Esai: Tulisan untuk Mengenali Diri Sendiri
---Anwar Holid
Esai itu mirip rok mini: cukup panjang untuk menutupi subjek, cukup pendek biar kelihatan menarik.
---Anonim
Esai ialah pendapat pribadi atas hal tertentu atau menyampaikan gagasan mengenai sesuatu. Kalau begitu, apa bedanya dengan opini? Pada dasarnya, keduanya sama saja, sebab opini juga berarti pandangan pribadi mengenai sesuatu. Mereka hanya beda sedikit saja. Misal topik tentang rokok. Dengan pendekatan atau teknik tertentu, tulisan tersebut bisa menjadi esai atau opini. Kalau kita mengeksplorasi rokok dari kenikmatan mengonsumsinya, kapan pertama kali berkenalan dengannya, apa yang terjadi pada dirinya selama merokok, betapa rokok mengingatkan seseorang akan ayahnya yang tega membeli rokok untuk diri sendiri daripada memberi uang untuk istri atau jajan anaknya---kemungkinan besar tulisan itu akan jadi esai. Sebaliknya, kalau kita menulis tentang dampak merokok pada kesehatan, betapa industri rokok menyumbang besar bagi ekonomi negara, bisa menyerap tenaga kerja besar-besaran---bisa jadi akan melahirkan opini.
essay: A short written composition in prose that discusses a subject or proposes an argument without claiming to be complete or thorough exposition. The essay is more relaxed than the formal academic dissertation.
---The Concise Oxford Dictionary of Literary Terms
Ada esai yang ditulis secara formal dan informal. Esai formal, sebagaimana sering kita baca dalam opini, jurnal ilmiah, atau makalah (paper), pendekatannya resmi, termasuk waktu memaparkan masalah, menarik kesimpulan, juga gaya bahasa dan penyampaiannya. Meski sama-sama mengutip buku, pendapat orang, atau menceritakan suatu peristiwa, esai informal dan formal mudah dibedakan. Seperti apa?
(1) Bahasa esai imajinatif. Ia bersifat lentur, mengalir, enak dinikmati, membuat kita terpikat untuk menuntaskan, menikmati pemaparan penulis. Bahasa imajinatif bisa muncul berkat pilihan kata yang tepat dan kaya, ungkapannya segar, maupun pernyataan yang mampu membuat pikiran orang mengembara.
Istilah "mengalir" dipengaruhi oleh kepaduan (koherensi) antarparagraf, karena ia memuluskan pembacaan, tidak loncat-loncat---lebih buruk lagi bila membuat pembaca merasa tersandung-sandung atau terperangkap. Inkoherensi antarparagraf berpotensi membingungkan karena pembaca butuh jangkar untuk mengaitkan informasi agar menjadi satu pemahaman utuh. Memang mungkin saja komposisi sebuah tulisan kompleks; namun selama keterkaitannya terjaga, tulisan itu tetap berpeluang enak dinikmati.
essay: Short nonfiction prose piece: a short analytical, descriptive, or interpretive piece of literary or journalistic prose dealing with a particular topic, especially from a personal and unsystematic viewpoint.
---Encarta® World English Dictionary
(2) Esai menonjolkan pendapat pribadi. Semua definisi mengaitkan esai dengan pandangan pribadi. Ciri ini kerap membuat esai dipandang sebelah mata, yaitu khawatir bahwa pandangan pribadi yang subjektif itu pasti berat sebelah dan ujung-ujungnya dicap tidak ilmiah. Padahal pendapat pribadi mengutamakan kedalaman keterlibatan orang terhadap subjek yang dijelajahinya, sejauh mana ia mau menggali persoalan sampai ke intinya. Karena sungguh-sungguh terlibat, harapannya orang bisa berpendapat secara jernih, jujur. Di sinilah nilai penting esai: ia merupakan upaya seseorang menemukan kebenaran. Kebenaran yang mana? Minimal kebenaran bagi penulisnya dan subjek yang hendak dia paparkan.
Esai menunjukkan bahwa pendapat pribadi juga sah untuk menerangkan sesuatu. Pendapat penulis, orang yang dikutip, juga subjek tulisan bisa menjadi pijakan pendapat, karena integritas dan keunggulan seseorang bisa dipertanggungjawabkan. Orang punya pertimbangan rasional untuk mengajukan pendapat. Sayang sebagian orang suka kurang percaya diri untuk mengajukan pendapat (anggapan) sendiri, akibatnya ia lebih suka mengutip pendapat orang lain yang dianggap lebih otoritatif atau valid untuk menopang pendapatnya.
Dari segi isi, esai lebih merupakan upaya untuk memahami persoalan atau fenomena daripada menerangkan. Orang boleh jujur menyatakan pikiran terdalam, penolakan, kebingungan, bahkan paling liar sekalipun, juga meraba-raba suatu fenomena akan bermuara ke mana. Esai memberi ruang renung yang spekulatif. Di buku Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan (2004), Ignas Kleden merenungi makna sastra Indonesia setelah membaca dan menginterpretasi sejumlah karya sastrawan Indonesia. A. Sudiarja dalam Bayang-Bayang (2003) merenungi manfaat filsafat bagi kebajikan manusia untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
essay: A moderately brief prose discussion of a restricted topic.
---A Handbook to Literature
Esai itu fleksibel. Kita bisa menulis hal sepele seperti fanatisme pada pulpen tertentu hingga masalah berat bagaimana nasib budaya baca di tengah gempuran budaya tonton. Esais bisa membahas panjang-lebar subjek tertentu---misal mengenai kesakitan dan kondisi manusia dalam Illness as Metaphor (1978) karya Susan Sontag---sampai esai personal seperti dilakukan Haris Fauzi dengan Kenisah. V. S. Naipaul menulis esai panjang untuk membicarakan India, negeri leluhurnya, sementara Budiarto Shambazy terlatih menulis fenomena kasak-kusuk politisi secara atraktif, disertai komentar berani dan tajam.
Ciri penting esai ialah gairah seseorang menelusuri subjek yang ingin dikejarnya. Gairah ini biasanya melahirkan kedalaman (intensitas), membuat penulis melahap sebanyak mungkin bahan bacaan sebagai bahan renungan dan interpretasi yang ujungnya akan melahirkan suatu sikap atau ketetapan hati. Bacaan tidak melulu berfungsi sebagai bahan kutipan, tetapi sebagai vitamin yang akan membuat wawasan atau pikiran seseorang berkembang. Tentu saja wawasan juga bisa muncul dari pengamatan maupun kejelian terhadap kehidupan sehari-hari atau fenomena yang menarik hati penulis. Pengamatan inilah yang kerap melahirkan penyataan jenial (bersifat ramah dan bertujuan baik).
Esai yang baik biasanya mampu membangkitkan gairah berpikir yang lebih hebat kepada pembaca---bisa jadi awalnya mengawang-awang, namun lama-lama menguat, terpatri, dan mewujud menjadi khazanah batin. Ini memang bersifat batiniah dan abstrak, sebab bacaan yang hebat seringnya menyirami kehausan jiwa baik pada pengetahuan dan kebajikan.
essay: An analytic, interpretative, or critical literary composition usually much shorter and less systematic and formal than a dissertation or thesis and usually dealing with its subject from a limited and often personal point of view. Choosing the name essai to emphasize that his compositions were attempts or endeavors, a groping toward the expression of his personal thoughts and experiences, Montaigne used the essay as a means of self-discovery.
---Merriam-Webster's Encyclopedia of Literature
Setelah membahas bentuk dan sifatnya, kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya esai itu tulisan alamiah seseorang mengenai hal tertentu. Esai hanya berbeda sedikit dengan berita. Dalam berita wartawan justru harus memberi tahu peristiwa atau hal-hal di luar dirinya kepada publik. Esai sebaliknya, penulis mengemukakan pandangan, komentar, keyakinan, dalam dirinya kepada publik. Montaigne, penulis Prancis yang pertama kali menggunakan kata "essai" dalam buku-bukunya pada tahun 1572 memaksudkan esai sebagai upaya untuk menemukan (mengenali) diri sendiri.
Karena itu saran agar orang lancar menulis esai ialah dengan membiasakan menulis sesering mungkin, ditambah belajar dari tulisan maupun bacaan hebat karya orang lain---kalau mau ditambah buku tentang penulisan. Dilihat dari hasil akhir, esai memamerkan ciri khas penulis. Tentu butuh jam terbang agar seseorang mengenal karakter tulisan sendiri---dan sebaliknya, pembaca langsung tahu bahwa sebuah esai merupakan karya penulis tertentu. Untuk mencapai kaliber seperti itu, penulis butuh daya tahan, produktivitas, pembelajaran, dan tentu saja: penemuan diri sendiri.[]
Anwar Holid bekerja sebagai editor, penulis, dan publisis. Contoh esainya ada di http://halamanganjil.blogspot.com.
KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment