Thursday, July 30, 2009

[ac-i] Malam ini di Salihara: Cinta dan Benci Sonja Tolstoy

 

Jumat-Sabtu, 31 Juli – 01 Agustus 2009, 20:00 WIB
Monolog TOLSTOY'S WIFE, Sebuah drama berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy
Sutradara dan pemain: Jennifer Claire, Australia
di Teater Salihara

Cinta dan Benci Sonja Tolstoy

Drama tentang istri Leo Tolstoy akan dipentaskan di Salihara. Sosok penting di balik karya-karya pemuncak sang jenius.

BUKU harian itu disodorkan Leo Tolstoy kepada Sonja di malam pernikahan mereka. Wanita itu pun menangis: "Ini mengerikan! Mengerikan!" Diary itu mengungkap detail pergaulan seks Tolstoy dengan para budaknya di masa lalu. Meski terluka, gadis itu tetap menikahi kekasihnya.

Leo, 34 tahun, dan Sofya Andreyevna Behrs, 18 tahun, menikah pada September 1862. Diawali kejujuran yang menyakitkan, perkawinan mereka bahagia di tahun-tahun pertama. Penggalan kisah di malam pernikahan itu kelak dituangkan Tolstoy dalam karya masterpiece-nya: Anna Karenina.

Kisah hidup Sonja mendampingi sastrawan Rusia itulah yang akan ditampilkan Jumat dan Sabtu pekan ini di Teater Salihara, Jakarta. Drama monolog berjudul Tolstoy's Wife ini disutradarai dan disajikan oleh Jennifer Claire, dramawan asal Australia, berdasarkan buku harian terakhir Countess Sonya Tolstoy.

Kebahagiaan pernikahan hanya sesaat dinikmati Sonja. Hubungan suami-istri memburuk seiring dengan makin radikalnya pemikiran Tolstoy. Suaminya, misalnya, berniat menyerahkan royalti semua karyanya kepada kaum "miskin". Sastrawan Inggris, A.N. Wilson, bahkan menggambarkan pasangan ini sebagai "salah satu pernikahan paling tidak bahagia dalam sejarah sastra".

Toh, dari pernikahan ini, Sofya (Sonja atau Sonya dalam ejaan Inggris) melahirkan 13 anak—hanya sembilan yang hidup. Gonjang-ganjing rumah tangga tak membuat Sonja berhenti mencintai suaminya. Sambil mengurus anak, wanita itu dengan setia menjalankan peran sebagai sekretaris, editor, dan manajer keuangan suaminya.

Sonja menunjukkan pengabdian terbesarnya saat membantu Tolstoy merampungkan War and Peace pada 1869. Wanita itu menyalin seluruh lembar buku yang luar biasa tebal itu sebanyak delapan kopi—dengan tulis tangan! Sonja bahkan menulis manuskrip itu dengan tatakan khusus di tempat tidur—ketika ia baru pulih dari demam hebat yang nyaris menewaskannya sehabis melahirkan.

Tolstoy berpendapat hubungan seks dengan istri saat wanita itu hamil adalah perbuatan "menjijikkan", "sebuah kejahatan", dan "menentang hukum alam". Ia juga menganggap ibu menyusui tak pantas muncul di depan publik karena itu "cabul".

Keyakinan inilah yang membuat Sonja "terkurung" di rumah mereka di Yasnaya Polyana, di masa-masa panjang kehamilan, melahirkan, dan menyusui anak-anaknya. Pada periode ini, Tolstoy tidur terpisah dari sang istri. Walhasil, Sonja pun jadi punya banyak waktu untuk menggarap literatur-literatur suaminya. Ia bahkan melakukan sejumlah penyuntingan yang signifikan terhadap karya-karya Tolstoy. Tak pelak, sosok Sonja begitu penting dalam kisah-kisah tentang Tolstoy.

Sejumlah buku yang membeberkan kisah hidup dan romansanya telah diluncurkan. Salah satunya Sonya: The Life of Countess Tolstoy, karya Anne Edwards, 1981. Buku ini menampilkan sosok Nyonya Tolstoy berdasarkan buku harian dan surat-surat pribadi Sonja—berkat kerja sama Edwards dengan anak bungsu pasangan itu, Aleksandra Lvovna (Sasha). Buku ini mengungkap sisi sastrawi seorang wanita yang tersembunyi di balik kejeniusan suaminya.

Saat bersama Tolstoy—termasuk kala hubungan keduanya renggang—Sonja memang berhasrat ingin menulis banyak hal: tentang adiknya, Tanya, keluarga, dan dirinya sendiri. Namun itu tak pernah terwujud lantaran sang suami selalu menafikan kemampuan menulis sang istri. Ia "menuduh" tulisan Sonja tak bakal memenuhi standar karya sastra. Selain itu, bagi Tolstoy, tak ada tempat bagi perempuan di dunia sastra. Sonja pun kecil hati dan memfokuskan diri sebagai bayang-bayang belaka.

Anne Edwards bahkan menuliskan sebuah kesimpulan penting: andai Sonja tak bernasib buruk menikahi Tolstoy, ia pasti sudah menjadi penulis.

Andari Karina Anom (dari berbagai sumber)

TEMPO 23/XXXVIII 27 Juli 2009


Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda?
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang!

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment