Thursday, August 27, 2009

[ac-i] [BUKU INCARAN] Menambah Selera pada Filsafat

 

[BUKU INCARAN]

Menambah Selera pada Filsafat
--Anwar Holid

The Story of Philosophy (Kisah Tentang Filsafat)
Penulis: Bryan Magee
Penerjemah: Marcus Widodo & Hardono Hadi
Penerbit: Kanisius, 2009
Jumlah halaman: 240 h.
ISBN: 978-979-21-1214-6

"AYO kita memopulerkan filsafat," demikian kata Denis Diderot, filsuf dan ensiklopedis Prancis terkemuka Abad Pencerahan.

Apa secara implisit dia mengakui bahwa filsafat memang kurang populer? Bisa jadi tidak. Temannya, bernama Voltaire, dengan cerdik dan menyenangkan berhasil menyisipkan semangat berfilsafat dalam karyanya, yaitu Candide. Candide merupakan novel populer, bacaan favorit banyak orang, lepas bahwa mereka bisa jadi kurang sadar bahwa sang protagonis dalam novel itu penuh dengan semangat berfilsafat, jujur, dan berani. Orang lebih suka menilai Candide sebagai fiksi, alih-alih buku berisi filsafat.

Secara umum orang beranggapan bahwa filsafat harus diperkenalkan sesuai adat alamiahnya, secara dingin, rapi, serius, kalau perlu dalam ruang dan kesempatan tertentu. Benarkah begitu? Bisa jadi selama ini kita keliru oleh pandangan umum.

Ada banyak cara mengenalkan filsafat, baik secara langsung dengan menyatakan sebagai pengantar filsafat, atau membungkusnya dalam bentuk lain, misalnya novel dan drama. Buku pengantar filsafat pun kini begitu beragam bentuknya, yang paling mencolok boleh jadi berbentuk komik. Dulu Mizan menerbitkan Dunia Sophie (Jostein Gaarder), novel yang diklaim sebagai pengantar filsafat paling banyak diakses oleh kalangan umum. Lantas menyusul Foucault for Beginners; Foucault merupakan eksponen terkemuka generasi filsuf posmodern.

Kanisius, penerbit dengan komitmen tiada tara terhadap khazanah pustaka filsafat, juga mengeluarkan komik filsafat, baik yang mencakup keseluruhan subjek filsafat maupun per filsuf. Langkah ini diikuti Erlangga, dan yang terbaru oleh KPG lewat seri "Filsuf Jagoan." Pengantar nonkomik terbitan Kanisius sudah jangan ditanya lagi; penerbit ini mungkin menyediakan pengantar untuk semua aliran filsafat.

THE STORY of Philosophy merupakan edisi luks pengantar menuju filsafat. Menggunakan art paper, hard cover, ilustrasi berwarna, buku ini memadukan kekuatan visual art dan keluwesan Bryan Magee mengisahkan sejarah panjang filsafat dari zaman pra-Socrates hingga zaman posmodern. Unsur visual art yang amat kaya dan relevan dengan setiap subjek pembahasan dalam buku ini terutama diambil dari lukisan, fotografi, patung, etsa, juga arsip-arsip berupa poster, ilustrasi surat kabar dan majalah. Begitu melihat, pembaca segera disergap oleh tampilan nan memikat, dikemas mewah serta kuat, dan langsung dikejutkan oleh pernyataan lantang: "Takhayul membakar dunia, filsafat memadamkannya."

Seluruh unsur itu diolah sempurna menjadi informasi yang sangat kaya. Ada boks-boks untuk berbagai topik, kutipan yang kuat, menyodorkan hal-hal trivial informatif, termasuk keterangan pada setiap ilustrasi. Ini semua pasti bisa membuat pembaca senang dan nyaman. Sementara uraiannya memperlihatkan watak asli tradisi filsafat, jauh dari kesan komik, bisa diandalkan sebagai sumber rujukan. Magee tetap menempuh kekhasan dunia filsafat yang memang relatif serius dan menguras pikiran, tetapi dia tahu cara menempuh perjalanan yang hebat dan menawan. Pendekatan ala Magee sungguh efektif. Buku seperti ini bisa membuat orang berpikir, menambah pengetahuan, mempelajari sesuatu, dan pikirannya terbuka.

Bryan Magee seorang profesor filsafat yang juga ahli media. Dengan kemampuannya, dia bersemangat memopulerkan filsafat baik di televisi dan media massa umum di Inggris, sampai kontribusi tersebut membuatnya menerima penghargaan baik dari kalangan akademik dan media. Ini menjamin uraian kisah filsafatnya bisa dinikmati siapapun. Memang cara bertutur Magee kurang provokatif bila dibandingkan filsuf generasi lebih muda seperti Andre Comte-Sponville dan Alain de Botton, tapi dia berhasil mengetengahkan penjelasan bahasan filsafat secara jernih. Editing yang baik dalam edisi Indonesia ini berhasil mempertahankan ketenangan cara bertutur Magee, meski dari segi proofreading masih ada sejumlah salah eja atau inkonsistensi penerjemahan (misal: apa treatise lebih baik diterjemahkan sebagai traktat atau risalah?)

Dalam buku ini pertama-tama Magee memilih berkisah secara kronologik, lantas menggali semangat utama yang berkembang di zaman tersebut, baru menyebut para eksponen utamanya sebagai kendaraan untuk menerangkan masing-masing signifikansi subjek atau aliran filsafat mereka. Konteks sosial para filsuf otomatis jadi penting. Pembaca bisa dengan jelas menyaksikan betapa sejumlah filsuf benar-benar terlibat dengan persoalan nyata, terutama yang berdampak sosial besar. Mereka pertaruhkan keyakinan di hadapan kehidupan, bahwa keyakinan itu tidak berada di menara gading atau hanya berkutat di jurnal dan tulisan. Karl Marx membangun gerakan komunisme internasional, Bertrand Russell menggalang komite menentang penggunaan senjata nuklir, Jean-Paul Sartre terlibat gerakan mahasiswa di Paris. Di masa lalu, sejumlah filsuf malah dihukum mati dan dikejar-kejar penguasa karena dituduh hendak melakukan makar atau merebut kekuasaan.

Keterlibatan itu membuat filsafat berurusan dengan segala persoalan mendasar dan serius bagi manusia, mulai dari yang konkret seperti ilmu pengetahuan, agama, kesejahteraan sosial, dogma, teknologi, seni, politik, juga hal-hal abstrak seperti kebahagiaan, indra, jiwa, ruh, dan Tuhan. Pergulatan ini membuat setiap manusia yang berpikir sebenarnya secara alamiah telah mengenal filsafat, karena sebagaimana kata Plato, "Filsafat itu berawal dari rasa heran," lantas dikuatkan oleh muridnya, Aristoteles, "Manusia dikodratkan untuk ingin tahu."

SELESAI mengantarkan, Magee mengakhiri kisahnya dengan ajakan untuk benar-benar memasuki alam filsafat. Di ujung buku, dia menyediakan sumber pustaka yang merupakan inti sari seluruh pergolakan pemikiran dan perdebatan tersebut. Maksudnya tentu berguna sebagai tumpuan untuk makin serius mengkaji. Ending buku ini menyimpulkan dengan pas: "Barangkali memang tidak akan pernah ada jawaban akhir, tetapi ada banyak hal bagus di depan untuk kita pelajari."

Sampai di sini kuliah Magee selesai, tapi kalau mau pembaca bisa membuka-buka lagi buku ini untuk memperhatikan detail-detailnya yang mengagumkan.[]

Anwar Holid, bekerja sebagai editor dan penulis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung, blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 | Tel.: 2037348 | 085721511193 | E-mail: wartax@yahoo.com

Situs terkait:
http://www.kanisiusmedia.com
http://www.guardian.co.uk/music/2003/jun/07/classicalmusicandopera.interviews
http://en.wikipedia.org/wiki/Bryan_Magee
http://www.sijmen.nl/filo/magee.html (foto magee)

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment