Thursday, February 4, 2010

[ac-i] Pentas Teater Tiyang Alit (UK Teater ITS) "Anak Haram"

 

Pentas Teater Tiyang Alit (UK Teater ITS)

"Anak Haram"

Di Plasa Dr. Angka
Kampus ITS SUkolilo, Surabaya
Jumat 5 Februari 2010
Pk. 19.00
Gratis

Teater tiyang alit
jika dunia adalah cinta, maka kita adalah satu aku cinta kamu.

teater tiyang alit adalah sekumpulan anak muda yang masih saja ingin disebut Manusia. mereka ingin merasakan kehidupan yang lebih hidup, ditengah badai penyeragaman yang marak digencarkan. sepercik konflik batin pribadi dalam rutinitas sehari-hari yang semakin mengaburkan perasaan mereka sebagai "manusia". kebosanan dalam hidup yang statis, menstimulus pemberontakan dalam diri untuk ingin lebih menikmati hidup yang lebih indah. baik itu dari hati, maupun sikap & tutur kata yang didasari rasa cinta, antara manusia satu dengan yang lainnya.

tiyang alit diambil dari bahasa kromo inggil jawa. yang berarti orang kecil, orang miskin, orang yang tertindas. dari nama tersiratlah makna dan esensi kenapa teater ini ada?, untuk apa?, dari apa?, dan kepada siapa?, mereka selalu ingin berkarya. buah kesadaran insan teater tiyang alit tak bisa lepas dari dirinya sebagai mahluk sosial, ditengah maraknya perkembangan teater modern kontemporer indonesia, yang kini makin mengedepankan ego populis teater itu sendiri.

semoga insan teater tiyang alit, nantinya menjadi aktor. aktor yang saat ini sangat sulit didapatkan. aktor yang bukan sebarang pentas karena tuntutan naskah dan sutradara. melainkan aktor yang lebih menjiwai realitas sosial di lingkungan sekitarnya, baik itu dalam skala lokal maupun global, baik itu kampus, kampung, kota, sampai negara sekalipun. apapun skalanya cintanya tetap saja untuk orang-orang kecil yang tertindas(*bila dinegara yang tertindas adalah rakyat, maka di kampus yang sering ditindas adalah mahasiswa).

bukan aktor seperti dalam serial drama sinetron, selesai main dapat gaji. bahkan sebaliknya, aktor yang harus bekerja keras dengan sekuat tenaga dengan tanpa dana sepersen pun, tidak lupa juga selalu mengedepankan kualitas pementasan yang maksimal. walaupun akhirnya berakhir dengan kata "tiyang alit,capek dehh!"

berbuah keringat mereka, selalu ingin mencari jati diri hingga akhir hayatnya. mereka aktor sesungguhnya dalam kehidupan mereka. tak perlu sutradara yang mengajarkan, karena sutradara bukanlah bos dalam pemutusan aktor harus seperti apa. kemerdekaan menentukan peran dan pemaknaan subjektif terhadap peran yang akan di mainkan. itulah yang utama. pematangan penjiwaan oleh mereka sendiri, baik itu mulai dari menulis naskah sendiri, sampai apa yang ingin mereka perankan. singkatnya mereka berperan karena nuraninya merasa, ada yang perlu diungkapkan, dari hitam pekatnya rahasia dari segala ruang hidup sehari-hari. baik itu yang teratur, maupun awut-awutan.

cinta itu indah, karena dia tidak memaksa. dia begitu fleksibel. karena cinta membebaskan. maka bebaslah, kalahkan egomu, jadilah manusia sesungguhnya…

~ oleh teater tiyang alit di/pada 28 Agustus 2009.

http://teatertiyangalit.wordpress.com/2009/08/28/prolog/#more-82

Pada dasarnya Blog teater tiyang alit ini diciptakan tidak lain adalah sebagai usaha untuk mengenalkan Teater Tiyang Alit, kepada mereka yang ingin mengenalnya lebih dalam. Baik itu dari manusia-manusianya, segala aktifitas ke-teater-annya, sampai detail-detail kehidupannya.

"JAS MERAH saudara-saudara, ingat itu selalu, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah", bung Karno berpidato berdiri di podium di depan ribuan rakyatnya dengan  semangat revolusi yang berapi-api.

Tiap para tiyang alit'ers adalah kupu-kupu zaman, berharap menggores tinta kesenian keindahan ke-teater-an di zamannya. Mengharap kebudayaan teater tetap tumbuh subur di zamannya. Hingga bahkan kelak akhir zaman sekalipun berharap para penerusnya tetap menjaga tongkat estafet perjuangan itu turun temurun.

"Adalah mereka kaum muda yang harus selalu memimpin menjadi garda terdepan dalam perubahan" , Soe Hok Gie.

Setiap zaman beralih, haruslah yang muda adalah yang memimpinSeorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengenal dirinya dan yang di pimpinnya dengan baik. Untuk mengenal dirinya dan yang dipimpinnya tentu saja membutuhkan sejarah, baik sejarah diri pemimpin maupun yang dipimpin. Jelaslah seorang teater adalah mereka yang mengenal dengan baik dirinya. Baik itu sejarah diri, lingkungan , kampung tempat ia tinggal bahkan bangsanya dan negaranya. Bolehlah disebut juga seorang teater adalah seorang sejarahwan tulen.

Akhir kata, semoga di bumi Teater Tiyang Alit ini, tidaklah terlahir "angkatan-angkatan gagap" seperti yang tertulis dalam sajaknya Rendra. Semua matang, semua siap, semua berlari, semua kepakkan sayap. Walau nanti akhirnya tulang menjadi debu dan menghilang tertiup angin. Kelak arah sejarah itu tidaklah hilang, menjadi pegangan dalam menyongsong perubahan yang akan datang. Selangkah demi selangkah namun pasti untuk berkata TIDAK, bagi sebuah pertanyaan "Lantas, apakah sejarah itu dibuang saja ke tempat sampah?"

 

 

 


__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment