Tuesday, June 8, 2010

[ac-i] REMINDER!! GALERI CANNA: SOCCER FEVER, 10 - 22 June 2010 [1 Attachment]

 
[Attachment(s) from Asosiasi Galeri Senirupa Indonesia included below]



Galeri Canna reguest the honour of
your presence at the opening of:

"SOCCER FEVER"


Group Exhibition

Endang Lestari
, Putu Sutawijaya, Aan Arief Rahmanto, Adi Gunawan, Azhar Horo, Bob 'Sick' Yuditha,
Diah
Yulianti
, Didik Nurhadi, Ipong Purnama Sidhi, Kadafi G Kusuma, Laksmi Sitharesmi
Made Sumadiyasa, Made Toris Mahendra, Zipit Supomo, Maslihar (Panjul), I Nyoman Adiana, Nasirun, Pande Ketut Taman
Popok Triwahyudi, Fajaral Kurniadi, Robi Fathoni, S.Teddy D, Surya Wirawan
Tisna Sanjaya, Terra Bajraghosa, Yustony Volunteero, Wayan Kun Adnyana, Yerry Padang, Radi Arwinda
  Weye Haryanto, Nugrowantoro, Samsul Arifin, F.Sigit Santoso, I Made Mahendra Mangku

 Officiated By
Mr. Andi Mallarangeng
(youth and sports minister
)

 
Thursday, 10 June  2010,
at 7 pm


Curated by:
Afnan Malay & Wahyudin


at
Galeri Canna
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC 6
No.33-34 Kelapa Gading
Jakarta Utara 14240.
p. (62-21)  4522536, 4526429, 4534666
f. (62-21) 4534667
OPEN HOURS
Monday - Saturday 10 am - 6 pm.
Sunday 11 am - 4 pm. Public holiday CLOSED
This exhibition will be held until 22 June  2010

 





            Pada 11 Juni mendatang, pertandingan Piala Dunia sepakbola akan bergulir selama sebulan di negeri Nelson Mandela, Afrika Selatan. 32 kesebelasan dari negara-benua Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia , telah siap bertanding memperebutkan mahkota sepakbola terbaik di jagad raya ini.

             Tapi Piala Dunia bukanlah sekadar ajang-aduan; mengocek si kulit bundar dan menyeploskannya ke gawang lawan—yang keras, seru, dan tegang, melainkan pentas paling anggun para seniman lapangan hijau—di mana darah, keringat, dan airmata (bisa) bercampur jadi satu dalam tempik-sorak, cemooh, dan baku-pukul bahkan.

           Di pentas anggun nan akbar itu—di antara sebelas pelakon penting—ada satu pelakon utama yang kerap mencuri perhatian penonton dan ia biasanya bernomor punggung 10. Sebutlah, misalnya, Ferens Puskas, Pele, Michele Platini, Diego Maradona, Roberto Baggio, dan Zinedine Zidane.

          " Para pemain bernomor 10 ini punya hasrat kuat, pemimpi yang emosional yang berusaha membedakan antara khayalan dan kenyataan saat bola dioper atau tendangan langsung," begitu kata Richard Williams dalam The Perfect 10: The 10 Greatest Football Number 10's.

            Para pecandu bola tentu akan mengamini pernyataan penulis tema olahraga terkemuka di Inggris itu—dan sebab itu, kami kira, mereka bakal bersepakat pula dengan pernyataan Williams ini:

            "Tanpa bermaksud merendahkan pemain-pemain hebat lainnya, yang telah mengukir sejarah dan prestasi gemilang, tak ada pemain yang begitu inspiratif dan memuaskan sebagaimana yang dipersembahkan pemain bernomor 10 dengan segala kemampuan terbaik mereka (…) Tak ada posisi lain yang mengundang decak kagum dan pujian sekaligus juga membawa kecemburuan dan ketidakpercayaan dibanding para pemain bernomor 10. Kreativitas adalah rahmat dan beban, terutama bagi yang kurang siap dengan ujian berat, di balik pujian dan harapan. Dalam hal ini, pemain sepakbola tidak jauh berbeda dengan pelukis dan penyair. Ia harus bisa melakukan yang terbaik sendirian."

            Pele, Diego Maradona, dan Zinedine Zidane, telah membuktikan kebenaran kata-kata Williams tersebut dengan menggondol trofi Piala Dunia untuk negara mereka masing-masing. Dengan begitu, menjadi bisa dimengerti jika mimpi indah para pemuja sepakbola menjelma nyata di Piala Dunia—dengan keikutsertaan mereka—yang keramat serupa Sinterklas.

            Itu sebabnya mengapa Piala Dunia, setiap kali ia datang, setiap kali itu pula ia membawa demam sukacita—gairah partisipatoris dan luar biasa—di  seantero dunia. Dan "penyakit" ini tidak ada obatnya kecuali menontonnya, baik langsung maupun tak langsung, melalui stadion atau liputan media elektronik.

           Dengan demikian, pada sebaliknya, sepakbola dapat menjadi semacam panacea, setidaknya penawar, luka sosial-politik di suatu masyarakat atau negara. Kita ingat, pada Piala Dunia 2006, kesebelasan Pantai Gading, sekalipun tak bersinar benar, keikutsertaannya mampu meredam konflik politik di negeri Didier Drogba itu.

            Tampaknya, sepakbola—dalam kasus seperti yang terjadi di Pantai Gading—juga di negara-negara lainnya yang sedang terjebak dalam pertikaian politik, justru berhasil merajut integrasi sosial dan membangkitkan penghayatan kemanusiaan yang lebih dalam ketimbang agama dan politik.

            Sampai di sini, tak perlu menanyakan kepada diri sendiri, mengapa kesebelasan Indonesia tak jua sanggup bermain di Piala Dunia. 

           


Afnan Malay & Wahyudin

















--
AGSI (Asosiasi Galeri Seni Rupa Indonesia) Secretariat.
(Art Galleries Association- AGA) Indonesia
GRAND INDONESIA SHOPPING TOWN, East Mal, LG, JAKARTA ART DISTRICT AREA
Jakarta 10310
Ph: +62 21 2358 1035
www.agsindonesia.com

__._,_.___

Attachment(s) from Asosiasi Galeri Senirupa Indonesia

1 of 1 Photo(s)

Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Get real-time World Cup coverage on the Yahoo! Toolbar. Download now to win a signed team jersey!

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment