SIARAN PERS
GreenArt 2010, Hanya Satu Bumi
Untuk kali ketiga, Komunitas Perupa Peduli Lingkungan (KPPL) menyelenggarakan GreenArt, sebuah hajatan kesenian yang berwawasan lingkungan. Pameran seni rupa, pameran produk dan pengelolaan lingkungan, gelar seni pertunjukan, workshop dan seminar, diselenggarakan di Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya, mulai tanggal 22 – 25 Juli 2010.
Acara ini juga merupakan bentuk kepedulian tersendiri dari Bank Jatim sebagai sponsor utama, dan akan membuka acara pada hari Kamis, 22 Juli 2010, pukul 15.00, di pendopo Taman Budaya Jatim. Kali ini, giliran Sawung Jabo yang menjadi bintang dalam sajian pergelaran musiknya, hari Sabtu, 24 Juli 2010. Pada mulanya, GreenArt merupakan hajatan yang digelar Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, Trawas, Mojokerto, bekerjasama dengan British Council. Acara tahun 1991 itu merupakan pameran karya seni rupa yang menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Sayangnya, acara ini tidak berulang kembali, sehingga memunculkan kerinduan sejumlah seniman yang pernah menjadi pesertanya. Tahun 2008, kerinduan itu mengkristal dengan menggelar hajatan dengan nama sama, GreenArt, yang diselenggarakan di Kampung Seni Pondok Mutiara Sidoarjo. Momen ini lantas melahirkan Komunitas Perupa Peduli Lingkungan (KPPL) yang menjadi pelaksana, dengan menggandeng sejumlah elemen seniman dan LSM Lingkungan, termasuk PPLH Seloliman sebagai penggagas pertama. Sukses dengan acara ini, event yang lebih besar digelar di Taman Budaya Jatim, dengan lebih banyak lagi melibatkan berbagai pihak untuk berpartisipasi, termasuk kalangan perguruan tinggi yang baru kali itu unjuk karya. Intinya, acara utamanya masih serupa, yaitu pameran seni rupa dan produk-produk ramah lingkungan, workshop apresiasi lingkungan hidup, pergelaran performance art yang menyuarakan persoalan lingkungan, pemutaran film dan pertunjukan kesenian lainnya. Karya-karya seni rupa yang tampil konsisten dengan menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Baik yang berupa limbah pertanian dan flora, maupun limbah industri dan rumah tangga berupa barang-barang bekas dan daur ulang. Misalnya, patung dan instalasi yang menggunakan jerami, serbuk gergaji, daun tebu, batang padi, gabah, yang mewakili sektor agraris. Sementara di sektor perkotaan, diwakili dengan karya-karya seni dengan menggunakan bahan limbah kaleng bekas, kain perca, barang-barang rongsokan. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kali ini aspek Green lebih mendapat perhatian dibanding aspek Art yang dirasa terlalu menonjol dalam event sebelumnya. Ada keseimbangan antara aspek lingkungan dengan kesenian sehingga Green dan Art betul-betul menjadi kesatuan. Hal remeh yang dulu belum sempat diperhatikan misalnya, penyediaan tempat sampah (organik dan anorganik) yang harusnya tersebar di berbagai sudut lokasi acara. Penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan untuk kepentingan operasional panitia, misalnya, tidak lagi menggunakan kemasan stereofoam untuk wadah makanan. Dan yang merupakan langkah maju, adalah pembagian tanaman gratis kepada undangan. Soal tanaman gratis ini bukan hanya dibagikan begitu saja. Ada semacam surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh penerima tanaman itu. Pernyataan bahwa dia bersedia merawat tanaman itu tumbuh subur dan berkembang biak, bersedia membagi-bagikan hasil biakan tanaman itu manakala sudah beranakpinak, bersedia mengajak sanak saudara dan teman serta komunitasnya untuk mencintai kelestarian lingkungan hidup, dan bersedia melakukan apa saja sesuai kapasitas dan kemampuannya demi penyelamatan planet bumi ini dari bahaya pemanasan global. GreenArt Indonesia, akhirnya tidak lagi hanya merupakan pameran seni rupa berbasis lingkungan atau pertunjukan kesenian yang menyuarakan lingkungan, melainkan menjadi sebuah gerakan moral untuk mengajak berbagai pihak agar secara simultan menyelamatkan planet bumi ini dari bahaya pemanasan global. Karena itu tema yang dipilih adalah "Hanya Satu Bumi", sebuah slogan lawas yang pernah dikumandangkan Barbara Ward menjelang Konferensi Lingkungan Hidup PBB tahun 1972 di Stockholm. Meski sudah dilontarkan 38 tahun yang lalu, isu tersebut masih terasa aktual dan tetap relevan dikumandangkan saat ini dan sampai kapan saja.
Pihak yang Terlibat:
PERFORMING ARTS:
PAMERAN SENI RUPA Adicipta Art Community, Surabaya, DKV UK Petra, FBS Unesa, Aspringta Jatim, UNIPA Surabaya, STKW Surabaya, Martin Sidoarjo, Arifin Katiq Lamongan, Wahjudi D Sutomo, ISI Yogyakarta, CCCL Surabaya, Saiful Tuban, Bambang Haryadjie Sidoarjo, Basuki Bondowoso Gatot Seloliman, Kamaludin Sampang, Padepokan Akar Rumput Sidoarjo
PAMERAN LINGKUNGAN Walhi Jatim, Color Line, PPLH Seloliman, Ecoton, Kaliandra, Klub Tunas Hijau, P-Wec/Pro Fauna, Wahjudi D Sutomo, Petani Kota, Bamboosa, UPN Veteran Jatim, Balpoint Standart, Lasykar Hijau Lumajang, Limbah Kaleng, M. Thoyib, Bank Jatim
WORKSHOP PPLH Seloliman, 2. Color Line, 3. Yayasan Kaliandra, 4. Pembuatan Film (Stikom), 5. Fotografi (Stikom), 6. Limbah Kaleng, 7. ISI Yogyakarta, 8. P.Wec
PEMUTARAN FILM Konjen Jepang, PPLH Seloliman, Walhi Jatim
SEMINAR Antonius Wigig (Bamboosa) dan Suko Waluyo
RINCIAN AGENDA ACARA
Kamis, 22 Juli 2010
Jum'at, 23 Juli 2010
Sabtu, 24 Juli 2010
Musik Sawung Jabo
Minggu, 25 Juli 2010
|
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment