Belum ada chart. | ||
"Indonesia dalam masa-masa yang terpuruk karena penguasa tak lagi peduli".
Lalu siapa yang akan peduli dengan masa depan bangsa? Mereka sibuk "bermain" dalam kasus Century, mafia hukum dan makelar kasus. Bangsa ini sudah letih dengan semuanya, demo tak lagi mempan, tulisan tak lagi dibaca, lalu munculah sebuah ide dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk mengangkat kembali kepedulian anak muda dengan menggelar Festifal Film Pelajar (FFP) 2010 dengan tema "Indonesia Kebanggaanku". IKJ melihat bahwa kepedulian terhadap bangsa ini perlu terus untuk ditumbuhkan sejak usia muda.
FFP tahun ini diikuti oleh 169 karya film yang masuk Festival Film Pelajar Indonesia 2010, yang terdiri dari 5 kategori : fiksi, animasi, dokumenter, iklan layanan masyarakat dan video musik. Menurut Ketua penyelenggara Tomy Widyanto Taslim acara ini digelar sebagai bentuk kepedulian pekerja seni terhadap hilangnya nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian terhadap Indonesia kedepan. "Kita sudah capek melihat demo tiap hari, lalu kita punya ide untuk mengajak anak-anak muda membangun kembali Indonesia melaui film. Kita ingin mengajak pelajar membangun kembali Indonesia dengan cara-cara yang lebih kreatif, yaitu film".
Kategori yang ditetapkan juri adalah Karya terbaik kategori fiksi : memiliki kadar pesan yang kuat dalam menumbuhkan sikap nasionalisme, gaya bertutur yang runtut, kualitas teknik yang sangat mendukung dan penggunaan bahasa visual yang efektif. Karya terbaik kategori dokumenter: memiliki tema kuat dalam mendukung nilai-nilai budaya tradisional, dengan gaya bertutur yang runtut, aspek teknik dan estetis yang sangat mendukung. Karya terbaik kategori animasi: memiliki tema yang kuat, pemilihan media animasi yang tepat sehingga sangat menunjang penyampaian pesannya. Karya terbaik kategori Iklan Layanan Masyarakat: pesan yang mudah dipahami dengan gaya bertutur yang bersahaja.Karya terbaik kategori Video Musik:kaya dengan ungkapan-ungkapan visual yang inovatif, searah dengan lirik, lagu dan tema yang diangkat.
Indonesia memang tengah dilanda krisis kepedulian akan keberlangsungan negara yang konon besar ini. Kekayaan negara yang tersebar di seluruh nusantara pelan-pelan tinggal sejarah dan mungkin tinggal cerita. IKJ melihat hal ini sebagai krisis yang harus segera diselamatkan dengan mengajak pelajar mendokuntasikan kebudayaan yang ada diwilayah mereka masing-masing. Hasilnya ternyata luar biasa, 4 film dokumenter tentang kebudayaan sanggup dirampungkan siswa dari berbagai wilayah, seperti 2 buah karya dari SMKN 3 Batu, Malang yang mengambil judul "Banteng Monel dan Santos Si Jago Kentrung". Banteng Monelan yang berhasil menjadi pemenang untuk kategori dokumenter bertutur tentang kesenian Bantengan satren ke Benteng monelan yang menonjolkan kecantikan, kemanisan, keserasian gerak, tari dan musik yang masih dilakukan oleh anak-anak dibeberapa sanggar tari di Malang. Santos Si jago Kentrung, bertutur tentang cita-cita dan harapan seorang anak bernama Santos yang terus berupaya untuk melestarikan budaya didaerahnya.
Untuk ketegori Iklan Layanan pelajar dari SMKN 1 Sukabumi berhasil menjadi pemenang iklan layanan terbaik dan sutradara terbaik sekaligus. Iklan layanan masyarakat ini mengyampaikan pesan tentang penyelamatan hutan dari penebangan liar. Karena hutan yang telah gundul sekarang ini udara terasa panas sampai ke Sukabumi, hal itulah yang mednorong Prima Cita, selaku sutradara menuangkan idenya dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Selain itu ia bahwa Indonesia saat ini terkenal "brutal" tak ada lagi yang peduli, senang berkelahi, membudayakan korupsi, pendidikan dan kesehatan tak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah. "Orang miskin susah berobat dan sekolah karena biaya mahal".
Dalam kategori iklan layanan masyarakat "Cintailah Batik Indonesia" karya Eko Dita yunianto SMK Nawa Bhakti Kebumen, Jawa Tengah mengajak kita semua untuk mencintai warisan budaya batik. "Jaga" sebuah ajakan dari Anita Setyawati dari SMKN 51 Jakarta, mengajak kita semua untuk menjaga kebudayaan-kebudaya
Kategori Fiksi dimenangkan oleh SMKN 1 Ponggalan Trenggalek yang membuat film berjudul "Untukku Untukmu dan Untuk Negara Kita". Film ini mengambil cerita tentang persahabatan 2 orang anak muda yang memiliki cita-cita untuk membangun bangsa dan negaranya meskipun salah satu diantara mereka memilih untuk melanjutkan studi ke Jepang namun akhirnya kembali kedaerah karena ingin membangun bangsa. Menurut Novanda Febrianti, kerpihatinan terhadap ketidakpedulian orang yang suskes terhadap daerah asalnya menjadi latar belakang film ini. "banyak yang telah mendapat pendidikan tinggi tetapi mereka tak mau kembali kedaerah lagi, sehingga daerahnya tidak dibangun" tutur pelajar berambut panjang tersebut. Film karya pelajar Trenggalek menyisihkan karya lain, seperti Novel (in memoriam) karya Yusuf Mustofa dari SMKN 2 Buduran, Sidoarjo yang bertutur tentang persabahatan. Dinda dan Anonymous, SMAI Al-Ashar Bekasi yang bertutur tentang seoarang anak penderita Schizoprenia.
Sebuah film yang bertutur tentang semangat nasionalisme berhasil dibuat oleh Irham Haryadi dari SMKN 1 Jepara. Film ini bercerita tentang upacara 17 Agustus yang bakal dilupkan generasi mendatang. " sekarang saja disekolah sudah jarang ada pendidikan yang berkaitan dengan kebangsaan, seperti mengenal Pancasila dan Indonesia. Dulu di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah masih ada pendidikan tentang itu tapi Sekolah Menengah Kejuruan tak ada lagi". Ketika saya bertanya mengenai cerit yang diangkatnya, ia bertutur bahwa mungkin hal itu akan terjadi mbak, karena sekarang ini sudah jarang orang mengingat hari-hari bersejarah bangsa".
Sedangkan indonesia kebangganku sebuh film yang bercerita tentang semangat seorang anak meraih prestasi dalam bidang olah raga. Dalam mengisi kehidupan sebagai pelajar selain rajin belajar adalah meningkatkan prestasi dengan cara berlatih yang gigih.
Untuk kategori film fiksi animasi terdapat 3 film yang masuk nominasi, yaitu ; kepiting vs manusia yang diproduksi oleh SMKN 1 Kendal, Jawa Tengah. Animasi ini bercerita tentang pencemaran laut yang diakibatkan oleh manusia sehingga kepiting marah dan melakukan perlawanan terhadap manusia.
Zoo yang bercerita tentang burung cendrawasih sebagai kekayaan satwa Indonesia, adalah karya Ahmad Fadly dari SMKN 4 Malang. Sebagai pemenang untuk kategori ini, film animasi "Jayalah Terus Indonesia" sutradara Aldito Virandi Tagor dari SMKN 1 Cimahi, Jawa Barat. animasi ini bercerita tentang terbentuknya pulau-pulau di Indonesia serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati.
Vidio musik menjadi sebuah sajian festifal film yang dipilih oleh 5 peserta, antara lain; Anindya Prajna Paramita, dari SMKN 7 yogyakarta yang memepertanyakan arti perdamaian di sekitar kita. Sedang Muhammad Faisal dari SMKN 51 Jakarta mengangkat cerita tentang suka dukanya menjadi reporter dan wartawan. Mengangkat cerita tentang percintaan masih menjadi cerita menarik dan digemari oleh beberapa peserta, Lepaskan sutradara Reza Fatmawati SMKN 2 Buduran, Sidaoarjo, menceritakan tenatang pengalaman perih mencintai seorang kekasih. Sedangkan Reportoar dalam sakit sutradara Rafik Dwi Pangestu dari SMKN 8 Surakarta menceritakan kisah mencintai seseorang yang buruk rupa tetapi akhirnya bertepuk sebelah tangan. Video ini berhasil menjadi pemenang terbaik dalam kategori ini.
Apatis tentunya bukan menjadi harapan kita semua dalam menyikapi kehidupan di Indonesia. Meskipun kita semua tahu bahwa bangsa ini telah lalai mengurusi persoalan bangsa. Mereka lebih sibuk mengurusi persoalan partai politik, koalisi dan pilkada. Mereka telah lupa memupuk rasa nasionalisme dikalangan generasi muda, sehingga tak jarang rasa memiliki terhadap bangsa ini mudah pudar dengan masuknya paham-paham radikalisme akhir-akhir ini. Kepedulian siapa pun saat ini untuk kembali memupuk bahwa tanah air kita adalah satu, bangsa kita adalah Indonesia patut mendapat apresiasi.
Film menjadi media yang menarik untuk kembali membangun kecintaan terhadap bangsa ini, tanpa bermaksud untuk menggurui atapun ceramah. Semua telah letih mendengar diskusi yang berat dan membikin tak mengerti semua yang mengikuti. Mereka, pelajar itu memilih dengan caranya sendiri tetap mencintai Indonesia, tanpa banyak bertutur mereka telah menunjukkan bahwa mereka tetap bangga pada Indonesia. Mereka belajar sendiri dari pengamatan dan pengamalaman hidup karena tak ada lagi contoh yang dapat mereka temukan di lembaga-lembaga pemerintahan ataupun di gedung-gedung anggota dewan. Mereka masih sepakat bahwa Indonesia patut untuk tetap dijaga, terlepas dari apapun. Keunikan dan keragam ini adalah bagian dari kekayaan Indonesia, itu sejarah yang telah kami dengar, kami tak ingin itu tinggal cerita dibuku-buku.
Peserta dari berbagai daerah, mereka mengatakan kemenangan yang mereka raih adalah bukti bahwa kepedulian terhadap kekayaan budaya, alam, dan semangat untuk kehidupan yang lebih damai masih ada. tentunya hal ini melegakan siapapun, termasuk kikisan ideologi tertentu yang kian runcing mengancam pelajar diberbagai daerah. Sepatutnya kita berikan apresiasi terhadap semua pihak yang masih ingin terus menjaga Indonesia dalam keberagaman dan tetap menjadikan Indonesiaku Kebangganku. Dukungan dari pendidik juga sangat dibutuhkan di saat pelajar memilih untuk menjadikan film sebagai sarana komunikasi untuk semua pihak.
"Kami akan tetap berkarya tanpa dukungan siapapun termasuk guru-guru kami yang tak peduli". (Novanda Febrianti)
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment