Thursday, December 24, 2009

[ac-i] Terbit buku Konservasi Budaya Panji, Henri Nurcahyo (editor)

 

Inilah buku ke-7 dari 11 judul  buku yang diterbitkan Dewan Kesenian Jawa Timur.

 

Konservasi Budaya Panji


Editor
Henri Nurcahyo

Penulis:
Aminudin Kasdi
Bambang Tetuko
Dwi Cahyono
Henri Nurcahyo
Lydia Kieven
Narsen Afatara
Nasrul Illahi
R. Joko Prakosa
RM. Yunani Prawiranegara
S. Jai
Soemarno


Pracetak:
Abdul Malik, Ribut Wijoto

Desain cover dan lay out:
Kang Madrim

Cetakan pertama:
November 2009

Tebal:
216 halaman+xi

ISBN:
978-979-18793-7-8




Diterbitkan oleh
Dewan Kesenian Jawa Timur
Jl.Wisata Menanggal Surabaya 60234
Telp/fax 031- 8554304
Email:dk_jatim@yahoo.com


Bekerja sama dengan;
Bayumedia Publishing
Jl.Bukit Barisan 23 Malang
Telp 0341- 570343 fax 0341- 570342
Email:bayumedia@yahoo.com




SEKAPUR SIRIH

Syukur Alhamdulillah, program penerbitan buku tahap kedua berjalan sesuai rencana. Sejak semula, Dewan Kesenian Jawa Timur memahami bahwa kesenian tidak hanya terpaku dengan wilayah olah rasa. Tapi juga ada gelibat kencang dari pergulatan pemikiran. Inilah yang perlu dicatat. Problemnya, mencatat pemikiran belum menjadi tradisi yang mengakar di Jawa Timur. Terbukti, penerbitan buku di provinsi yang beragam etnik ini masih teramat sepi. Tetapi kami tetap optimistis. Sepi bukan berarti tidak ada sama sekali.
Kami berharap usaha penerbitan ini mampu meningkatkan gairah kehidupan kesenian. Terkhusus di Jawa Timur. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para seniman yang telah mencurahkan keringat-dinginnya untuk menulis buku, editor, penerbit, dan seluruh insan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan kesenian di Jawa Timur. Selebihnya, ungkapan kuno, tiada gading yang tak retak, patut kami ketengahkan. Artinya, kami tetap mengharapkan adanya kritik dan saran demi terciptanya kondusivitas berkesenian yang sehat dan progresif. Amin.

Surabaya, 10 November 2009

Achmad Fauzi
Ketua Umum Dewan Kesenian Jatim







Semacam Pengantar

Apa yang disebut dengan Cerita Panji, ternyata bukan sekadar kisah percintaan antara Panji Asmarabangun dan putri Galuh Candrakirana. Ada banyak hal yang menarik terkait dengan cerita rakyat ini sehingga pantas menjadi perbincangan banyak kalangan. Bukan hanya terkait dengan sastra lokal, melainkan juga menyangkut aspek sejarah, arkeologi, antropologi, pertanian, politik, dan aspek budaya secara luas. Itu sebabnya, khasanah cerita rakyat ini tidak hanya berhenti sebagai karya sastra, melainkan sudah menjadi budaya. Dan apa yang disebut Budaya Panji, adalah sebuah fenomena tersendiri.

Sebagai sebuah kisah percintaan, menjadi hal yang menarik ketika ternyata kisah itu menjadi cerita utama banyak seni pertunjukan. Mulai dari Wayang Beber, Wayang Topeng, Wayang Krucil, Wayang Gedhog dan sejumlah teater rakyat. Dan ternyata lakon tersebut juga melahirkan banyak varian sehingga pertunjukan teater rakyat memiliki banyak alternatif ketika mementaskan cerita Panji. Inilah fenomena yang pertama.

Kedua, banyak orang mengenal cerita-cerita rakyat seperti Ande-ande Lumut, Timun Mas, Keong Mas, Thothok Kerot, Utheg-utheg Ugel dan sebagainya. Namun yang tidak disadari, bahwa cerita yang akrab di kalangan anak-anak desa itu adalah juga varian dari cerita Panji. Bisa dikatakan bahwa cerita-cerita itu adalah fragmen-fragmen dari cerita besar mengenai pengembaraan Raden Panji Asmorobangun ketika patah hati karena kekasihnya yang pertama, Dewi Anggraeni, bunuh diri sebelum dibunuh utusan Raja.

Ketiga, kisah yang bersumber dari kerajaan Kadiri dan Jenggala ini ternyata menyebar ke seluruh Jawa, Bali, Nusa Tenggara, menyeberang ke Sumatra, Kalimantan, bahkan hingga ke negara-negara Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar dan sebagainya. Bukankah ini dapat disebut sebagai ekspor budaya?

Keempat, dirunut dari aspek sejarah, kisah ini terjadi pada masa kerajaan Kadiri, namun justru muncul dua ratus tahun sesudah itu, yaitu pada masa kerajaan Majapahit. Dari sini saja sudah memancing kajian sejarah dan aspek politik yang menarik diperbincangkan. Bahkan, mempersoalkan apakah Panji ini memang merupakan fakta sejarah atau hanya dongeng belaka, sudah menjadi bahan diskusi yang menarik.

Kelima, meski "hanya" berupa kisah percintaan dua anak manusia, seorang arkeolog asal Jerman, Lydia Kieven, menemukan adanya kisah Panji ini di 20 (dua puluh) relief candi di Jawa Timur. Apakah ada sesuatu yang luar biasa sehingga sampai sebegitu banyak candi yang mengabadikan kisah ini?

Semakin menelisik lebih jauh ke dalamnya, akan banyak ditemui fenomena kisah sastra yang mampu menjadi alternatif kisah Mahabarata dan Ramayana ini. Itu sebabnya, Dewan Kesenian Jawa Timur ingin mengangkat Budaya Panji ini sebagai ikon Jawa Timur, melalui program Konservasi Budaya Panji. Hal ini merupakan langkah kongkrit dari serangkaian acara bertemakan Panji yang digelar di Universitas Merdeka Malang tahun 2007, menyusul Pasamuan Budaya Panji di PPLH Seloliman tahun 2008, dan diskusi bedah Panji di Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) Surabaya awal tahun 2009, yang secara khusus memang merupakan hajat Dewan Kesenian Jatim. Bagi DK Jatim, yang terlibat dalam program Panji ini sejak awal, kemudian ikut memfasilitasi dialog Lydia Kieven di Kediri dan Malang, serta secara khusus bekerjasama dengan TVRI Jawa Timur, dengan membuka program Jagongan Budaya. Tiga episode pertama, memilih topik Budaya Panji ini.

Konservasi Budaya Panji itu memang bukan hanya menyangkut aspek kesenian saja, melainkan aspek-aspek yang lain. Namun Dewan Kesenian Jawa Timur, sesuai dengan lingkupnya, hanya berkonsentrasi pada aspek keseniannya belaka. Penerbitan buku ini misalnya, hanyalah merupakan langkah awal dari upaya konservasi tersebut. Sebagaimana disarankan banyak pihak, akan dilaksanakan juga penerbitan (ulang) cerita-cerita rakyat yang bersumber dari Cerita Panji, pementasan seni pertunjukan rakyat yang berbasis Cerita Panji dan juga berbagai upaya lainnya. Berbagai upaya tersebut bahkan diharapkan dapat bermuara dengan menjadikan Budaya Panji sebagai ikon Jatim. Bahwa ada suatu potensi budaya yang dimiliki dan menjadi kebanggaan Jawa Timur berupa sebuah budaya Panji. Disebut "budaya", karena di dalamnya ada kesenian (sastra, seni pertunjukan, seni rupa, seni tari), sejarah, arkeologi, filsafat, politik, bahkan terkait dengan aspek lingkungan hidup.

Buku ini, adalah catatan rangkuman dari Pasamuan Budaya Panji di PPLH, diskusi Bedah Panji di CCCL dan cuplikan perjalanan ceramah keliling Lydia Kieven di Surabaya, Kediri dan Malang. Sebagian makalah yang disajikan dalam acara di PPLH Seloliman dan CCCL Surabaya, juga dilampirkan dalam buku ini. Demikian pula rekomendasi dari Pasamuan Budaya Panji di PPLH dan Reportase Bedah Panji, serta catatan khusus yang dibuat oleh Lydia Kieven sendiri. Ke depan, pengkajian Budaya Panji itu tentu akan lebih menarik lagi dilakukan dalam sebuah seminar internasional yang mendatangkan pakar-pakar berbagai disiplin ilmu untuk membahas Panji.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Dewan Kesenian Jawa Timur yang memberikan kepercayaan pada penulis untuk menjadi koordinator program Konservasi Budaya Panji ini. Terima kasih pula kepada para narasumber, yang dengan besar hati menyumbangkan pemikirannya untuk acara diskusi dan kemudian dibukukan ini. Tentu saja, penulis menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya lantaran penerbitan buku ini masih memiliki banyak kelemahan.


Surabaya, September 2009

Henri Nurcahyo
Editor



Buku Terbitan Dewan Kesenian Jawa Timur:
1. Koreografi Etnik Jawa Timur
Penulis: Tri Broto Wibisono, Bambang Sugito, Rahmat Djoko Prakosa, Eko Wahyuni Rahayu, Peni Puspito, Setyo Yanuarti
Editor: Eko Wahyuni Rahayu
Produksi Komite Tari, Tahun 2009
2. Teater dan Kembarannya
Penulis: Antonin Artaud (terjemahan)
Penerjemah: Max Arifin
Editor: Abdul Mukhid
Produksi Komite Teater, Tahun 2009
3. Dua Kutub, Panjak Hore & Rock Progresif
Penulis: Suwarmin dan Gamantyo Hendrantoro
Editor: Nashar Bathati
Produksi Komite Musik, Tahun 2009
4. Damar Kurung, dari Masa ke Masa
Penulis: Ika Ismurdyahwati
Editor: Nonot Sukrasmono
Produksi Komite Seni Rupa, Tahun 2009
5. Isu Minoritas dalam Sinema Indonesia Pasca Orde Baru
Penulis: Rachmah Ida, dkk
Editor: IGAK. Satrya Wibawa
Produksi Komite Film, Tahun 2009
6. Pesta Penyair, Antologi Puisi Jawa Timur
Penulis: Akhudiat, dkk
Editor: Mashuri dan Ribut Wijoto
Produksi Komite Sastra, Tahun 2009


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment