Radar Banyuwangi -Jawa Pos Group Mengintip Produksi Kopi Luwak di Perkebunan Kayu Mas, Arjasa
[ Minggu, 25 Juli 2010 ]
Selama 3 Bulan, 105 Ekor Hasilkan 1,5 Ton Kopi
Harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Perkebunan Kayu Mas di Kecamatan Arjasa, Situbondo dikenal sebagai penghasil kopi Luwak kali pertama di Jawa Timur.
EDY SUPRIYONO, Situbondo
---
SUDAH sangat mafhum, harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Di Situbondo, secangkir kopi luwak harganya mencapai Rp 50 ribu - 60 ribu. Sedangkan harga kopi luwak per kilogramnya kini hampir Rp 1 juta. Mahalnya harga kopi Luwak itu memang sangat wajar. Selain rasanya yang khas, produksinya juga begitu terbatas.
Salah satu pihak yang sukses mengelola dan memproduksi kopi luwak ini adalah Perkebunan Kayu Mas, Kecamatan Arjasa. Perkebunan tersebut juga dikenal sebagai produsen kopi luwak kali pertama di Jawa Timur. Sebab itulah, PTP Kayu Mas begitu eksklusif dan membatasi diri untuk urusan produksi kopi luwak. Di pintu masuk penangkaran luwak, ada tulisan 'Dilarang mengambil gambar'.
Salah satu tujuannya, kemungkinan agar strategi teknis produksi kopi luwak tidak diadopsi oleh pihak lain. "Banyak pihak yang mengatasnamakan kami, padahal kopi (luwak)-nya tidak order ke kita. Kami tidak mau dirugikan," terang salah seorang petugas perkebunan.
Manajer PTP Kayu Mas, Ir Erwanu Suhandi mengungkapkan, permintaan terhadap kopi luwak ke depan akan terus meningkat. Selain cita rasanya yang banyak digemari, produksi kopi luwak juga begitu terbatas. Sebab, produksi kopi bubuk jenis ini sangat bergantung kepada hewan yakni luwak.
Produksinya pun tidak bisa terus dilakukan. Biasanya hanya pada musim kopi. Ini seiring dengan tersedianya buah kopi sebagai makanan luwak. Selanjutnya, kopi yang dimakan itu akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Namun biji kopi tetap utuh. Luwak hanya makan kulit kopi yang rasanya manis.
Nah, biji kopi yang keluar bersama kotoran luwak itulah yang akan diolah menjadi kopi bubuk. "Kopi harus masuk ke perut Luwak dulu untuk mendapatkan enzim khusus, tidak bisa di rekayasa di luar," paparnya.
John Sinaga, pengelola penangkaran luwak mengungkapkan, saat ini PTP Kayu Mas sudah memiliki 105 ekor luwak. Binatang itu ditempatkan dalam sangkar yang telah diberi sekat dalam satu kompleks penampungan. Sangkar luwak didesain sebisa mungkin menyerupai habitat aslinya. Ini dilakukan, agar luwak tidak stres dan mampu berproduksi secara maksimal.
Meski jumlah yang ditampung lumayan banyak, namun produksi kopi Luwak sangat terbatas. Sebab, begitu menggantungkan pada hasil kotoran luwak. Per hari hanya mampu terkumpul 10 Kg hingga 15 Kg. "Itu pun berat kotor, sebab belum diolah. Kalau diolah bisa hanya tersisa 50 sampai 75 persen," terangnya.
Menurut John, selama musim panen (tiga bulan) kopi Luwak yang dihasilkan PTP Kayu Mas antara 1 ton hingga 1,5 ton. Setelah musim panen kopi lewat, luwak tak bisa lagi berproduksi. Ini mengingat tidak adanya buah kopi yang akan dikonsumsi luwak. "Selepas musim kopi, kita gunakan untuk masa perawatan Luwak, mereka kita beri makan buah," ungkap John.
PTPN Kayu Mas juga berusaha menangkarkan Luwak. Hingga saat ini, sudah ada tiga bayi luwak yang lahir. "Sulit untuk menangkarkan. Kalau terlambat mengamankan bayi yang dilahirkan, bayi luwak itu bisa dimakan induknya sendiri," papar John. (bay)
Harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Perkebunan Kayu Mas di Kecamatan Arjasa, Situbondo dikenal sebagai penghasil kopi Luwak kali pertama di Jawa Timur.
EDY SUPRIYONO, Situbondo
---
SUDAH sangat mafhum, harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Di Situbondo, secangkir kopi luwak harganya mencapai Rp 50 ribu - 60 ribu. Sedangkan harga kopi luwak per kilogramnya kini hampir Rp 1 juta. Mahalnya harga kopi Luwak itu memang sangat wajar. Selain rasanya yang khas, produksinya juga begitu terbatas.
Salah satu pihak yang sukses mengelola dan memproduksi kopi luwak ini adalah Perkebunan Kayu Mas, Kecamatan Arjasa. Perkebunan tersebut juga dikenal sebagai produsen kopi luwak kali pertama di Jawa Timur. Sebab itulah, PTP Kayu Mas begitu eksklusif dan membatasi diri untuk urusan produksi kopi luwak. Di pintu masuk penangkaran luwak, ada tulisan 'Dilarang mengambil gambar'.
Salah satu tujuannya, kemungkinan agar strategi teknis produksi kopi luwak tidak diadopsi oleh pihak lain. "Banyak pihak yang mengatasnamakan kami, padahal kopi (luwak)-nya tidak order ke kita. Kami tidak mau dirugikan," terang salah seorang petugas perkebunan.
Manajer PTP Kayu Mas, Ir Erwanu Suhandi mengungkapkan, permintaan terhadap kopi luwak ke depan akan terus meningkat. Selain cita rasanya yang banyak digemari, produksi kopi luwak juga begitu terbatas. Sebab, produksi kopi bubuk jenis ini sangat bergantung kepada hewan yakni luwak.
Produksinya pun tidak bisa terus dilakukan. Biasanya hanya pada musim kopi. Ini seiring dengan tersedianya buah kopi sebagai makanan luwak. Selanjutnya, kopi yang dimakan itu akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Namun biji kopi tetap utuh. Luwak hanya makan kulit kopi yang rasanya manis.
Nah, biji kopi yang keluar bersama kotoran luwak itulah yang akan diolah menjadi kopi bubuk. "Kopi harus masuk ke perut Luwak dulu untuk mendapatkan enzim khusus, tidak bisa di rekayasa di luar," paparnya.
John Sinaga, pengelola penangkaran luwak mengungkapkan, saat ini PTP Kayu Mas sudah memiliki 105 ekor luwak. Binatang itu ditempatkan dalam sangkar yang telah diberi sekat dalam satu kompleks penampungan. Sangkar luwak didesain sebisa mungkin menyerupai habitat aslinya. Ini dilakukan, agar luwak tidak stres dan mampu berproduksi secara maksimal.
Meski jumlah yang ditampung lumayan banyak, namun produksi kopi Luwak sangat terbatas. Sebab, begitu menggantungkan pada hasil kotoran luwak. Per hari hanya mampu terkumpul 10 Kg hingga 15 Kg. "Itu pun berat kotor, sebab belum diolah. Kalau diolah bisa hanya tersisa 50 sampai 75 persen," terangnya.
Menurut John, selama musim panen (tiga bulan) kopi Luwak yang dihasilkan PTP Kayu Mas antara 1 ton hingga 1,5 ton. Setelah musim panen kopi lewat, luwak tak bisa lagi berproduksi. Ini mengingat tidak adanya buah kopi yang akan dikonsumsi luwak. "Selepas musim kopi, kita gunakan untuk masa perawatan Luwak, mereka kita beri makan buah," ungkap John.
PTPN Kayu Mas juga berusaha menangkarkan Luwak. Hingga saat ini, sudah ada tiga bayi luwak yang lahir. "Sulit untuk menangkarkan. Kalau terlambat mengamankan bayi yang dilahirkan, bayi luwak itu bisa dimakan induknya sendiri," papar John. (bay)
__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment