Monday, January 4, 2010

[ac-i] Re: Gus Dur Guru Bangsa

 

Justru menurut saya GusDur dengan diberikan gelar Pahlawan akan mencoreng wajah-wajah lawannya. GusDur seperti martyr yang tidak didengar namun kematiannya justru dapat menggugah hati para lawan politiknya agar hatinya lebih terbuka dalam bersikap. Perlu kita ingat bahwa Yesuspun dimasa hidupnya tidak didengar oleh ummatnya namun kenyataannya dia menjadi orang besar setelah dia mati....Untuk itu saya kira gelar pahlawan sangatlah pantas untuk beliau sandang. Soeharto adalah kasus lain...tangan Soeharto sudah terlanjur kotor dengan darah dan nyawa bangsa Indonesia yang tidak bersalah dan telah terbukti memisahkan keluarga-keluarga bangsa Indonesia yang ia jadikan klayaban. Soeharto tidak pantas untuk dijadikan suri tauladan untuk generasi muda dan generasi mendatang Indonesia...dan gelar bapak pembangunan? semua presiden bertugas membangun bangsa dan negaranya untuk itu hal inipun perlu dipertanyakan.....


salam hangat

Teddy

2010/1/4 ASAHAN <a.alham@kpnplanet.nl>
 

Gus Dur guru kegagalan
 
(Catatan asahan):
 
- Kalau dulu ketika Pemuda Ansor yang orang-orangnya Gus Dur sedang mengamuk menyembelihi orang-orang
  PKI dan yang disangka pengikutnya di stop atau dilarang oleh Gus Dur di jaman suharto masih bersimaharaja
  lela, maka Gus Dur memang layak dijadikan pahlawaan dan bapak bangsa. Hal itu tidak terjadi.
 
- Kalau dulu ketika Yusril Ihza Mahendra yang mentrinya Gus Dur dipecat oleh Gus Dur karena telah  terang-terangan menyabot perintah Gus Dur untuk menyelesaikan masalah apa yang dia bilang "orang-orang kelayaban" dan menggantinya dengan mentri yang lain untuk meneruskan perintah Gus Dur hingga berhasil, maka Gus Dur patut dijadikan pahlawan dan bapak bangsa. Hal itu tidak terjadi
 
- Kalau dulu ketika Gus Dur sedang berkuasa dan menjadi Presiden RI berhasil mencabut TAP MPRS 25/1996. maka dia berhak diangkat jadi pahlawan dan bapak bangsa. Hal itu tidak terjadi.
 
Kenyataan, semua ide-ide Gus Dur dalam bentuk perintah maupun yang hanya pernyataan mulutnya, semuanya gagal total.
 
Dan bila Gus Dur berhasil disetujui dan dijadikan pahlawan oleh Pemerintah karena kegagalannya itu, maka kemungkinan 99.9 persen suharto juga  akan menyusul  segra diangkat sebagai pahlawan. Dan bila hal ini terjadi, kamus Purwadarminta  harus direvisi untuk kata "pahlawan" agar tidak membingungkan pembacanya.
 
asahan.
 
asahan.
 
----- Original Message -----
From: ChanCT
To: GELORA
Sent: Monday, January 04, 2010 1:52 PM
Subject: #sastra-pembebasan# Fw: Gus Dur Guru Bangsa

 


----- Original Message -----
From: Harsutejo
To: samiaji ; Chan CT
Sent: Monday, January 04, 2010 1:10 PM
Subject: Gus Dur

Gus Dur Guru Bangsa

(Catatan Harsutejo)

Abdurrachman Wahid alias Gur Dur, seorang kiai, budayawan, eskponen demokrasi yang menonjol di masa kekuasaan rezim Orba masih berkibar-kibar. Ia tokoh fenomenal yang berhadapan dengan rezim Orba. Ia pun menjadi tokoh fenomenal ketika menjadi Presiden Republik Indonesia, tokoh pertama non-Orba yang menjadi presiden sesudah jatuhnya Suharto. Ia pun orang pertama yang mendobrak segala macam tabu tentang jabatan presiden yang tak dapat disentuh, desakralisasi Istana, pendorong arus demokratisasi Indonesia pasca Suharto, sementara konstelasi kekuasaan Orba masih utuh.

Dia pemimpin pertama yang memproklamirkan dihidupkannya kembali berbagai seni budaya suku Tionghoa yang begitu luas penggemarnya seperti seni barongsai dan liang-liong yang sudah menjadi bagian dari ekspresi seni rakyat Indonesia. Ini merupakan bagian dari perlawanannya terhadap segala macam diskriminasi Orba termasuk terhadap agama Konghucu. Ia pahlawan kaum minoritas, baik secara etnik maupun agama dan budaya, juga ideologi. Ia sepenuhnya tidak membedakan orang-orang bekas komunis atau komunis atau yang dianggap komunis [siapa sih yang dapat mengontrol isi hati dan benak seseorang], mengakui keberadaan mereka yang oleh Bung Karno disebut sebagai yo sanak yo kadang dalam bingkai demokrasi Indonesia.

Presiden Gus Dur pula sebagai sesepuh NU secara terbuka dan dengan hati nurani yang jernih meminta maaf kepada seluruh keluarga korban tragedi 1965, karena sebagian umat NU telah ikut serta dalam melakukan pembantaian pada 1965/1966. Presiden Gus Dur pula yang dengan melawan arus politik di masanya secara terbuka mengusulkan pencabutan Tap MPRS XXV/1966, soko guru embahnya tabu untuk disentuh warisan rezim Orba Suharto yang tetap dikukuhi oleh para pemimpin lain yang menamakan diri pengusung reformasi dan demokrasi. Dalam hubungan ini Gus Dur benar-benar tidak gentar dalam melawan arus kuat warisan rezim Orba tersebut (yang mendiskriminasikan semua golongan kiri, nasionalis kiri, sosialis kiri, komunis dan entah kiri apa lagi yang lain yang tidak diakui eksistensinya, seolah mereka bukan manusia). Sebagai Presiden RI ia benar-benar memberikan keteladanan kesederhanaan, mencabut berbagai macam tabu bahwa jabatan Presiden itu sesuatu yang jauh tinggi di awan, di pucuk menara gading Istana, jauh dari celana kolor, kemeja pendek, sarung dan sandal jepit rakyat yang memang sesuai dengan iklim tropis dan tingkat hidup rakyat kebanyakan.

Gus Dur pernah memberikan harapan kepada kaum eksil Indonesia di mancanegara. Saya tidak syak akan kemauan baik seorang Gus Dur yang saya kira meski tidak dapat melihat dengan mata, tetapi dia lebih melihat terbanding banyak orang lain yang dikaruniai mata jernih berseri tetapi buta hati nuraninya. Ketika masalah ini ditangani oleh Menteri Yusril, sebagian orang memunculkan ilusi yang mungkin sekali telah diendamnya begitu lama dan muncul menyambut momentum. Orang lupa (atau pura-pura lupa atau bermimpi dia berubah secara revolusioner) kalau sang menteri ini seorang begundal Orba yang cukup pandai, apalagi bersilat lidah. Belakangan Presiden SBY menunjuk seorang utusan, Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin yang akan bertindak selaku fasilitator dalam rencana pemulangan kaum eksil tanpa ada kelanjutannya. Atau sekedar tebar pesona sebelum pemilu 2009? Siapa tahu ongkos kecil dapat memberikan tambahan suara besar. Dalam berbagai hal Gus Dur berada beberapa langkah di depan yang tak dapat diikuti oleh banyak pemimpin lain yang terpaku dalam konvensi yang membusuk. Humanisme Gus Dur benar-benar humanisme modern yang bebas dari segala macam diskriminasi. Humanisme pemimpin lain sering dibebani dengan standar ganda alias bermuka dua.

Ketika Sang Kiai besar dan Guru Bangsa ini wafat pada 30 Desember 2009, kita semua merasa kehilangan sekali. Para pemimpin dan rakyat memujinya sebagai pendekar multikulturalisme, pahlawan pluralisme. Gus Dur yakin akan dapat dipadukannya nilai-nilai Islam dengan demokrasi, kebangsaan dan kemanusiaan. Tak berlebihan jika KH Mustofa Bisri mengatakan Gus Dur sebagai pemikir cemerlang dan tajam dalam hal kebangsaan dan kebinekaan. Ia mengajarkan perbedaan dan kebinekaan itu sebagai sunnatullah (ketentuan dari Allah Swt), suatu rahmat yang harus disyukuri. Ia pun melawan segala bentuk kekerasan dengan mengatasnamakan agama seperti terorisme dengan label jihad yang disebutnya sebagai haram.

Mari kita warisi dan teladani segala apa yang baik dari Guru Bangsa kita ini dengan hidup sederhana, penuh toleransi, tidak merasa paling benar karena pihak lain yang berbeda pun mengandung kebenarannya yang mungkin belum kita ketahui [hanya Allah Yang Maha Tahu] dalam bingkai Bihinneka Tunggal Ika, lurus dengan melawan segala bentuk korupsi, tidak kenal menyerah, tidak kenal takut kecuali kepada Allah jua. Amien.

(Jakapermai, 4 Januari 2010).

----------------------------------------------------------

No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 9.0.722 / Virus Database: 270.14.123/2593 - Release Date: 12/30/09 03:14:00

[Non-text portions of this message have been removed]


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment