Monday, April 19, 2010

[ac-i] The Man Who Loved Book To Much [Kisah Nyata Tentang Seorang Pencuri, Detektif, dan Obsesi pada Dunia Kesusastraan

 

HTML clipboard

 

 

The

MAN WHO LOVED BOOK TO MUCH

 

 

 

 

SINOPSIS

 

Apa yang sanggup kaulakukan demi cintamu pada buku?

Bagi John Charles Gilkey, jawabannya: masuk penjara.

 

Gilkey, si pencuri buku yang tak pernah bertobat, telah mencuri buku-buku langka dari seluruh penjuru negeri. Namun, tak seperti kebanyakan pencuri yang mencuri demi keuntungan, Gilkey mencuri demi cinta: cinta pada buku. Barangkali, sama obsesifnya dengan Gilkey adalah Ken Sanders, seseorang yang menyebut dirinya "bibliodick" (penjual buku yang merangkap sebagai detektif) dan sangat ingin menangkap si pencuri. Sanders—seumur hidup menjadi kolektor dan penjual buku langka berubah menjadi detektif amatir—tak akan berhenti memburu si pencuri yang mengacaukan perdagangannya.

 

Mengikuti kedua karakter eksentrik ini, jurnalis Allison Hoover Bartlett terjun ke dalam gairah dunia buku yang fanatis, hingga akhirnya mendapati dirinya terjebak di antara orang-orang yang tertarik menemukan harta kekayaan yang dicuri Gilkey dan seorang lelaki yang ingin tetap menyembunyikan harta kekayaan itu: sang pencuri itu sendiri. Dengan perpaduan ketegangan, wawasan, dan humor, Bartlett merangkai permainan kejar-kejaran ala kucing dan tikus menjadi narasi yang sangat memukau dan memacu adrenalin: tidak saja menunjukkan bagaimana Gilkey melakukan kejahatannya dan bagaimana Sanders akhirnya menangkapnya, tapi juga mengeksplorasi romansa buku, keinginan untuk mengoleksinya, dan godaan untuk mencurinya. Semua kolektor punya cerita tentang bagaimana mereka bisa jatuh cinta pada buku, begitu juga dengan Gilkey dan Sanders. Dan, Bartlett meletakkan cerita mereka ke dalam konteks yang lebih besar dari gairah terhadap buku, pengoleksian, dan pencurian selama berabad-abad. 


Mengantarkan pembaca ke dalam dunia obsesi kesusastraan yang luas dan kaya, The Man Who Loved Books Too Much menunjukkan peran besar buku dalam kehidupan kita, penghormatan yang menjadikan buku-buku itu tetap dipertahankan, dan keinginan yang membuat sebagian orang mempertaruhkan apa saja demi memiliki buku yang mereka sukai.
 

 

ENDORSEMENT

 

"Buku ini mengejutkan saya. Saya membaca paragraf pertama dan langsung terserap. Narasinya memukau…."
Erik Larson, penulis laris The Devil in the White City

 

"John Gilkey ingin memiliki perpustakaan orang kaya dengan cara paling buruk: mencuri. The Man Who Loved Books Too Much adalah kisah memikat mengenai seniman penipu yang gila dan tentang tipuan-kartu-kreditnya. Buku ini juga merupakan perenungan akan pentingnya mengoleksi buku dan pengenalan yang dahsyat ke dunia para penjual buku antik."
Michael Dirda, kritikus buku pemenang Pulitzer Prize dan penulis Classics for Pleasure

 

"Allison Hoover Bartlett menulis buku yang sangat cermat dan menarik tentang seorang pencuri buku dan sang detektif gigih yang mengikutinya selama bertahun-tahun dan akhirnya berhasil menangkap sang pencuri. Buku ini lebih menarik lagi khususnya bagi mereka yang menjual buku-buku kuno, yang berutang banyak pada kegigihan Ken Sanders. Bacaan yang bagus."
Larry McMurtry, penulis bestseller Books: A Memoir dan pemenang Pulitser Prize Lonesome Dove

 

"Dengan detail yang amat teliti, humor jenaka, dan plot yang menggetarkan, narasi Bartlett menarik saya jauh ke dunia obsesif seorang pencuri buku dan sang pengedar buku yang akan menghentikannya. Buku ini adalah eksplorasi yang memukau tentang mengapa orang begitu mencintai buku. Jika Anda menyukai The Orchid Thief, Anda akan menyukai The Man Who Loved Books Too Much."
Julia Flynn Siler, penulis The House of Mondavi

 

"Cerita Bartlett mengenai intrik sastra membuat Anda jatuh cinta lagi dan lagi pada buku. Dari deskripsinya yang memukau mengenai manuskrip-manuskrip hingga penggambarannya tentang seorang lelaki yang terobsesi terlalu jauh, kisah dalam buku ini akan membuat Anda berhasrat membaca lebih banyak lagi."
Julia Scheeres, penulis Jesus Land

 

"Dalam bacaan hebat mengenai obsesi seorang kolektor yang salah arah, Bartlett memberi kita kilasan-kilasan menarik berbagai buku langka dunia, pikiran kriminal dan batasan-batasan keterlibatan jurnalistik. Siapa pun yang tak bisa menahan diri untuk masuk ke toko buku-bekas ketika lewat di depannya akan menyukai buku ini."
Lynn H. Nicholas, penulis The Rape of Europa

 

"Sebuah perjalanan menarik ke dunia obsesif yang aneh di mana kecintaan pada buku kadang-kadang bisa menjadi daya tarik yang fatal."
Simon Worrall, penulis The Poet and the Murderer

 

 

PENULIS

 

Allison Hoover Bartlett telah menulis dalam berbagai topik, termasuk mengenai perjalanan, seni, ilmu pengetahuan dan pendidikan, untuk New York Times, Washington Post, Salon.com, San Francisco Chronicle Magazine, San Francisco Magazine, dan media-media lainnya. Artikelnya mengenai John Gilkey dimasukkan dalam Best American Crime Reporting 2007.

 

Bartlett adalah seorang anggota pendiri kelompok menulis North 24th dan bekerja di San Francisco Writers' Grotto, sebuah studio kolektif. Bartlett menyandang B.A. dalam sastra Inggris dari UC Santa Barbara dan tinggal di San Francisco bersama suami dan kedua anaknya.

 

 

DATA BUKU

 

Judul              : THE MAN WHO LOVED BOOKS TOO MUCH

Penulis           : Allison Hoover Bartlett

Penerjemah    : Lulu Fitri Rahman

Editor             : Indradya Susanto Putra

Genre             : Kisah Nyata

Penerbit         : Alvabet

Cetakan          : I, April 2010

Ukuran            : 13 x 20 cm (plus flap 8 cm)

Tebal              : 300-an halaman

ISBN                : 978-979-3064-81-9

Harga              : Rp. 59.900,-

 



==========================================
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21 7494032,
Fax. +62 21 74704875
www.alvabet.co.id


__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Welcome to Mom Connection! Share stories, news and more with moms like you.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment