Wednesday, February 10, 2010

[ac-i] Buku Dewan Kesenian Jawa Timur PESTA PENYAIR ANTOLOGI PUISI JAWA TIMUR

 

Inilah buku ke-6 dari 11 judul buku yang diterbitkan Dewan Kesenian Jawa Timur


Judul:PESTA PENYAIR

ANTOLOGI PUISI JAWA TIMUR


Editor : Ribut Wijoto, S Yoga, Mashuri

Pracetak: Abdul Malik

Desain cover: Mufian Haris

Layo out: Dheny Jatmiko

Cetakan pertama; 2009

ISBN: 978-979-18793-5-4

Tebal: vi + 288 halaman


Penerbit:

Dewan Kesenian Jawa Timur

Jl. Wisata Menanggal

Surabaya 60234

Telp/ fax 031- 855 4304

e-mail: dk_jatim@yahoo.com


Antologi puisi Pesta Penyair ini tak hendak digunakan sebagai acuan proyek raksasa, atau mengusung jargon politik sastra, juga tak hendak sebagai ikhtiar memasang tonggak-tonggak karya, antologi ini hanyalah ikhtiar megumpulkan karya yang berserak dan tercerai-berai, sambil berharap tumbuhnya gagasan baru tentang puisi, karya-karya brilian, juga ditemukannya gaya ucap perpuisian Jawa Timur dari waktu ke waktu.
Gagasan ini seiring dengan ihwal yang diungkap Octavio Paz, bahwa Barat telah berada di akhir gagasan puisi, tapi kita harus menyongsong fajar baru perpuisian dunia. Dengan diterbitkannya antologi ini, diharapkan fajar baru perpuisian Jawa Timur merekah, sebagai fajar baru perpuisian dunia.


Sekedar Pengantar


Menulis puisi adalah laku banal dan subversive dalam kondisi dunia saat ini. Dunia yang kontradiktif, anomaly, jungkir-balik, tetapi selalu beralur pada sebuah pintu yang sama: upaya massalisasi nilai dan selera, juga pengabdian tanpa ampun pada pasar dan budaya massa. Meski demikian puisi tetaplah harus ditulis, sebagaimana yang telah ditulis oleh nenek moyang sejak beribu tahun lampau, karena laku menyimpang dari sebuah selera public, bahwa keawaman, bisa menerbitkan spectrum khas tentang kehidupan dan capaian-capaian otentik perihal estetik, karena nilai-nilai otentik dan kekhasan hablur dalam budaya massa dan hiperrealitas yang demikian panas.


Kiranya bukan persoalan salah benar terkait dengan massalisasi nilai/selera/batas estetik yang ingin diacu dalm konteks ini, tetapi lebih merujuk pada lubuk yang kerap dihindari para pelaku budaya yang berpatok pada permukaan kehidupan semata. Padahal dalam lubuk itulah sebenarnya tersimpan hidup yang sesungguhnya. Hidup yang dihidupi oleh semangat yang bermain dalam dunia mungkin, hidup yang dihidupi oleh semangat untuk hidup dan mati, hidup yang tak jarang dihindari karena terlalu dalam dan di ceruknya menyimpan begitu banyak hal-ihwal.


Namun alangkah menariknya, jika berpuisi bukanlah laku menghamba pada hidup. Berpuisi bisa bertaruh antara larut dengan gemuruh dunia, menghindarinya atau tarik ulur di baliknya. Jadi berpuisi adalah hidup itu sendiri. Sungguh, alangkah elok bila puisi dimaknai dalam kapasitas puisi itu sendiri, dengan logikanya sendiri. Alangkah cantiknya jika puisi dimaknai sebagai sebuah pesta, sebuah guyuran waktu murni (meminjam Octavio Paz), sehingga puisi tak lagi bernafsu merubah dunia tapi merayakan kemurnian kemanusiaan, yang dalam kurun waktu belakangan ini, semakin langka dijumpai, tercabik, termanipulasi dan tersedot oleh arus dunia yang selalu berkutat pada materi dan pamrih.

Mungkin beberapa patah kata tadi terlalu raksasa, atau bahkan tak berujung apa-apa, tapi kemurnian memang selalu berpulang pada wilayah dada, wilayah yang tak bisa diukur dengan depa. Dengan segala kerendahan hati, antologi puisi Pesta Penyair ini tak hendak digunakan sebagai acuan proyek raksasa , atau mengusung jargon politik sastra, juga tak hendak sebagai ikhtiar memasang tonggak-tonggak karya, antologi ini hanyalah ikhtiar megumpulkan karya yang berserak dan tercerai-berai, sambil berharap tumbuhnya gagasan baru tentang puisi, karya-karya brilian, juga ditemukannya gaya ucap perpuisian Jawa Timur dari waktu ke waktu.
Gagasan ini seiring dengan ihwal yang diungkap Octavio Paz, bahwa Barat telah berada di akhir gagasan puisi, tapi kita harus menyongsong fajar baru perpuisian dunia. Dengan diterbitkannya antologi ini, diharapkan fajar baru perpuisian Jawa Timur merekah, sebagai fajar baru perpuisian dunia.


Mashuri,

Ketua Komite Sastra

Dewan Kesenian Jawa Timur

Hp 081 331333131


Daftar nama penyair yang termuat dalam antologi puisi ini:

1.A Junianto

2.A Muutaqin

3.Abdul Mukhid

4.AF Tuasikal

5.Ahmad Faisal

6.Akhmad Fatoni

7.Akhudiat

8.Alek Subairi

9.Aming Aminoedhin

10.Anas Yusuf

11.As'adi Muhammad

12.Bambang Kempling

13.Benazir Nafilah

14.Beni Setia

15.Deny Tri Aryanti

16.Dheny Jatmiko

17.Dian Nita Kurnia

18.D Zawai Imron

19.Dody Kristianto

20.Eny Rose

21.F Azis Manna

22.Fahrudin Nasrulloh

23.Herry Lamongan

24.Hidayat Raharja

25.Indra Tjahyadi

26Javed Paul Syatha

27.Joko Susilo

28.Kukuh Yudya Karnanta

29.Lukman Hakim AG

30.L Machali

31.M Faizi

32.M Fauzi

33.Mardi Luhung

34.Mashuri

35.MK Hamdani Halim

36.Muhammad Aris

37.Nanang Suryadi

38.Panji K Hadi

39.Pringgo HR

40.Roesdi Zaki

41.Rohmat Djoko Prakosa

42.Sirikit Syah

43.S Yoga

44.Sabrot D Malioboro

45.Saiful Hadjar

46.Samsudin Adlawi

47.Syaf Anton

48.Tengsoe Tjahyono

49.Timur Budi Raja

50..Tjahyono Widarmanto

51.Tjayono Widijanto

52.Umar Fauzi

53.W Haryanto

54.Wildansyah Bastomi

55.Yusri Fajar







__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment