Friday, February 12, 2010

[ac-i] TIGA HAIKU BASHO

 

Asahan:
 
                                 Tiga Haiku Bashõ *
 
 
 
                  
 
                               Dingin, dingin
                               ketika di siang hari
                               aku mengurut tumitku
                               yang bersentuhan dengan tembok
 
 
 
 
 
                                                                    bunga iris
                                                                    terletak di kakiku
                                                                    bagai tali sandal berwarna biru
 
 
 
 
 
                              Betapa aku ingin
                              menghapus
                              debu dunia ini
                              dengan ini titik-titik embun
 
 
 
* Bashõ adalah seorang penyair Haiku Jepang yang terbesar. Dia lahir sekitar tahun 1644 dan melakukan  pengembaraan jalan kaki di seluruh Jepang dan membuat begitu banyak haiku-haiku yang indah dan juga menulis prosa. Tapi seorang penulis Haiku lainnya yang juga cukup terkenal Masaoka Shiki (1867-1902) pernah menulis esay provokatif yang mengatakan bahwa sementara haiku-jaiku Bashõ adalah palsu. Shiki adalah juga seorang pembaharu dan dia merevolusionerkan Haiku Jepang menjadi haiku moderen. Menurut Shiki, Haiku harus dibebaskan dari formalisme dan seni yang dibuat-buat dan dia mengatakan: "Lupakan itu aturan-aturan gramatical dan menulislah menurut  kesenangan dirimu sendiri ". Masaoka Shiki pernah bekerja di majalah seni "Hotogisu" dan dia meninggal oleh penyakit tbc karena bekerja sangat keras termasuk membacai ribuan haiku sebagai salah satu pekerjaannya.
 
P.S.
3 haiku Bashõ di atas diterjemahakan oleh Asahan dari bahasa Belanda.
 
Asahan,
Hoofddorp, 1222010

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment