Karya-karya terbaru perupa Dewa Ngakan Ardana menunjukan hasil penjelajahan dan pengamatan lanjut terhadap estetika lukisan fotorealisme dengan lebih kompleks. Bukan karena hanya memindahkan imaji – imaji foto benda atau objek yang berasal dari dalam keraton di Jogjakarta secara fotografis, tapi merupakan hasil pengamatan kulturalnya melalui benda-benda yang ia temukan. Penggambaran kembali imaji objek dari benda-benda itu ke atas kanvas merupakan caranya untuk menafsirkan kembali secara kritis tradisi melukis alam – benda (still life) dalam seni lukis. Objek – objek tersebut bagi Ardana secara khusus mempunyai ketertarikan tersendiri selain sisi fisik atau permukaan; ornamen, warna, material, fungsi dan bentuk. Tapi juga menguak aspek kehidupan sosial dan budaya. Alih – alih karya-karyanya dihasilkan dari menelusuri benda-benda peninggalan kolonial pada abad 19 tersebut mulai dari jalan raya, kereta, mobil, kulkas, dan banyak lagi alat - alat identifikasi diri orang Eropa di tanah jajahan khususnya di Indonesia.
Karya – karya lukisan benda-benda tersebut, sekaligus baginya mempunyai makna bagi sejarah masyarakat Indonesia. Disinilah suatu tahap dimana Ardana tak lagi cukup mengelupas lapisan-lapisan aspek permukaan visual , seperti pada seri bawang maupun potret. Pun menghindari pengamatan cara tradisional maupun modern dalam menggambarkan objek, yang hanya melihat aspek-aspek formal dan susunan benda tersebut. Ia mencoba dengan memasuki tahap dimana mengangkat objek tertentu dengan sudut pandang yang bisa dikatakan induktif. Dalam hal ini metoda yang difokuskan pada benda – benda peninggalan kolonial tersebut. Benda atau objek itu digambarkan kembali tanpa dikomposisikan dengan benda lain, ditampilkan tunggal dengan latar yang kosong. Sehingga objek itu memancarkan keutuhan visual fotografis yang tak disentuh oleh kegenitan artistik dan memancarkan ambiguitas. Kekuatannya justru muncul dengan permainan ruang bidang kanvas yang kontras dan beberapa tampak dengan potongan – potongan kanvas, seperti bentuk jajaran genjang, bulat dan sebagainya.
Rifky Effendy
Space Dynamics 103 x 135 cm, oil on canvas 2010
Semarang Gallery
Beyond Still Life
a solo exhibition by Dewa Ngakan Made Ardana Reviewed by Rifky Effendy Host's Biantoro Santoso Syakieb Sungkar Indra Leonardi Venue Semarang Gallery, Jakarta Art District Lower Ground - East Mall Grand Indonesia Shopping Town Jl MH Thamrin No 1 Jakarta - Indonesia
www.galerisemarang. |
--
AGSI (Asosiasi Galeri Seni Rupa Indonesia) Secretariat.
(Art Galleries Association- AGA) Indonesia
GRAND INDONESIA SHOPPING TOWN, East Mal, LG, JAKARTA ART DISTRICT AREA
Jakarta 10310
Ph: +62 21 2358 1035
www.agsindonesia.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment