Thursday, May 27, 2010

[ac-i] Fw: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

 



 
----- Original Message -----
From: ASAHAN
Sent: Thursday, May 27, 2010 11:27 PM
Subject: Fw: Asahan ==> Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

 
----- Original Message -----
From: ASAHAN
Sent: Thursday, May 27, 2010 11:19 PM
Subject: Re: Asahan ==> Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

Bung Djin Siauw yang terhormat,
 
Saya menyambut salam perkenalan bung.
 
Saya agak terkejut membaca tanggapan bung terhadap tulisan saya yang bung katakan: "...saya mendeteksi adanya sebuah dendam kesumat bung terhadap Siauw Giok Tjhan dan anak-anaknya."
Saya merasa bung telah membaca tulisan saya justru dengan emosi tinggi dan juga tidak rasional. Hal itu sungguh tidak saya duga dari bung sebagai seorang sarjana, seorang penulis buku-buku yang serius yang juga ada yang saya tanggapi dengan serius pula. Kalau ada keberatan-keberatan saya tentang peluncuran buku bung, itu bukan berarti saya punya dendam kesumat pada Siauw Giok Tjhan dan keluarganya dan pula dengan alasan apa saya harus mengemban rasa dendam kesumat terhadap keluarga bung. Satu-satunya dari keluarg Siauw yang saya kenal baik adalah Siuw Mei Lie yang saya punya kesan baik terhadapnya hingga kini. Tapi kalau yang bung maksudkan adalah Chan CT yang beberapa waktu yang lalu mengusir saya dari milist kepunyaannya GELORA 45 karena kami punya perbedaan pendapat prinsipil dan politis, itupun saya kira belum cukup untuk satu kesimpulan bahwa saya punya rasa dendam kesumat terhadap Siauw Giok Tjhan dan seluruh keluarganya. Saya sendiri baru mengenal bung dari surat bung yang sekarang dan Chan CT tidak pernah saya lihat mukanya bahkan gambarnya sekalipun. Tapi memang antara  saya dan Chan CT pernah terjadi perdebatan singkat yang sangat serius hingga dia mengusir saya dari milistnya dan menghentikan perdebatan sebelah pihak. Itu adalah hak dia sedangkan hak saya menjelaskan lebih lanjut sambil mencela perbuatannya yang saya anggap bertindak sebagai seorang diktator kecil di wilayah kecil yang dia kuasai. Kalau bung berkaca dari perdebatan kami, memang mungkin bung akan merasakan adanya faktor emosi namun tentu tidak hanya dari sebelah pihak. Sedangkan komentar saya terhadap peluncuran buku bung sama sekali tidak ada soal emosi, tidak ada soal melampiaskan dendam kesumat seperti yang bung bilang dan tuduhkan dan itu semata opini dari saya sendiri, pendapat, tanggapan dengan sedikit ulasan dan argumentasi yang saya ajukan. Bukankah opini saya itu masih bisa dibaca dan bahkan dihakimi oleh setiap orang apakah itu adalah pelampiasan dendam kesumat dan melancarkan permusuhan dengan seluruh keluarga bung. Semua orang bisa memberikan pendapat dan hingga sekarang belum ada orang yang memberikan pendapat terhadaap tulisan saya kecuali bung sendiri. Namun saya merasa senang kalau ahirnya bung memberikan tanggapan terhadap tulisan saya. Sayangnya bung lebih banyak melontarkan emosi bung daripada menjawab dan menganalisa punt-punt yang saya ajukan dan lalu memberikan penilaian sebagai tulisan saya yang tidak sehat dan tidak rasional. Sudah tentu itu adalah hak bung untuk menilai demikian.
 
     Memang saya pernah mengatakan bahwa seorang putra Siauw Giok Tjhan yang mempromosi ayahnya sebagai seorang patriot bangsa terasa kurang etis, setidaknya bagi saya sendiri. Kata patriot  adalah kata yang sangat besar apalagi seorang yang telah mendapat pengakuan dan gelar patriot bangsa. Menurut saya, bilapun Siauw Giok Tjhan itu pantas disebut sebagai patriot bangsa Indonesia, biarlah orang lain yang menyebut dan mempromosikannya. Dan itu pendapat saya sedangkan orang lain bisa saja mempunyai pendapat lain. Dan juga kalau ada timbul opini-opini yang mengenai pandangan politik Siauw Giok Tjhan yang pernah ada sebagai seorang yang sesungguhnya anti Komunis, itupun juga sebuah opini, sebuah informasi yang saya sendiri sudah juga tegaskan  bahwa masih perlu dibuktikan secara hitam di atas putih. Namun sebuah opini yang sudah bergulir sudah tidak bisa ditarik kembali karena yang tinggal adalah pembuktian lebih lanjut apakah itu benar atau tidak. Jadi kalau bung cepat-cepat menuduh saya menaruh rasa dendam kesumat dan permusuhan terhadap keluarga Siauw Giok Tjhan dengan opini yang pernah bergulir tersebut, saya kira bung terlalu terburu nafsu yang mestinya bung bertanya terlebih dahalu  dari mana sumber opini demikian sambil juga membuktikan bahwa opini demikian tidak benar menurut bung.
 
Barangkali bung juga mengetahui bahwa abang saya yang Sobron Aidit (alm) adalah salah seorang pengurus besar BAPERKI bahkan kalau saya tidak salah ingat pernah menjadi wakil ketua BAPERKI yang hubungannya dengan Siauw Giok Tjhan sangat baik dan itu saya ketahui menurut cerita-cerita Sobron sendiri pada saya. Saya mengenal dan mendengar kebaikan-kebaikan Siau Giok Tjhan justru dari abang saya Sobron itu. Tapi tentu saja hal ihwal sejak itu sudah sangat berkembang dan bahkam merumit oleh peristiwa besar G30S. Kita tidak menutupi adanya pengkhianatan beberapa kader-kader tinggi PKI sendiri dan selanjutnya pengkhianatan kaum Oporkaki PKI (Oportunis kanan-kiri PKI) yang hingga saat ini masih aktif mencari jalan kolaborasi dengan para penguasa penerus Orba untuk tujuan-tujuan oportunis mereka. Semua para tahanan, buangan di penjara-penjara dan tempat pembuangan seperti di pulau Buru yang disiksa dan dididik oleh rezim suharto dan orbanya, sudah pasti telah mengalami goncangan ideologi yang luar biasa dahsatnya. Sejarah dan pengabdian mereka terhadap Partai maupun bangsa  sebelum terjadinya peristiwaG30S sudah banyak yang menjadi tanda tanya, berubah kwalitas yang memerlukan penilaian kembali dan koreksi-koreksi yang Siauw Giok Tjhan-pun tak bebas dari penilaian dan pengoreksian kembali atau seperti yang disebut banyak orang sekarang ini sebagai pelurusan sejarah yang berlaku tidak saja terhadap sejarah yang dibengkokkan oleh rezim orba suharto tapi juga pelurusan sejarah di kalangan intern kaum kiri dan kaum progressif lainnya. Dan untuk semua ini, timbulnya dan berkembangnya berbagai opini dan informasi-informasi baru tidaklah bisa dihindari dan semua orang hanya harus menghadapinya dengan rasional dan tidak emosional, saya setuju dengan bung meskipun justru bung melakukannya. Untuk saya tidak apa-apa karena saya biasa berbeda dengan siapapun dan saya percaya pada argumentasi, pada rasio, pada mencari kebenaran dari perbedaan. Sedangkan emosi dan fiksi saya gunakan ketika saya menulis roman karena di sanalah dunia yang terbaik untuk melampiaskannya.
Salam hangat,
ASAHAN
 
----- Original Message -----
From: ChanCT
Sent: Thursday, May 27, 2010 4:00 PM
Subject: Re: Asahan ==> Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

----- 原始郵件-----
寄件者: Djin Siauw
傳送日期: 2010年5月27日 0:13
主旨: RE: Re: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

 

Bung Asahan yang terhormat

 

Salam perkenalan!

 

Entah mengapa, saya mendeteksi adanya sebuah dendam kusumat bung terhadap Siauw Giok Tjhan dan anak-anaknya. Tentu wajar saja.  Salah satu konsekwensi keterlibatan seseorang dalam dunia politik adalah adanya permusuhan politik.  Sayangnya, di dalam dunia modern ini, masih saja ada pertentangan politik yang berlangsung dengan permusuhan pribadi, yang tidak bung kenal, tapi mengikutsertakan emosi, sehingga perdebatan yang saya lihat terasa tidak sehat dan tidak rasional.

 

Surat pendek ini tidak ditulis untuk memaksa bung menghilangkan rasa kecewa atau dendam. Apapun alasannya, bung berhak merasa kecewa dan berhak mengendap rasa dendam kusumat terhadap kami.

 

Ada beberapa hal yang mungkin perlu dikemukakan sebagai respons terhadap tulisan bung yang cukup panjang lebar:

 

1.   Kami, terutama saya, tidak menuntut Siauw Giok Tjhan dihargai sebagai seorang pahlawan.  Itu bukan hak kami. Itu akan ditentukan oleh sejarah dan Rakyat yang bersangkutan di kemudian hari.

2.   Saya menggunakan predikat "patriot" dalam judul buku karena memang kami, anak-anak-nya, besar melihat Siauw mencurahkan seluruh hidupnya untuk kepentingan Indonesia. Bilamana ada pilihan antara kepentingan keluarga dan pekerjaan, ia selalu memilih pekerjaan atau tugasnya. Kami besar dalam suasana itu. Akan tetapi kami tidak menuntut masyarakat menerima predikat itu.  Acara bedah buku dilangsungkan untuk memperdebatkannya. Saya cukup gembira mendapati semua pembicara, yang tidak dapat dikatakan semuanya pendukung Siauw,  menerima predikat itu.

3.   Buku-buku yang diluncurkan hendak meluruskan sejarah dari perspektif riset. Lagi-lagi, masyarakat-lah yang akan menentukan apakah isinya sesuai dengan Kejadian sejarah yang sesungguhnya.  Yang jelas hasil riset saya bertentangan dengan versi resmi pemerintah Orde Baru.

4.   Dalam hal komunitas Tionghoa, Siauw Giok Tjhan dan Baperki tidak pernah menganggapnya sebagai "tamu" di Indonesia.  Sejak tahun 1932, Siauw Giok Tjhan telah berkeyakinan bahwa Indonesia adalah tanah air komunitas Tionghoa dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tubuh Nasion Indonesia. Perjuangan panjang yang dilakukan justru ingin meng-eliminasi pandangan bahwa komunitas Tionghoa adalah "anak ngenger" di dalam wilayah RI.

5.   Saya tidak setuju dikatakan bahwa perdebatan assimilasi dan integrasi bisa berkepanjangan. Menurut saya, masalahnya sudah selesai. Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi!  Dinegara-negara masyarakat modern sudah menolak assimilasi, apalagi yang dilaksanakan secara paksa dengan kebijakan pemerintah. Yang sekarang diterima secara wajar oleh banyak negara maju adalah pluralisme atau multikulturalisme, yang menurut saya, hakekatnya merupakan kelanjutan paham integrasi wajar dan untuk Indonesia merupakan esensi Bhinneka Tunggal Ika.

6.   Sejarah pula-lah yang akan membuktikan dan menentukan apakah Siauw Giok Tjhan pernah mengkhianati kawan seperjuangannya dan apakah motivasi perjuangannya murni untuk komunitas Tionghoa dan Nasion Indonesia.

 

Salam Hangat

 

 

 

 

 

 

From: ChanCT [mailto:sadar@netvigator.com]
Sent: Wednesday, 26 May 2010 10:05 PM
To: Undisclosed-Recipient:;
Subject:
轉寄: Re: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

 

----- Original Message -----
From: ASAHAN
To: AKSARA SASTRA
Sent: Wednesday, May 26, 2010 12:11 PM
Subject: Re: Bls: [t-net] Re: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)



Pertikaian antara penganut paham assimilasi (pembauran) dan paham integrasi di kalangan keturunan Tionghoa mungkin akan abadi. Dan itu tidak sukar dipahami karena dua pendekatan yang berbeda. Penganut paham pembauran lebih cenderung dengan pendekatan antropologis sedangkan penganut paham Integrasi lebih cenderung dengan pendekatan Ras atau genetika. Tapi memang harus dicatat bahwa pendekatan dari segi pembauran yang digalakkan di jaman suharto, tekanan utamanya adalah pembauran yang dipaksakan dengan tujuan agar semua keturunan Tionghoa yang dicap suharto sebagai komunis, simpatisan komunis, berkiblat ke RRT, harus menghilangkan identitas ras dan antropologi-nya menjadi Indonesia seratus persen yang dianggap suharto akan bisa dicuci otaknya agar tidak menjadi komunis dan menjadi Indonesia meskipun masih tetap bisa didiskriminasi bila perlu dan menguntungkan. Politik suharto dengan dua mata pisau-nya  terhadap etnis Tionghoa ini sesungguhnya politik adu domba suharto terhadap etnis Ti
onghoa yang sering tidak tertangkap oleh etnis Tionghoa sendiri dan mereka anggap sebagai soal intern etnis mereka sendiri yang itu sangat menguntungkan politik adu domba suharto: pertikaian yang bisa abadi  yang hanya diselingi waktu jedah panjang menaik dan menurun dalam segala rezim penguasa Indonesia yang reaksioner.

Politik yang diusung Siauw Giok Tjhan dengan Baperki-nya adalah politik paham integrasi dengan rakyat Indonesia atau politik yang memasang jarak tertentu, sambil juga mempertahankan sifat antropologis meskipun yang pokok adalah tetap saja sifat ras atau genetika  ras Tionghoa sebagai yang utama yang tidak mungkin dibaurkan dengan rakyat Indonesia lainnya. Atau dengan kata lain, etnis Tionghoa yang hidup, lahir maupun tinggal di Indonesia yang telah berketurunan itu tetap saja harus menjaga status mereka sebagai "status tamu" dalam negeri Indonesia yang berhak mempertahankan semua budaya asal mereka sebagai bangsa pendatang. Mentalitas yang begini sama sekali tidak salah dan juga wajar dan memang tidak bisa lain karena juga menyangkut hak azasi manusia. Tapi yang mungkin akan salah adalah bila mentalitas demikian lalu berlebihan dan selalu menuntut hak istimewa sebagai bangsa pendatang, bangsa tamu dan eksklusiv. Umpamanya lalu menghidupkan rasa yang selalu didiskriminasi yang berlebi
ham, terlalu peka (super sensitiv) terhadap apa saja yang dirasakan dibedakan, dan ahir-ahirnya cenderung menjadi etnis yang selalu ingin dimanjakan, diistimewakan terutama ketika menemui nasib baik dan masib buruk. Ini segi kelemahan paham Integrasi yang bila tidak disedari dan diwaspadai akan selalu tumbuh subur dan juga acuut tapi juga laten. Dan bila terjadi segi yang negatif ini maka pertikaian ras atau rasialisme antara etnis Tionghoa dan etnis-etnis lainnya di Indonesia, akan selalu bisa meledak kapan saja, tanpa bisa diduga waktunya dan bisa terjadi dalam setiap rezim reaksioner yang manapun terutama yang sedang memberlakaukan demokrasi palsu atau HAM munafik.  Tapi itu tidak berarti kalau paham pembauran atau assimilasilah yang akan memecahkan soal ini. Penterapan assimilasi sangat tidak mudah dilakukan dan memerlukan waku yang luar biasa panjangnya dan pula tidak selalu stabil karena perasaan etnis semula, setiap waktu bisa timbul kembali dan tidak setiap orang bisa melakuk
annya tanpa kesukaran dan hambatan psikolog!
 is yang serius. Sifat kesukarelaan maupun paksaan dalam politik pemabauran etnis bisa tidak stabil dan bisa bermutasi setiap saat.

Siauw Giok Tjhan dan Baperki-nya ingin mempertahakan sifat integratif dari kaumnya dan tetap mempertahankan sifat etnis tamu  di tengah-tengah rakyat atau etnis-etnis Indonesia lainnya. Orang bisa menilai dia sebagai patriot Indonesia cinta tanah air, cinta Indonesia, berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indoneia di masa silam dsb, tapi itu belum segala-galanya karena type yang demikian bukan hanya Siauw Giok Tjhan seorang diri dan masih banyak tokoh patriotik dari berbagai etnis Indonesia lainnya yang punya jasa dan pengabdian terhadap negeri dan bangsa Indonesia. Pengutamaan dan penonjolan asal etnis dalam menilai jasa-jasa seorang patriot bisa tergelincir  justru ke jurang rasialisme, iri hati, kecemburuan etnis, yang bisa sangat mudah disalah gunakan kaum reaksioner dan penguasa reaksioner untuk kepentingan mereka dan nafsu rasialisme mereka. Di samping itu Siauw Giok Tjhan masih mempunyai tanda tanya yang semakin besar mengenai motivasi kedekatannya dengan Partai Komunis Indones
ia (PKI) yang motivasi itu berbau tidak sangat positif. Siauw Giok Tjhan justru dipromosi oleh keluarganya sendiri sebagai patriot besar justru di atas puing-puing kehancuran PKI yang dulu pernah didekatinya di mana dia dan kaumnya telah mendapat perlidungan terpercaya dan terkonsekuen. Penonjolan tokoh Siauw Giok Tjhan di saat yang demikian adalah juga sama dengan bunyi pepatah Indonesia"MENOHOK TEMAN SEIRING" atau menohok PKI, menohok kaum progressif lainnya yang dulu sangat menyokong dan bersimpati dengan Siauw Giok Tjhan dan Baperki-nya. Karena, teman seiring yang sejati dan saling setia selalu bersama bangkit dan bersama jatuh dalam situasi yang bagaimanpun. Dan kalau di masa datang bukti bukti bahwa Siauw Giok Tjhan memang benar-benar anti Komunis yang bersembunyi dan berlindung dalam kubu Komunis maka itu lebih serius dari sekedar pengkhianatan karena itu adalah penipuan. Tapi untuk sementara penipun itu masih belum tercantum seperti hitam di atas putih karena masih harus menu
nggu bukti yang lebih meyakinkan. Namun gej!
 ala-gejala yang menuju ke arah bukti-bukti selanjutnya sudah semakin jelas terlihat dan terasa dan itu semakin diperkuat oleh tulisan-tulisan anaknya sendiri.
ASAHAN

  ----- Original Message -----
  From: thiokengbouw
  To: tionghoa-net@yahoogroups.com
  Sent: Tuesday, May 25, 2010 11:48 PM
  Subject: Re: Bls: [t-net] Re: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)


        Pak Singo yg baik,

        Perkenankan saya beri sedikit keterangan mengenai Tan
        Swie Ling.

        Tan Swie Ling adalah sahabat karib saya, mantan Sekjen PPI,
        ( Permusyawaratan Pemuda Indonesia ) Pusat 1964-1965.

        Permusyawaratan Pemuda Indonesia adalah organisasi
        massa pemuda yang dibentuk dan dibawah asuhan Siauw
        Giok Tjhan sendiri. Sekjen PPI Pusat yang pertama adalah
        Kwik Kian Gie (1955-1957).

        Thio Keng Bouw






        -------Original Message-------

        From: singo menggolo
        Date: 05/26/10 00:46:50
        To: tionghoa-net@yahoogroups.com
        Subject: Bls: [t-net] Re: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

         
        s.Sebenarnya pembicara yang paling berbobot adalah pak Tan Swie Ling,dia adalah anak buah langsung SGT dan anggauta Baperki.
        Menurut Tan akar semua masalah Tionghoa adalah pasal 6 UUD 45,akibat pasal 6 inilah makanya SGT mendirikan Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia[BAPERKI],dari namanya saja Baperki dibentuk awalnya hanya untuk menyelesaikan masalah kewarganegaraan [Tionghoa]di Indonesia karena statusnya menjadi tidak jelas akibat istilah Pribumi dalam pasal 6 UUD 45 tersebut,bahkan pernah dimanfaatkan oleh penjajah Belanda dalam upayanya kembali menjajah Indonesia tahun 1948.
        Untuk mengadu domba Tionghoa dengan Pribumi di Jawa Timur ada sekelompok "laskar"yang diperlengkapi dengan seragam menggiring lelaki2 Tionghoa ke Luar Kota dan dibantai habis,begitu pula di Tangerang segerombolan"Laskar"menggiring para lelaki Tioanghoa dibawa ke gudang beras untuk dibakar hidup2,tetapi sebelum hal tersebut terjadi tiba2 muncul tentara NICA menyelamatkan para orang Tionghoa tersebut,sehingga munculah isu bahwa laskar2 Pribumi berusaha membakar hidup2 orang Tionghoa, "beruntung" berhasil diselamatkan oleh tentara Belanda.
        Rekayasa tersebut berhasil menimbulkan kecurigaan dan kebencian orang2 Tionghoa pada Pribumi,semua rekayasa tersebut diketahui oleh wartawan2 Tionghoa dan Wartawan Pribumi,oleh sebab itulah SGT dan kawan2 bertekad membentuk BAPERKI untuk menyelesaikan kewarganegaraan warga Tionghoa dan Timur Asing lainnya seperti India dan Arab.
        Tan juga menceritakan penderitaan2 masyarakat Tionghoa akibat pasal 6 tersebut,seperti PP 10 dan tindakan2 rasialis lainnya seperti kewajiban membuat SKBRI dsb.
        Sayangnya setelah 61 tahun dan jatuh kurban ratusan ribu warga Tionghoa akibat pasal 6 Tersebut,baru dengan UU no 12 2006 masalah kewarganegaraan Tionghoa tersebut diselesaikan meskipun masih perlu UU pelaksanaan lainnya segera diterbitkan.

        nuwun sewu,

        singo.

        

        ________________________________
        Dari: ulysee_me2 <ulysee_me2@yahoo.com.sg>
        Kepada: tionghoa-net@yahoogroups.com
        Terkirim: Sen, 24 Mei, 2010 10:16:42
        Judul: [t-net] Re: Peluncuran buku: RENUNGAN SEORANG PATRIOT INDONESIA (2)

         
        Sebetulnya pembicara pertama bukan Ratna Sarumpaet, melainkan Muslim Abdurrahman (MA) , lupa dari mana, tapi ada hubungannya sama Gus Dur deh. MA bilang sudah sering baca buku Siauw Giok Tjhan, (tu stip, tuis SIAUW nya udah diperbaiki) hanya saja lebih senang sekarang mendapat tulisan Siauw dengan bahasa yang lebih populer.

        Lalu MA bilang sekarang tahu ada tiga istilah, TIONGHOA yang lebih menghormat, CINA yang katanya sedikit menghina, dan CINO yang dikeluarkan dengan gereget.

        MA menyatakan bahwa masalah tionghoa merupakan proses segregasi yang sulit dihilangkan. (Gue belon cari tahu, segregasi itu apaan siiiiihhhh????) lalu MA membandingkan tionghoa indonesia dengan Tionghoa Thailand. Kalau di Thailand, kaum pribumi itu diannggap kaum bergengsi, jadi pendatang tertarik untuk berbaur. Sedangkan di Indonesia, kaum pribumi nya dianggap tidak bergengsi sehingga tionghoa di Indonesia tidak tertarik untuk berbaur. (Ada benarnya juga tuh. Salahnya Belanda donk ya, mensegmen-segmenkan penduduk kek begitu)
        Itu sedikit yang ge simak dari pembicaraan MA,

        Selanjutnya yang bicara itu Asvi Warman Adam (AWA) seorang sejarahwan dari LIPI. Yang membuat semua orang terbangun, karena AWA ni satu satunya yang menyiapkan diri dengan presentasi, dengan proyektor gede di depan. Dan langsung menggugah karena presentasinya diberi judul TIONGHOA KIRI hehehee.

        AWA cerita, biasanya yang dianggap kiri kiri itu yang dianggap jahat, tidak baik, padahal sebetulnya urusan kiri-kanan itu berawal dari urusan tempat duduk di parlemen Perancis. Siapa yang duduk di kiri ketua parlemen dan siapa yang duduk di sebelah kanan ketua parlemen, berikut pengkut-pengikutnya. ( jadi kalau voting nggak pake tunjuk tunjukan jari, orangnya yang pindah tempat, gitu kali ya)

        AWA membedah buku SGT , yang isinya menggambarkan bahwa masalah Tionghoa baru muncul di jaman Belanda. Sebelumnya seperti kita tahu bahwa saudagar2 Cina sudah lama datang dan bermukim, nggak ada masalah, sesudah datang belanda baru jadi masalah.

        AWA juga menyoroti kejadian yang dipaarkan SGt dalam tulisannya, mengenai peristiwa razia Sukirman (kabinet SU_SU begitu SGT menyebutnya) yang melakukan Razia lalu menahan kurang lebih 2000 orang yang dianggap KIRI, ada hubungannya dengan perang Korea, dan menceritakan bahwa saat itu SU-Su perlu alasan untuk tangkap orang, sehingga dibuat kejadian sekelompok orang yang berkaus palu-arit menyerang markas polisi di Madiun. Kejadian ini yang kemudian menjadi alasan untuk Razia itu.

        AWA juga menyoroti kejadian, dimana SGT lagi di penjara, sempat keluar penjara karena sakit, ke dokter mata dan dioperasi, berarti waktu itu bener bener sakit, nggak kayak sekarang, kita tahu mulai dariNunung sampai Anggodo, sakit tuh cuman jadi alasan doank.
        AWA juga cerita, waktu menghadiri sebuah pertemuan di Singapura, disana dibahas masalah Chinese overseas di negara negara lain, jarang yang membahas masalah yang di Indonesia, hubungan Tionghoa dengan agamanya, seperti tionghoa dan Islam, Anton Medan dengan ekonomi spanduknya, atau hubungan Tionghoa dan Kristen, dimana keputusan gereja dalam hubungannya dengan Tionghoa itu sebetulnya tidak lepas dari kepentingan ekonomi.

        Menarik, menyimak paparan AWA, walaupun bedah bukunya cuman seuprit dibanding penjelasan yang OOT, out of topic.

        Berikutnya pembicara Ratna Sarumpaet (RS) yang mengawali dengan "pengen tanya sama AM, dan AWA, bener gak sih bahwa 8 dari 9 wali songo itu keturunan Cina?" yang langsung ditepukin sama seisi ruangan.

        RS bilang melalui buku SGT jadi memahami betul bagaimana sulitnya menjadi minoritas. Dan bagaimana kekerasan mewarnai perjalanan sejarah kita. Lalu RS menceritakan pengamatannya di Maluku, karena mau bikin novel tentang kekerasan sosial di maluku, RS menyatakan bahwa kekerasan terhadap Tionghoa sewaktu-waktu bisa terulang kalau tidak di-solve dengan benar.

        Ada disebut bahwa problem ini bisa diatasi dengan undang undang, sebetulnya UU kita sudah baik namun harus lebih memperhatikan gerak budaya di masyarakat. SGT memberikan contoh, bagaimana melakoni, menempatkan, berbicara sebagai orang Indonesia. Bukan sebagai bagian dari Indonesia, karena RS tidak setuju istilah bagian itu, melainkan sebagai orang Indonesia seutuhnya.

        Lalu RS bilang sebelum dia melanjutkan, dia mau protes dulu soal Surya Paloh. RS merasa terganggu dengan statement bahwa korupsi terbesar dilakukan oleh Tionghoa. Menurut RS ini pernyataan yang tidak bertanggung jawab, kecuali kalau bisa kasih data mengenainya. (disambut celetukan Harry Tjan, bahwa setiap cino korupsi ada birokratnya). RS juga memprotes ucapan tentang Pengusaha tionghoa Indonesia. menurut RS tidak apa apa kalau Pengusaha Tionghoa berkumpul, toh bukan satu satunya.

        Menurut RS kultur menjadi orang indonesia itu bukan statement2 belaka, harus membuang sekat sekat. Budaya itu keberagaman, kita rayakan saja, bahagia menjadi orang yang beragam, karena itulah yang membuat Indonesia berharga.

        Disini RS lalu menyoroti, ada peristiwa dimana perkumpulan Tionghoa mengundang SBY, lalu menyebut SBY sebagai Bapak keberagaman. RS tidak setuju karena menurut RS, "SBY itu tidak mengerti soal keberagaman"

        Selanjutnya RS kembali ke topik, mengatakan, bicara soal bukunya Pak Siauw adalah soal sejarah. Karena Siaw adalah kawan dari ayahnya RS yang menjadi tapol Sukarno karena dianggap terlibat dalam peristiwa PRD PERMESTA. RS mengatakan bahwa dalam bermasyarakat akan ada singgungan-singgungan, disana akan menuntut seseorang tionghoa-tionghoa yang baik menjadi lebih dari sekedar baik. dan Siauw melakukan itu dengan percaya diri. Sekarang ini yang melakukan itu ada seorang Kwik Kian Gie, namun itu cuman satu, sedikit banget, diharapkan dengan beredarnya buku SGT ini akan ada lebih banyak lagi yang seperti itu.

        Selanjutnya pembicaraan sesi I dilanjutkan oleh A. Dahana, dan terakhir Harry Tjan Silalahi. Tapi gue mau ke dapur dulu ya, ntar cerita lagi.

        [Non-text portions of this message have been removed]



       
       


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wahana-news/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wahana-news/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wahana-news-digest@yahoogroups.com
    wahana-news-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wahana-news-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment