Thursday, August 27, 2009

[ac-i] Karbonjournal.org // ESAI DAN FOTO BARU, AGUSTUS 2009 // NEW ESSAY & PHOTO, AUGUST 2009



scroll down for English


ESAI AGUSTUS 2009
Antara banal, binal, dan 'ndeso: Eksotisisme Yogyakarta dalam film Indonesia
Grace Samboh

Grace Samboh bukan asli Yogya, namun ia merasa risih melihat bagaimana kota-tinggalnya digambarkan.
Melalui esai ini, ia memaparkan bagian-bagian yang janggal dari film-film buatan sutradara yang menurutnya
tak jengah terus-menerus menjadi turis lokal di Yogyakarta.


FOTO 5 # AGUSTUS 2009 oleh HENRI ISMAIL




FOKUS 6 | AGUSTUS 2009
HUMOR DI RUANG KOTA


Memandang kota dengan humor tanpa menjadi tumor
Pengantar Redaktur

Horor + rumor made in televisi Indonesia = Humor
Veven Sp. Wardhana

Surat protes untuk Produser Eksekutif Divisi Produksi Komedi sebuah stasiun televisi ternama
M. Isfanani Haidar Ilyas

Dan tubuh tropismu bertanya-tanya: cuaca apakah ini?
Nuraini Juliastuti

Keluh-kasih jalanan Jakarta

Evi Mariani Sofian

Benci tapi rindu, mencaci atau melucu? Sebuah refleksi personal lewat situs web SERASA
Farid Rakun



Alamat e-mail Anda kami dapatkan dari koleksi kontak milik Karbon dan Ruangrupa, organisasi seni rupa
kontemporer di Jakarta yang menerbitkan jurnal online Karbon ini. Jika publikasi melalui e-mail
ini mengganggu Anda, silahkan kirimkan pemberitahuan ke editor@karbonjournal.org,
agar setelah itu kami hilangkan kontak Anda dari arsip publikasi kami. Terima kasih.




ESSAY August, 2009

Between the banal, the wanton, and the rustic: Yogyakarta exoticism in Indonesian films
Grace Samboh

Grace Samboh is not originally from Yogyakarta, but she feels uneasy seeing how her city
of residence is continuously portrayed. In this essay, she describes the peculiar parts of
the films created by directors whom she thinks are satisfied enough with being local tourists in Yogyakarta.





start: 2009-06-05 end: 0000-00-00
Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!

No comments:

Post a Comment