RILIS :
VIDDY AD DAERY Mempertanyakan Keseriusan Tim Pemda Lamongan mengenai Tim Gajah Mada.
VIDDY BERHARAP BUPATI LAMONGAN YANG BARU LEBIH PERDULI BUDAYA
Viddy AD Daery, budayawan Lamongan yang kini banyak bermukim di
Asal-usul Patih Gajah Mada Asli Lamongan Diteliti
Senin, 22 Juni 2009 | 07:00 WIB
TEMPO Interaktif, Lamongan: Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membentuk tim untuk penelusuran sejarah Gajah Mada. Tim diarahkan pada penggalian data menyangkut kemungkinan bahwa Maha Patih Majapahit yang dikenal dengan Sumpah Palapa itu berasal dari Lamongan.
Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah museum di
Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan.
Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300.
Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro.
Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja Jayanegara.
Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan bupati.
Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah museum di
Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan.
Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300.
Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro.
Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja Jayanegara.
Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan bupati. ( Sumber : TEMPO INTERAKTIF ).
( catatan : hampir semua media
Menurut Viddy yang kini tiap hari di RUMAH GAPENA ( semacam Dewan Kesenian Nasional Malaysia ) di Kuala Lumpur, ngebut mengetik novel serial silatnya "Pendekar Sendang Drajat" jilid 2 dalam seri "Misteri Pengebom Candi GAJAH MADA" , dia pernah diundang oleh Tim Humas Pemda Lamongan di Kantor Kabupaten Lamongan,untuk membentuk Tim Gajah Mada tersebut. Namun sudah satu tahun dia menunggu,tak ada kabar berita apapun.
"Bahkan,Disbudpar Lamongan mengadakan acara seminar peninggalan arkeologi di Lamongan tidak pernah mengundang saya, yang sebenarnya via telpon pernah mengundang saya untuk menjadi pembicara budaya sewaktu saya di
Menurut Viddy, hal itu menunjukkan bahwa baik Bupati Lamongan H.Masfuk, Disbudpar Lamongan, maupun DKL ( Dewan Kesenian Lamongan ) memang kurang serius menghargai budayawan, maupun kurang perduli terhadap masalah kebudayaan.
"Hal itu sangat jauh berbeda dengan Pemda Tanjung Pinang misalnya yang sangat perduli budaya, buktinya saya sekarang banyak diundang oleh Kepala Dinas Kebudayaan Tanjung Pinang Pak Akib untuk mengadakan berbagai aktifitas kebudayaan Nusantara di Tanjung Pinang dan sekitarnya. Jadi, aneh, orang jauh menghargai budayawan Lamongan, orang Lamongan maupun orang DKJT ( Dewan Kesenian Jatim ) tidak menghargai budayawan Lamongan,Jawa Timur. Belum lagi kalau saya bicara
Selanjutnya Viddy berharap, Bupati Lamongan yang baru,apalagi wakil bupatinya juga seorang budayawan, di masa depan akan membangun sisi budaya Lamongan, sebab sisi ekonominya sudah dibangun oleh bupati yang lama. "Satu-satunya kelemahan bupati Lamongan yang lama hanyalah soal visi budayanya yang amat kurang",kata Viddy yang sering diundang menjadi pembicara di
( wajahbercahayapress
Attachment(s) from Wajah Bercahaya
2 of 2 Photo(s)
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment