Tuesday, June 22, 2010

[ac-i] Hidup Sinden Masa Depaaan !!!!

 

Radar Malang -JAWA POS Grup
[ Selasa, 22 Juni 2010 ]
Fifi Melinda Dismayanti, Sinden Cilik asal Malang
Kakeknya Heran Anak Kecil Kok Suka Lagu Jawa

Pengaruh informasi dan teknologi tak selamanya mampu menggerus budaya lokal. Masih ada anak-anak yang siap melestarikan peninggalan nenek moyangnya. Salah satunya Fifi Melinda. Bocah 10 tahun ini dikenal sebagai sinden cilik. Jam terbangnya pun sudah merambah Malang Raya.

MAHMUDAN

---

Arah jarum jam menunjukkan pukul 22.30. Alunan musik gamelan masih terdengar saat Radar mengunjungi rumah Fifi Melinda Dismayanti, sinden cilik asal Wagir, Malang. Fifi -sapaannya- tampak fasih mengiringi alunan musik gamelan saat latihan bersama kakeknya, Muji Aman.

Selama dua jam berlatih, gadis yang tercatat sebagai siswi kelas III SDN Sukun I ini mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam menyinden. Setiap not-not yang dihasilkan pengrawit, mampu diiringinya dengan tepat. Hampir tak ada yang salah. Dari lima lagu yang dinyanyikan, hanya satu atau dua bait saja yang masih membutuhkan ketepatan suara dengan alunan gending.

Kelima lagu yang dimainkan tersebut lagu Jawa. Di antaranya, Ranggan, Kadung Tresno, Ojo Lamis, Bocah Gunung, dan Dadi Ati. Tak hanya itu, Fifi yang menggenakan kaos warna kuning, ternyata tak hanya piawai menyinden. Gadis kelahiran 31 desember 2000 ini juga pintar memainkan gamelan. "Memainkan alat ini bisa, tapi ya sedikit-sedikit," ujar Fifi disela-sela latihan nyinden di rumahnya saat ditemui minggu lalu.

Anak dari pasangan Bripka Suprayitno dan Marfin Eko Dewi ini memang piawai menyinden. Meski usianya baru menginjak 10 tahun, namun kepiawaiannya dalam mengiringi alunan musik gamelan tak kalah dengan sinden yang lebih tua darinya.

Kepiawaian Fifi terbukti saat tampil dalam pembukaan Malang Kembali (Malkem) beberapa waktu lalu. Saat itu, di depan Wali Kota Malang Peni Suparto, Wakil Wali Kota Bambang Priyo Utomo, dan segenap pejabat di lingkungan pemkot, dia mampu mempersembahkan tembang-tembang andalannya.

Selain menunjukkan kemampuannya dalam even yang berlangsung 20-24 Mei itu, jam terbangnya juga sudah cukup banyak. Paling sering adalah acara pernikahan, selamatan, ritual-ritual bersih desa, dan beberapa kegiatan lainnya. "Sudah sering tampil. Tapi ya, sekitar Malang saja," katanya.

Fifi memang terbilang unik. Di saat anak-anak seusianya disuguhi hiburan modern, gadis yang bercita-cita menjadi polisi wanita (polwan) ini justru gandrung dengan sinden. Tradisi lokal yang jauh dari impian anak lain seusianya.

Kegandrungannya dengan sinden berawal saat berlibur ke familinya di Tulungagung tahun lalu. Selama perjalanan ke Tulungagung, dia yang pergi bersama kedua orang tua dan kakeknya itu mendengarkan lagu Jawa.

Tiba-tiba lagu yang terdengar dari tape mobil ayahnya itu langsung diikutinya. Sontak saja, kakek bersama kedua orangnya kaget. Lantaran anak kecil zaman sekarang masih ada yang suka dengan lagu Jawa. "Saya ndak tahu. Waktu saya dengar lagu Jawa, kok enak. Tiba-tiba saya pingin menyanyikan lagu itu," bebernya yang mengaku saat itu mendengarkan lagu berjudul Ojo Lamis. Waktu itu dia baru berusia 8 tahun.

Kini dia sudah berusia 10 tahun. Selama setahun ini sudah banyak perkembangan yang dilakukannya untuk mengasah kepiawaianya menjadi sinden. Dalam sehari, dia meluangkan waktu untuk latihan lebih dari dua jam.

Terkait jadwal latihan, dia mengikuti waktu luang kakeknya. Maklumlah, selama ini yang mengajari ilmu sinden adalah kakeknya sendiri. "Biasanya saya latihan habis Isya' sampai saya pegel. Paling ya jam 10 (pukul 22.00)," kata gadis yang mempunyai hobi nyanyi ini.

Kini, sinden seolah menjadi bagian dari kehidupannya. Tanpa disadarinya, kerap kali dia menyanyikan lagu Jawa di saat ada waktu luang. Kebiasaan ini sudah dialaminya sejak beberapa bulan lalu. "Kalau sendiri atau ndak ada aktivitas, saya suka rengeng-rengeng (nembang)," katanya. Tentu saja, kebiasaan nembang di saat sendiri mampu meningkatkan kepiawaiannya.

Ayah Fifi, Bripka Prayitno menilai, menjadi sinden merupakan tradisi lokal yang harus dipertahankan. Sebab, saat ini sebagian besar generasi muda sudah terjebak dalam kehidupan berbau barat. Mulai dari hobi, perilaku, gaya hidup sampai pada budaya berpakaian maupun pergaulan.

Padahal, terang dia, Indonesia seharusnya tetap menjunjung tinggi adat ketimuran. Dengan melestarikan budaya sinden ini, sama halnya dengan mempertahankan jati diri bangsa. "Budaya sinden ini mencerminkan adat ketimuran. Masih terkait dengan sikap yang santun," ujar Prayitno.

Prayitno memperkirakan, anaknya suka dengan dunia sinden tak lepas dari kakeknya. Darah seni kakeknya dianggap telah menurun dalam kehidupan Fifi. "Kami tidak mengarahkan, terserah Fifi. Tapi sepertinya terinspirasi kakeknya," kata pria yang tugas di Polresta Malang ini. (*/ziz)

 

__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment