Sunday, February 7, 2010

[ac-i] CAK KARTOLO, Ikon Kesenian Ludruk Khas Jawa Timur, Tampil di Jakarta

 

Teater Tari "PAREGREG"
Kamis 18 Februari 2010, Gedung Kesenian Jakarta - 20.00 WIB
Elly D. Luthan (koreografer) – Cak Kartolo cs (ludruk) – Joko Porong
(penata karawitan) – Nanang Hape (penulis naskah) Paguyuban Pencinta Seni
Jawa Timuran (penari)
________________

CAK KARTOLO, IKON KESENIAN LUDRUK KHAS JAWA TIMUR, TAMPIL DI JAKARTA
Pada hari Kamis 18 Februari 2010 di Gedung Kesenian Jakarta, akan digelar
sebuah karya teater tari yang diangkat dari sejarah Majapahit berjudul
Paregreg. Karya ini disutradarai oleh koreografer senior Elly D. Luthan,
yang dikenal gigih dalam memperjuangkan keberlanjutan seni tari tradisi
dan ingin berbagi bahwa seni tari tradisi dapat dinikmati dan diapresiasi
berbagai kalangan.

Pergelaran ini juga didukung oleh penampilan khusus dari ikon teater
tradisi (ludruk) asli Jawa Timur, Cak Kartolo dan
kawan-kawan (Ning Tini dan Cak Sapari). Diperkuat pula oleh komponis
karawitan Joko Porong sebagai penata musik, Nanang Hape sebagai penulis
naskah, serta para penari gabungan Paguyuban Pencinta Seni Jawa Timuran
(PPSJT) dan akademisi jebolan ISI Surakarta, yang sebagian besar merupakan
murid-murid Elly Luthan di Jakarta dari berbagai kalangan.

Pentas Semarak Jawa Timuran ini digagas oleh Paguyuban Pencinta Seni Jawa
Timuran (PPSJT) dan Gelar, produser seni pertunjukan yang banyak
mengangkat kesenian berbasis tradisi – dengan tujuan memperkenalkan
kembali dan mengangkat kesenian Jawa Timur yang kini jarang ditampilkan
maupun digali. Pentas ini juga merupakan pentas amal, dimana sebagian dari
pemasukan dana dari penjualan undangan pergelaran akan disumbangkan bagi
anak-anak Indonesia yang membutuhkan, melalui Committee for Children –
Lions Club.

PAREGREG ; MENGGURAT MASA LALU, MENULIS MASA DEPAN
Paregreg berarti perang yang tak berkesudahan. Berangkat dari kisah
sejarah perang Paregreg di era kerajaan Majapahit, Elly Luthan justru
mencoba mengangkat dari sudut pandang rakyat kecil yang terpaksa berdiri
di tengah-tengah berkecamuknya konflik para pemimpin. Terlepas dari siapa
yang lebih berhak menjadi penguasa tunggal kerajaan dalam perang saudara
yang memperebutkan hak atas tahta Majapahit, rakyat kecillah yang selalu
menderita dan menjadi korban. Sementara masalah perebutan kekuasaan belum
berakhir, timbul masalah baru yang berkaitan dengan banyaknya pengaruh
budaya luar melalui daerah pesisir. Perubahan demi perubahan terjadi,
termasuk masuknya agama baru yaitu Islam.

Pada akhirnya, pemimpin yang mampu menyuarakan dan membawa amanah hati
nurani rakyatlah yang memenangkan hati rakyatnya. Meski jaman terus
berubah, tak peduli siapapun yang memerintah, asalkan kehidupan aman,
tenteram, damai, dan makmur – maka rakyatpun hidup sejahtera.

Tema cerita Paregreg yang diangkat sebagai rujukan cerita ini, tetap
terasa relevan dengan konteks masa kini, dimana perubahan adalah sebuah
keniscayaan. Perang berkepanjangan ini toh membawa hikmah perubahan yang
dampaknya adalah kebhinnekaan yang kini kita miliki.

KONSEP GARAPAN
Elly D. Luthan sebagai koreografer, banyak mengambil gerakan dan menggali
berbagai bentuk tari rakyat khas jawa Timuran seperti ngremo (Surabaya),
beskalan (Malang), glipang (Probolinggo), gandrung (Banyuwangi). Elemen
musikpun digarap dengan apik oleh Joko Porong dengan antara lain mengambil
idiom Jawa Timuran seperti kentrung dan kuntulan. Di tengah pertunjukan,
tampil kesenian ludruk yang digawangi oleh Cak Kartolo dan kawan-kawan.
Semua ini dikemas dalam balutan cerita yang mengambil setting sejarah
Majapahit oleh Nanang Hape, dalang muda berbakat asal Ponorogo, sebagai
penulis naskah.

SINOPSIS
Perang Paregreg merupakan peperangan yang terjadi antara Majapahit istana
barat yang dipimpin Wikramawardhana, melawan istana timur yang dipimpin
Bhre Wirabhumi. Perang ini terjadi pada 1404-1406 dan menjadi penyebab
utama kemunduran Majapahit.

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Wijayarajasa, hubungan antara
Majapahit istana barat dan timur belum menegang, mengingat Wijayarajasa
adalah mertua Hayam Wuruk. Wijayarajasa rupanya berambisi menjadi raja.
Sepeninggal patih Gajah Mada, Tribuwana Tunggadewi (ibunda Hayam Wuruk),
dan Rajadewi (bibi Hayam Wuruk dan istri Wijayarajasa), Wijayarajasa
membangun istana timur di Pamotan. Setelah Wijayarajasa meninggal pada
1398, ia digantikan anak angkat sekaligus suami cucunya, yaitu Bhre
Wirabhumi, sebagai raja istana timur. Sementara itu, Hayam Wuruk meninggal
pada 1389 dan digantikan keponakan sekaligus menantunya, yaitu
Wikramawardhana.

Perang Paregreg adalah perang yang identik dengan tokoh Bhre Wirabhumi.
Nama asli Bhre Wirabhumi tidak diketahui. Ia adalah putra Hayam Wuruk dari
selir, dan menjadi anak angkat Bhre Daha istri Wijayarajasa, yaitu
Rajadewi (bibi Hayam Wuruk). Tidak puas dengan kepemimpinan
Wikramawardhana, perselisihan antara Bhre Wirabhumi dengan Wikramawardhana
kian memuncak dan berujung pada perang saudara yang terkenal dengan
sebutan Paregreg yang artinya "perang tanpa henti dalam waktu lama".

Perang saudara ini semakin keruh dengan adanya berbagai pengaruh luar yang
masuk ke negeri maritim ini. Salah satunya adalah masuknya agama Islam
yang perlahan mulai menggantikan keyakinan Hindu dan Buddha saat itu.
Akibat perang tak berkesudahan ini, era kejayaan kerajaan Majapahit pun
meredup. Era kerajaan baru dimulai. Perubahan harus pula dialami oleh
rakyat. Akhirnya, hanya pemimpin yang ariflah yang mampu menjamin
kebhinnekaan nusantara.

Informasi lebih lanjut hubungi Gelar di 021-97959286 / 021-7226575
Undangan : Rp. 200.000,- (reguler) / Rp. 100.000,- (balkon)

Terimakasih.

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment