Monday, August 10, 2009

[ac-i] Agus 'Baqul' Purnomo : RECITE! / IQRA'!

 





If you would like a copy of the complete e-catalogue, kindly email snow@vwfa.net or call us at +603 2284 2348

* * *

VALENTINE WILLIE FINE ART KL cordially invite you to the opening of

Agus Baqul Purnomo : RECITE! / IQRA'!

 

*The artist will be present during the opening night.

 

On Wednesday, 12 August 2009, 8.00 pm at

 

Valentine Willie Fine Art
1st Floor, 17 Jalan Telawi 3, Bangsar Baru, 59100Kuala Lumpur

The exhibition ends on 5 September 2009

refreshments will be served
RSVP Liza +603 2284 2348  |  liza@vwfa.net

 

 

Opening Hours: Mon-Fri, 12 - 8pm. Sat, 12-6pm  |  Closed on Sunday and Public Holidays


Agus' Little Book of Prayers

Agus Baqul Purnomo bukan orang baru di dunia seni rupa dan sudah berkarya sejak lebih dari satu dekade lalu ketika ia masih terdaftar sebagai mahasiswa di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Beberapa karyanya juga sudah dipamerkan di beberapa pameran di Taiwan dan Amerika Serikat. Ia juga sudah mengikuti beragam project seni rupa di berbagai tempat, dengan karyanya yang mengolah medium dua dan tiga dimensi.

 Ia bisa dikatakan perupa yang menyimpan potensi sangat besar dalam mengembangkan seni lukis abstrak dengan kekhasannya dalam mengolah empat elemen utama dalam karya-karyanya: irama, tekstur, warna, dan pengulangan bentuk.

Pemilihan bentuknya terutama diperkuat dengan pengolahan tekstur yang ekspresif, dan kadang ia olah dengan memakai unsur aksara, atau pengaturan cahaya, dan warna-warna solid yang menyimpan makna tersendiri. Karya-karya Agus menyuguhkan sebuah variasi yang segar dari pengolahan seni abstrak di Indonesia, yang belakangan ini didominasi oleh formalisme yang 'manis' dan steril, dengan olahan visualisasi yang terinspirasi dari pakem abstrak ekspresionis namun dengan konteks dan cirinya sendiri.

Ramadhan tahun lalu, saya bekerja sama dengan Agus Baqul dalam pameran kolektif bertajuk 'Ya-sin: The Untranslatable', di Yogyakarta. Pameran ini mengetengahkan beragam interpretasi visual tentang Surah Ya-sin, dimana karya Agus merupakan salah satu yang paling menonjol di pameran ini. Kerjasama ini kemudian berlanjut hingga pameran tunggalnya di VWFA kali ini, yang lalu masih bertemakan budaya Islam di Indonesia, dengan Agus menggabungkan kaligrafi dengan style abstraksinya dalam lukisan.

Ajaran Islam menawarkan banyak abstraksi konsep yang dikombinasikan dengan fakta dan logika sains, meskipun sayang, dalam prakteknya masih berlangsung dengan oversimpilifikasi, penyempitan makna atau interpretasi literal yang membatasi banyak orang untuk menjangkau kedalaman maknanya.

Seni rupa Islam seperti kaligrafi dan ornamentasi juga banyak menyiratkan konsepsi abstraksi , non-figuratif atau non-verbal dalam prinsip-prinsipnya, yang sedikit banyak bisa direlasikan ke konsepsi abstract modernism di seni rupa Barat, mengindikasikan konsepsi Islam yang tinggi terhadap hal-hal tekstual dan visual.

Diantara seluruh praktek seni visual, kaligrafi merupakan seni rupa yang paling dikenal di kalangan muslim. Karena Islam bukanlah semata-mata agama, namun juga cara hidup, suatu bahasa artistik telah dikembangkan dalam seni dan arsitektur melalui ajaran Muhammad. Kata yang tertulis sangat kuat maknanya dalam Islam; Al-Quran secara literal berarti 'pengkajian' dari Bahasa Arab. Nabi Muhammad mentranskripsikan sabda Tuhan, kemudian perhatian yang besar dicurahkan untuk mengembangkan naskah-naskah Arab yang mencantumkan pesan-pesan Ketuhanan. Alfabet dari berbagai naskah Al-Quran, umumnya dikombinasikan dengan ornamen Timur Tengah menjadi ikonografi berharga dalam arsitektur maupun bentuk-bentuk karya seni lain.

Sempat diperdebatkan bahwa selain oleh para penyair dan seniman kaligrafi, kalangan muslim tidak pernah memandang seniman untuk wawasan atau pemaknaan, terutama sebagai kreator seni dekoratif. Asumsi ini tidak lagi valid setelah diketahui bahwa seni keislaman dekoratif dibuat berdasarkan studi matematis, melibatkan rancang geometri yang rumit dan sangat berkaitan dengan bidang sains dan filsafat. Seni kaligrafi kemudian menjadi sangat dihargai dan dalam banyak cara menjadi elemen dominan dalam rancangan Islam secara umum. Bentuk-bentuk geometris muncul untuk merepresentasikan suatu bentuk dekoratif baru yang mampu menyimbolkan kesatuan dan perintah. Kombinasi kompleks ini ditentukan oleh para ahli matematika, ilmuwan dan astronom Islam di akhir zaman klasik.

Dalam perspektif seni rupa kontemporer global dimana isu Islam dan modernitas serta hubungannya dengan dunia Barat menjadi sorotan, ada ketertarikan yang semakin besar pada karya-karya seni yang didasarkan perspektif Islam, dan dalam dunia yang semakin multikultural ini, istilah 'Seni Rupa Islam' tidak lagi sering digunakan, digantikan dengan 'Seni Rupa dari Dunia Islam'. Seperti jelas diuraikan oleh Lucien de Guise dalam esainya di Islamica Magazine:

 "Kaum muslim cenderung memiliki banyak perhatian atas apa yang dikatakan "Islami", kecuali dalam pembahasan mengenai seni. Sementara yang lain memberikan lebih dari sekedar perhatian mengenai subyek tersebut. Salah satu pihak yang dengan penuh semangat memperjuangkannya adalah pasar seni rupa atas ketertarikan mereka pada terminologi tersebut. Hampir selama satu decade lampau, Sotheby's mengadakan penjualan reguler atas apa yang disebut "Islamic art". Saat ini dikenal sebagai "Arts of the Islamic world". Tidak ada lagi pertanyaan kaku mengenai apa yang membuat sebuah obyek Islami. Justru, mereka dapat memasukkan obyek apapun yang berasal dari belahan dunia yang dianggap Islami".

Pendekatan yang berasal dari pemikiran segar dan terbuka sekaligus tetap penuh hormat semacam itu masih perlu dikembangkan lebih jauh dalam medan seni rupa Indonesia, seringkali pendapat tersebut masih dianggap 'kuno' atau menimbulkan ketidaknyamanan karena pandangan-pandangan sempit tertentu atas Islam belakangan ini. Sebagaimana dibuktikan dengan sejarah panjang seni keislaman dan juga analisis masa kini mengenai kesenian dalam dunia Islam, praktek kesenian masih menawarkan berbagai cara untuk menciptakan pemahaman lebih atas spiritualitas dan identitas bagi masyarakat muslim, dan membuka banyak  kemungkinan dalam pengembangan wilayah artistik di dunia seni kontemporer dunia.

Gagasan pameran 'recite!' ini adalah berdasarkan dialog antara saya dan Agus tentang jadtidiri sebagai Muslim Indonesia sehari-hari. Setelah pameran Ya-sin, Agus tergerak untuk mencoba mengeksplorasi doa-doa lain untuk dibuat interpretasi visualnya. Doa-doa yang ia ketengahkan adalah kumpulan doa yang akrab dengan keseharian masyarakat Muslim di Indonesia, seperti Doa Makan, Doa Mandi, Doa Untuk Pasangan, Doa Bepergian, dan lain-lain. Doa-doa ini diambil dari beragam sumber seperti kutipan Ayat Qur'an, Hadits Rasul, dan Riwayat Bukhari & Muslim. Biasanya kumpulan doa seperti ini diberikan para orangtua untuk anaknya, untuk menumbuhkan kebiasaan beribadah dan mengaji. Doa-doa seperti ini kemudian juga menjadi bagian dari memori kolektif dan pembentukan jatidiri masyarakat Muslim di Indonesia, baik di wilayah rural mau pun urban, menjadi bagian tak terpisahkan, sebagaimana pun kencangnya arus modernisasi dan sekularisme yang berjalan di era globalisasi saat ini.

Melalui doa-doa keseharian ini, kami tertarik untuk menelusuri hubungan Muslim modern di Indonesia dengan Islam sekarang, dengan melihat kembali keterikatan diri dengan ajaran-ajaran Islam yang diterapkan di keseharian sejak kecil, yang kadang bercampur dengan akar tradisi Jawa dan Melayu. Semua itu bersinergi, juga dengan modernitas yang semakin pesat dalam membentuk jatidiri masyarakat Muslim di Indonesia sekarang ini, dan mungkin juga di Malaysia.

Sinergi seperti itulah yang hendak diwujudkan Agus dalam karya-karyanya di  pameran 'recite!' ini. Doa-doa ini menjadi cerminan dari spiritualitas sehari-hari yang membumi dalam kehidupan masyarakat, dan memahami fungsi mereka juga menjadi satu cara untuk memahami lebih dalam karakter rohaniah masyarakat Muslim Indonesia/Melayu kebanyakan.

 Selamat menyambut Ramadhan dan Idul Fitri untuk semuanya.

 

Wassalam,

Farah Wardani

Independent Curator




--
OUR OWN ORBIT, group show 8 new Malaysian artists
4 - 28 August 2009

TEMBI CONTEMPORARY
Jl. Parangtritis Km 8,5
Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul
Jogja 55186
INDONESIA

t : +62 274 6881919
f : +62 274 368321
e: info@tembicontemporary.com
w: www.tembicontemporary.com

OPENING HOURS
tues - sat  10 am - 6 pm
sunday      11 am - 5 pm

monday and public holiday CLOSED


Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment