Friday, July 2, 2010

[ac-i] Kegelisahan Penulis TAMASYA KE MASJID

 

KEGELIHAN JAYA KOMARUDIN CHOIC,

PENULIS BUKU "TAMASYA KE MASJID"

Putaran sepak bola piala dunia sudah mendekati semifinal. Saya sempat hadir menyaksikan pertandingan Brazil VS Holland sambil menanti waktu azan maghrib, waktu Emirat. Di komplek Ruwais, tepian Rub Al khali, di taman-taman yang hijau didirikan tenda-tenda besar yang biasa digunakan untuk kongkow-kongkow para pekerja di sekitar kompleks. Tenda-tenda ini lazimnya didirikan saat menjelang Ramadhan dan bertahan hingga Ramadhan usai. Namun saat ini bertepatan dengan piala dunia, tenda-tenda didirikan lebih awal.

Menikmati sajian pertandingan saya merasakan aroma gundah masing-masing pecinta sepakbola. Ada yang mendukung Brazil dan berahrap menjadi piala dunia kembali. Sebagian ada yang berkelompok mendukung Holland walaupun baru kenal van Persie di menit-menit terakhir saja . Tidak ada yang bisa menjelaskan secara matematik kah atau kimia kah..bagaimana rasa subjektivitas ini ditentukan sehingga kemudian kegelisahan menjelma tanpa sebab. Saya sendiri merasakan kegelisahan namun berbeda wajannya.

Hingga pertandingan usai, Holland memenangkan permainan. Penonton bubar namun kegelisahan melekat kepada sebagian pendukung Brazil. Lazimnya seseorang gelisah karena ada kepentingan yang terkait atau minimal ia terikat dengan sesuatu itu. Seperti kegelisahan yang saya rasakan. Sejak permainan dimulai kemudian kami tinggalkan untuk solat maghrib berjamaah saya dihantui kegelisahan. Bukan..! Bukan..! bukan pada hasil pertandingan Brazil atau Holland yang mantan penjajah negeri yang Si Pitung pun (gak) bisa bangkit dari kubur jika tahu Holland juara dunia. Bukan karena gol bunuh diri pemain belakang Brazil yang saya sesali...kegelisahan karena jasad saya terpasung ribuan kilometer untuk sebuah perhelatan Sabtu  3 Juli, Pukul 13.00 – 15.00 WIB di Pesta Buku Jakata, Istora Senayan Jakarta.

Saya mencoba realistis dalam hidup. Suka dan duka saya nikmati sebagian bagian dari nikmat Allah. Esok bagi saya adalah sebuah momen yang berharga untuk saya dan juga berharap untuk masyarakat Indonesia, Jakarta-banten dan debotabek khususnya. Karena sejak tanggal 2 Juli harin ini hingga tanggal 11 nanti perhelatan Pesta Buku Jakarta ramai dikunjungi. Diantara rangkaian acara terselip sebuah peluncuran buku..sebuah memoar..sebuah karya manusia biasa yang berusaha merevolusi pandangan dirinya terhadap nilai-nilai Ilahiyah yang diyakininya.

TAMASYA KE MASJID [Gong Publishing], buku saya yang pertama. Buku yang lahir setelah menyelesaikan perjalanan berpuluh-puluh tahun..menyebrangi samudera..merasakan getirnya terpisah sanak-saudara..anak dan isteri..terlekang karena panas dan kepulan pepasir yang mengepul menaburkan aura fatamorgana..terjerang rasa rindu yang memang begitu pilu sampai tulang sumsum terasa membeku. Kaki-kaki ini tetap harus diayunkan sekalipun teriakan GOLLL...! membahana diwaktu-waktu solat. namun sebuah perjalanan Tamasya memilah mana yang akan membahagiakan kita kelak dan mana yang tidak..

Sahabat, rasanya ingin terbang ke Jakarta malam ini dan duduk di depan para hadirin yang merindukan pertemuan untuk melihat wajah Rabb-nya. Mereka bukan massa yang saya kerahkan atau saya bayar seperti demo-demo pornografi dan korupsi. Mereka juga mungkin bukan famili yang sengaja saya datangi..tapi saya mempunyai seititik asa bahwa mereka yang hadir adalah mereka yang hatinya tiba-tiba merasa berbunga dan digugah rasa untuk tahu lebih jauh saat mendengar kata-kata TAMASYA KE MASJID digaungkan.

Kita sama-sama sudah lelah dengan kehidupan yang kian trasa gersang..tak ada tempat untuk untuk menyelisik kembali rangkaian perjalanan yang entah sudah sampai dimana. Semakin jauhkah atau tetap pada jalan-Nya. Saya ingin berbagi kepada mereka..yang merindukan masjid sebagai tempat 'berteduh' dari semua kepalsuan dan permainan kehidupan ini. Sementara waktu semakin cepat berlari..maut sudah sayupsayup terdengar memanggil. maka hendak kemana kita menuju..?

Di tepian gurun yang konon 'terkeras' di dunia. Saya hanya memandang pekatnya malam, menangkap angin dan menuliskan sebuah pesan kepada setiap hamba yang ada di Jakarta, Banten, Bogor dan sekitarnya..kepada mereka yang menerima titipan surat cinta dari Sang Rabb kiranya bisa turut serta dalam peluncuran buku TAMASYA KE MASJID, di Ruang Anggrek, Pesta Buku Jakarta, Istora Senayan Jakarta, pukul 13.00 – 15.00 WIB dengan pembicara Ustadz Abdul Azis Abdur Rauf Al Hafidz, Lc, seorang yang insya Allah dimuliakan Tuhan karena menjaga kalam-Nya dan Langlang Randhawa, relawan Rumah Dunia lulusan IAIN Serang. Semoga Allah yang Maha pencinta..menggerakkan hati para hamba-hamba yang ingin menjadikan masjid sebagai tempat 'berteduh' dari 'gersangnya' kehidupan.. (*)

Rub Al Khali, Tepian Teluk Persia
Jaya Komarudin Cholik,
Penulis memoar Tamasya Ke Masjid


__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Get real-time World Cup coverage on the Yahoo! Toolbar. Download now to win a signed team jersey!

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment