Saturday, January 16, 2010

[ac-i] [Dokumen Tercecer]: Gustavo Gutierrez, Pastor Berpikiran Marxis

 


Gustavo Gutierrez, Pastor Berpikiran Marxis

Gustavo Gutierrez
Bulan Februari 2007 lalu Paus Benedict XVI memimpin misa Rebo Abu di Roma. Bagi Gereja Katolik misa itu adalah peristiwa hikmat yang menandai dimulainya masa 40 hari puasa. Dalam upacara keagamaan tersebut beberapa orang pastor dari sekitar seratus pastor mendapatkan kesempatan maju ke altar guna menerima pemberkatan. Di antara pastor-pastor itu terdapat seorang pastor yang bertubuh pendek dari Ordo Dominican asal Peru. Dia mengenakan setelan hitam putih, ciri khas ordonya. Pastor tersebut adalah Gustavo Gutierrez, yang pada tahun 1971 menggemparkan kalangan gereja karena bukunya yang kontroversial, The Theology of Liberation: History, Politic, Salvation.

Peristiwa itu cukup membingungkan media yang selama ini memberitakan adanya kerenggangan hubungan antara Vatikan dan para teolog pembebasan di Amerika Latin. Benedict—yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Joseph Ratzinger, kepala biro Vatikan untuk soal doktrin Katolik—pernah memimpin pemberedelan terhadap gerakan teologi pembebasan di Amerika Latin pada tahun 1980-an. Vatikan menuduh gerakan teologi pembebasan sudah melenceng dan dianggap bid'ah karena terbukti menggunakan perspektif Marxis dalam praksis sosialnya. Namun demikian, teologi pembebasan telah memberi dampak besar atas gereja-gereja Katolik baik di Amerika Latin sendiri maupun Roma.

Gustavo Guiterrez lahir pada tanggal 8 Juni 1928 di Monserat, sebuah kawasan kumuh dan miskin di Lima, Peru. Ia berasal dari keluarga miskin berdarah Mestizo, campuran Spanyol-Indian. Saat masih di sekolah menengah, Gutierrez diserang penyakit Osteomeletis yang menyebabkan kepincangan permanen pada dirinya. Terdorong oleh kondisi fisiknya itulah dia memasuki Universitas San Marcos di Lima (ibukota Peru) dengan mengambil jurusan farmasi. Tidak lama kemudian dia memutuskan memasuki Seminarium Santiago de Chile. Di Seminari Santiago de Chile itulah Gutierrez dididik menjadi pastor.

Guiterrez sempat belajar teologi di Universitas Katolik Gregoriana, Roma pada tahun 1959 – 1960. Pada tanggal 6 Januari 1959 dia ditasbihkan menjadi imam. Selepas tahun 1960, Gutierrez kembali ke Peru dan mengajar di Universitas Katolik Lima. Selain mengajar dan menjadi pastor sebagai tugas utamanya, Gutierrez mencurahkan perhartiannya pada kehidupan kaum miskin di Rimac, Lima. Pergulatan hidup yang dia tempuh bersama kaum miskin Rimac itulah yang melandasi arah baru pemikiran teologisnya.

Teologi Guiterrez lahir dan berkembang dari perspektif Amerika Latin, "kawasan yang ditindas dan dirampas." Menurutnya, teologi merupakan refleksi kritis atas praksis historis dalam terang sabda Allah. Teologi adalah pembacaan kembali sabda Tuhan. Teologi musti bertolak dari praksis dan terlibat langsung dalam proses pembebasan manusia. Pembacaan kembali atas sabda Tuhan itulah yang membangkitkan perlawanan rakyat Amerika Latin—90% beragama Katolik—terhadap kekuatan-kekuatan hegemonik. Gerakan tersebut tidak hanya eksis dalam usaha membendung derasnya arus neoliberalisme, tetapi juga dalam memenangkan pemilihan nasional di beberapa negara Amerika Latin. Terpilihnya orang-orang berhaluan kiri di Brazil, Argentina, Bolivia, Venezuela, Nikaragua, Uruguai, Chile, dan Ekuador telah menggugah kembali pembicaraan tentang teologi pembebasan dalam rangka melawan imperialisme dan kapitalisme.

Akhirnya, saya ingin mengatakan, apa yang telah dilakukan Gustavo Gutierrez, dan perhatian besarnya kepada rakyat tertindas di Amerika Latin merupakan sumbangan besar bagi gerakan rakyat di dunia guna membangun Sosialisme Abad 21.

Jesus S. Anam, aktivis Hands off Venezuela Indonesia, kontributor Rumahkiri.net.


Sumber: http://rumahkiri.net/index.php?option=com_content&view=article&id=135:-gustavo-gutierrez-pastor-berpikiran-marxis&catid=39:sosok&Itemid=112


Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65click: http://www.progind.net/  
http://sastrapembebasan.wordpress.com/

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment