Watercolor Painting Solo Exhibition
by Irwan Widjayanto
Dialectic of Beauty
25 Maret - 25 April 2010
Seni dan Kecantikan Apollonian
Selama berabad-abad definisi tentang kecantikan dalam kesenian selalu saja membuat manusia kagum. Karena begitu relatif nama dan makna yang disampirkan, serta begitu kaya penafsiran yang disematkan. Setiap zaman meninggalkan jejak kecantikan yang berbeda. Patung Yunani yang indah di Smithsonian Museum of Art tentu saja sangat berbeda dengan sebuah patung mistis bersimbol Mandala di pegunungan Tibet. Sementara, sensasi tarian kecak dari Bali tak bisa pula diperbandingkan dengan khusuknya Whirling Dance milik kaum sufi di Konya, Turki.
Seni selalu memiliki kecantikan yang menggugah, bahkan dari sisi yang terburuknya sekalipun. Karena kecantikan sering dikaitkan tidak hanya soal fisik, namun rasa, intuisi dan pengalaman menjadi manusia. Sebuah entitas ciptaan Tuhan yang unik dan kaya sekali untuk dipahami. Seni dalam kecantikan menjadi indah ketika kita berusaha untuk melepaskan tentang pemahaman yang mengkristal dan membeku hanya pada satu titik fokus. Kesenian sangat terbuka untuk disentuh dan dirasakan dengan berbeda.
Bahkan seorang filosof yang paling ekstrem, pada awal abad 20, Nietzche masih menyisakan optimisme terhadap seni untuk dipandang secara berimbang, yakni dua paradigma mendasar : Apollonian, sebagai pengertian tentang bagaimana sebuah obyek seni melayani mata manusia dan pentingnya detailitas, kehalusan, serta aturan-aturan yang ajeg dalam pembuatan sebuah karya seni. Karakter seni yang lain, Dionisian, bermuara pada sifat seni yang ekspresif,acak serta liar yang acapkali melanggar kaidah norma-norma tertentu, yang datang dari ego terdalam manusia.
Sekarang, kita bersua dengan Irwan Widjayanto, seorang pelukis yang memilih bahasa ekspresinya via medium cat air. Kita akan dibawa dalam dunia Apollonian milik Irwan yang hangat, cerah dan tak lupa: cantik! Pameran solo Iwan Widjayanto, dengan juluk: Dialectic of Beauty hendak menggambarkan sebuah dialog yang ideal tentang lukisan-lukisan berciri realistik yang memanjakan mata kita serta pikiran tentang yang tertib, indah, dan nyaman.
Mari kita tengok saja, bagaimana Irwan membangun gambaran sebuah obyek para perempuan ayu, sebuah lansekap yang indah, susunan benda-benda yang apik dalam lukisan-lukisannya. Ini membuktikan bagaimana struktur telah terpikirkan dahulu, matang dan tertata. Sebuah obyek yang ideal telah diobservasi, rancang bangun tubuh manusia sudah piawai dilatih dan dipraktikkan, komposisi bidang gambar yang diperhatikan dan kedalaman dimensi sebuah obyek begitu elok dirancang.
Sementara, dalam soal teknis melukis, seperti kita tahu, sketsa dalam sebuah lukisan memegang peranan yang penting. Ia menjadi sebuah elemen wajib untuk membentuk langkah selanjutnya dalam melukis. Irwan, secara teknis memang piawai membentuk sketsa yang matang, dan uniknya ia memakai langsung dengan cat air atau bantuan pensil. Seperti katanya:
"saya menggunakan perencanaan dengan memakai sketsa yang matang, baik langsung dengan cat air atau pensil, kemudian dalam proses pewarnaan dengan teknik tipis bertumpuk (layer by layer)".
Irwan, seperti halnya banyak pelukis cat air, yang terpesona dengan sifat alami air yang transparan dan meleleh diterapkan pada lukisan-lukisannya. Namun, ia tak hanya berhenti disana, dengan teknik melukis mengecat secara kering, ia praktikan juga untuk membuat karakter warna cat air lain yang mencipta obyek-obyek lebih volumetrik. Teknik kering, mampu meredam emosi, menghantar untuk membuat jedah waktu, memeriksa adanya kekurangan dalam sebuah konsep yang sejak awal dicipta. Kemudian, dengan sistem bertumpuk, segera setelah kering Irwan bereksplorasi artistik lebih lanjut, menambal berbagai kekurangan yang ada.
Cara ini tentunya, membuat lukisan lebih menjadi hidup dan tersusun dengan ideal. Bertemunya teknik basah dan kering ini dalam lukisan Irwan, tentu saja menambah keunikan lukisannya. Kita seolah diajak menyaksikan dialog-dialog yang menarik. Disatu sisi kita dihadapkan pada efek-efek yang transparan karakter air, sementara di waktu lain lain kita akan menyaksikan sentuhan kesempurnaan kesan volumetrik sebuah obyek dan pengejaran sistem cahaya gelap terang yang indah dengan sistem cat kering yang ditumpuk.
Dialog ini, bagi Irwan sering mengejutkan dan mempesona dirinya sendiri sebagai seniman. Seperti katanya:
" kejutan-kejutan warna yg di hasilkan media cat air, membuat saya menunda rasa puas dan selalu memompa saya bernafsu bereksplorasi lebih lanjut ".
Sikap kehati-hatian, dalam hal ini adalah sebuah kewaspadaan untuk merancang dan membuat konsep awal adalah ciri dari seniman-seniman modern. Memperhitungkan secara teliti dan berdasarkan penelitian adalah sesuatu yang lumrah, apalagi untuk memperdalam bentuk, sifat dan tanda fisik dalam obyek yang hendak dilukis. Dari alasan ini, Irwan tidak tabu menggunakan bantuan teknologi seperti kamera atau program photoshop di komputer, sebelum akhirnya dilukis di kanvas.
"saya selalu berburu obyek dahulu dan menggunakan model perempuan secara langsung, membiasakan diri untuk memfoto dengan kamera serta mengeditnya via teknologi softwere photoshop" ujar Irwan.
Pameran solo Irwan, secara umum hendak menuturkan bagaimana sejatinya seni selalu memiliki kecantikan yang menggugah. Dan Irwan, memilih bahasa kecantikan ala Apollonian yang sering dikaitkan pada soal kecantikan fisik, pemahaman mendasar menyoal teknis yang tertata dan penggambaran kenyamanan dalam rasa. Tentunya akan tidak lengkap, jika kita hendak memahami sebuah lukisan jika tidak memahami keberpihakan Irwan untuk memilih bahasa artistiknya secara personal.
Bambang Asrini Widjanarko
Penulis seni rupa
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment