven Sp. Wardhana
Veven Sp. Wardhana, a TV observer who always very diligently watches TV and makes notes, elucidates
about how the entire contents of the TV shows are actually very funny. It is enough for you to watch TV
to find a myriad of absurdities, starting from horror films that have turned into something called religious
cinema, the outlandish gossip shows, a variety of weird terms, to the absurd telenovela and the surreptitious
ghost ads that are invariably found out.
A letter of protest for the Executive Producer of the Comedy Production Division in
a well-known television station
M. Isfanani Haidar Ilyas
A media hooker wrote the letter after being sent out of the meeting room. It is a letter of protest written by an
insider in the TV industry, which will reveal to us the reason why Indonesian TV stations, that still incessantly
produce comedy shows, invariably fail to make us laugh.
And your tropical body wonders: what kind of climate is this?
Nuraini Juliastuti
In a hot city, the matter of using or not using jackets can be such a perplexing issue, especially for women.
Should I wear body-covering clothes and then feel stifled with the heat on my own, or wear revealing clothes
and subsequently sense the heat collectively from the weather as well as from the thousand pairs of eyes that
would stare at me? Nuraini Juliastuti tells of her and her friend Ani's experiences of wearing jackets in Yogyakarta.
Streets of Jakarta: Love or hate?
Evi Mariani Sofian
The road can be a place where a rich kid driving her car has a near miss with a poor pedestrian, but it can also
be the place where an established businessman smiles to a to a poor parking attendant and gives him generous
tips for finding him a good spot. Evi Mariani writes down her observations and musing about the streets of Jakarta,
which can be a place full of love if we care to use our hearts.
Hostile but longing, deriding or joking? a personal reflection by means of the SERASA site
Farid Rakun
A blog, SERASA, presents Indonesian products that made a twist of well-known international brands.
Farid Rakun wonders: does this blog truly wish to share some humor or simply to ridicule? Or perhaps
distance—protected as one might be by the privacy of the computer screens, or even by the miles separating
different countries—which dissipates the immediacy of the products, removing the audience from the street
where pictures of the products were taken, turns all hostility into longing, or masks derisions as jokes?
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain!
No comments:
Post a Comment