Wisata Kekumuhan Jakarta, 'Persetubuhan' Lintas Budaya Chris Poerba Keterlaluan, tidak berperikemanusiaan, pasti itulah sumpah serapah yang akan keluar dari mulut, bila mendengar ada sebuah wisata yang dilakukan dengan mengunjungi kampung-kampung yang terbilang padat, sesak dan kumuh. Berdiri di atas penderitaan orang lain, mengeruk laba dari nasib si miskin, mungkin itu pula tuduhan orang saat mengetahui adanya biro perjalanan wisata seperti itu. Memang, semenjak dimuat oleh sebuah media besar, maka Jakarta Hidden Area Tour, selaku pengelola perjalanan wisata kumuh itu, banyak menuai kritik yang sangat pedas. Tak hanya media cetak lokal dan media televisi lokal saja yang memuat wisata perjalanan ini, tapi juga media cetak dari luar. Jakarta Hidden Area Tour memang membuka paket wisata perjalanan mengunjungi kampung-kampung kumuh, dengan visualisasi rumah semi permanen, yang berbalutkan triplek, memasuki gang-gang yang semakin ke dalam semakin sempit dan lebih padat lagi,mengendus bau bumbu dapur warga setempat yang sedang memasak, memandang orang sedang tidur di luar rumah sambil bertelanjang dada, termasuk ibu-ibu yang asyik ngegosip sambil mencuci baju di kali yang berwarna coklat. Ada pula orang yang sedang mendendangkan lagu sambil membuang hajat di kali, kali yang menyediakan WC sesempit helikopter. Ternyata semua itu memiliki nilai jual tersendiri, dan membuka peluang pasar tersendiri, yang menjadi satu paket perjalanan yang ditawarkan Jakarta Hidden Area Tour. Pada Ahad, tanggal 5 Juli 2009, sekitar pukul 11 siang, kembali Ronny Poluan, selaku orang yang menggagas dan sekaligus merintis usaha ini, mengantarkan dua orang wanita yang sudah berumur separuh baya. Yang satu berambut pirang, yang lainnya berambut hitam ikal, yang juga ditemani oleh seorang laki-laki, datang untuk berkunjung menemui para warga di sepanjang rel kereta api di Kampung Galur, Rawa Tengah, di bilangan Kawasan Senen. Sebelumnya mereka semua bertemu di sebuah mall yang juga tak jauh dari kawasan itu. Perjalanan itu pun dimulai, mereka menyusuri jalan setapak di pinggir rel itu. Perjalanan yang sangat dihasrati oleh turis-turis dari luar ini dilakukan sambil berjalan kaki dengan mengunjungi pabrik tahu, mendatangi pasar setempat, juga mengunjungi warga yang pernah terkena musibah. Saat mengunjungi pabrik tahu, seorang turis ada yang membeli tahu dan memberikannya kembali secara cuma-cuma kepada warga yang tinggal di sekitarnya. Turis-turis tersebut juga mengunjungi rumah triplek seorang ibu, di lorong yang sempit. Suaminya telah meninggal dengan cara yang mengenaskan saat terjadinya peristiwa pemboman Hotel JW Marriot di komples bisnis Kuningan tahun 2003. Ibu ini, menurut pengakuannya pernah memperoleh "uang kaget" dari salah satu program televisi swasta.
Berani, kuat, kreatif Selain berjalan kaki, langkah kaki pun ditopang dengan menaiki kendaraan umum yang sehari-harinya digunakan oleh penduduk. Di situ beroperasi mikrolet 01 jurusan Kampung Melayu-Senen. Seperti itulah wisata "spiritual" yang dilakukan dengan mengunjungi para warga yang masih kurang beruntung, yang masih dalam belitan kemiskinan. Wisata rohani yang mencoba merasakan dan "mengalami" kemiskinan. Mungkin tepat juga kalau dijuluki wisata "turba" alias turun ke bawah, untuk merasakan detak kemiskinan masyarakat yang tersingkirkan di sebuah metropolitan yang bernama Jakarta. "Jakarta adalah sebuah kota metropolitan yang sangat modern, dengan gedung bertingkat dan apartemen, mall, namun tur ini adalah tur yang akan pergi ke balik gedung dan keramaian modernisasi, sebuah tur yang akan mengunjungi orang kebanyakan di Jakarta yang hidup dalam situasi dan kondisi yang memprihatinkan. Dan tur ini akan menemui keluarga-keluarga yang hidup dengan sangat berani, kuat, dan kreatif dalam kondisi yang sangat terbatas." Itulah slogan yang ditawarkan Jakarta Hidden Area Tour. Menawarkan sisi lain dari Jakarta, di balik megahnya belantara gedung-gedung, yaitu kampung-kampung yang kumuh, di mana hidup orang-orang yang memiliki semangat juang yang tinggi. Bagi para turis asing mungkin paket kekumuhan kota ini nilainya sangat "mahal," karena jarang ditemui di negara asal mereka. Sedangkan di Jakarta dan di beberapa ibukota negara dunia sedang berkembang, kampung-kampung kumuh seperti ini masih banyak. Di Jakarta, meskipun di jalan-jalan besar, di central business districts (CBD), seperti di bilangan Jalan Sudirman, memang terlihat banyak gedung-gedung tinggi yang gagah menjulang, tapi coba lihat di bagian belakang dari gedung-gedung itu. Setelah memasuki jalan-jalan sempit akan terlihat begitu banyak permukiman warga yang masih jauh dari standar rumah dan lingkungan yang sehat. Kekumuhan Jakarta tersamarkan oleh banyaknya gedung-gedung pencakar langit. Orgasme Ronny Poluan, selaku salah satu pengelola wisata perjalanan ini mengatakan paket perjalanan ke dunia kaum miskin kota ini sudah dimulai sejak 2008. Usahanya ini bermula saat dia sangat sering membawa para seniman dari luar negeri untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang miskin di Jakarta. Pertemuan para seniman-seniman dari luar negeri dengan warga penghuni kampung kumuh tersebut melahirkan sebuah ide, sebuah gagasan yang menyegarkan, bagi para seniman-seniman itu. lebih lengkap di http://chrispoerba. |
Mencari semua teman di Yahoo! Messenger?
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang!
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
No comments:
Post a Comment