Lalu yang jadi masalah apa,Gayatri?
Kan memang wong malaysia itu keturunan Indonesia.
Misalnya adikmu makan makanan ibumu,pakai baju warisan ibumu,
apa kau berhak sewot?
>>>>>> tampaknya ada beda antara meledek dengan sewot. Itulah kekayaan budaya kita, mulai dari gaya 'nyek-nyek' ala Yogya atau Suroboyo, gaya ketoprakan hingga gaya menyindir tontonan populer "Republik Mimpi" dengan parodi satire-nya. Itulah kekayaan gaya menyindir kita --yang TENTU tidak dimiliki MalingSiak--, yang perlu dibedakan dari kosa sewot semata.
orang malaysia keturunan Indonesia??? saya kira hanya sebagian kecil, ya? kenyataannya kan, ada tiga etnis besar disana. dan kalau mau dirunut dari mulai perpindahan manusia dari Dongson, ... saya kira, penduduk di Malaysia memang serumpun seperti dengan penduduk lainnya di IndoCina dan Thailand atau bahkan di Filipina
saya memang makan makanan yang dimasak di rumah, aneka ragam, mulai dari rendang --setau saya asal-- padang, satur asem ala sunda dan ala jawa, gudeg kita tahu atau asal yogya atau asal solo, lotis/rujak cingur ala Jawa timuran, ayam tutu dari bali, ikan rica-rica ala menado. Rasanya saya, dan banyak dari antara kita juga tahu asal makanan itu dari suku atau daerah mana. Memang betul secara general itu dari Indonesia, Namun 'nggebyah uyah' itu makanan orang/suku dari Kalimantan Timur atau makanan suku Dayak. ... sama dengan menggebyah uyah bahwa itu warisan, yang selalu didengang-dengungkan pemerintah MalingSialan, sekedar sebagai justifikasi mereka. Warisan apa?? Warisan dari "hongkong"?
Masih soal makan, banyak resto pizza atau pasta atau junk Fried Chicken di Indonesia. Tetapi kalau saya terima tamu asing, saya nggak akan bilang itu makanan orang Indonesia, meski semakin banyak orang indonesia makan junk-food itu dan malah bangga. Beda ya,.. makanan yang kita makan dengan mengindentifikasi asal makanan itu. Saya siih akan risih kalau kita bilang itu warisan budaya globalisasi karena kita dicekoki budaya junkfoood ala amrik. Nggak tau ya, kalau [pemeringtah] MalingSialan tidak merasa risih, ngaku-ngaku. <<<<<<<<<
Baca Negarakertagama, Kitab Raja-Raja Pasai,dsbnya.
Malaysia itu wilayah Nusantara ( ibukotanya Trowulan,Mojopahit).
>>>>>>>> mudah-mudahan nggak diaku-aku, kalau Trowulan letaknya di Semenanjung malaka. atau tiba-tiba di peta malaysia ada titik bernama trowulan?? heuheu... <<<<<<<<
Sampai abad 16 M, antara Gresik,Malaka-Patani Thailand,Aceh-Pahang saling kunjung dengan perahu layar. Baru tengah abad 16 M wong londo mecah-belah.Perjanjian Bongaya memaksa kapal-kapal Nusantara gak boleh saling kunjung.Selanjutnya dibagi2 jadi negara ini-itu Republik ini-itu.
>>>>> Perjanjian Bongaya, kan perjanjian antara Belanda dengan kawasan Indonesia Timur. Ini akibat penjajah. Namun, kalau tak salah, pembagian kawasan Nusantara yangmana kemudian nantinya menjadi Indonesia bukan dari perjanjian Bongaya, deh.
Kalau mau dirunut .... sesungguhnya sejak jaman Sriwijaya abad 5-7 M, daerah semenanjung malaka hingga daerah Siam (sekarang Thailand) memang juga sudah dibawah pengaruh Sriwijaya. Bahkan Ayodhya Wat dibangun dibawah pengaruh Sriwijaya ini juga. (orang Thai sekarang menyebut Sriwijaya dengan Srivicaya). Saya nggak heran kok dengan percampuran budaya macam itu, mirip dengan arus globalisasi budaya masa kini.
Yang saya ajukan kan jelas, bahwa kita semua tahu kok Rumah Gadang asal mana?? Tidak ada tuh bangunan Melayu atau Aceh yang sok mau niru rumah GAdang. Justru identitas yang jelas bagi kita inilah yang menjadi dasar acuan saya. Yang nampaknya tidak cukup jelas bagi adik kita bangsa Malaysia yang menggebyah uyah bahwa itu semua Indonesia yang berarti dengan serta merta bisa dicerap oleh budaya Malaysia (baca: pemerintah Malaysia) yang krisis identitas itu. <<<<<<<<
Yang benci Malaysia adalah orang gak ngerti sejarah atau wong non-pri ( maaf-tapi wong non-pri yang mempunyai faham ekstrimis bukan humanis ).
>>>>>>>> maaf saya tidak mengerti kenapa kok lalu ada tuduhan soal non-pri, segala. Ini asumsi yang menuduh. Udah menuduh, kok ya rasis/diskriminatif. Disertai kesimpulan "benci", padahal sekedar 'nge-nyek' atau mengkritik suatu perilaku. Wah, 'nggak maenan blass'. <<<<<<<
Baca tulisan wartawan ( mantan )Kompas di PRISMA, ia dengan jitu menganalisis, wong kebencian Indonesia terhadap saudaranya
>>>>>>> Kalau me-refer, sebutkan dong, siapa nama wartawan yang menulis. Dan apa judul tulisannya??? Setahu saya,.. majalah Prisma yang baru lahir kembali setelah lama vakum itu, baru 3 kali terbit. Ditulisan yang mana ada kebencian itu dituliskan? <<<<<<<<
Malaysia,adalah kebencian cinta / melihat alter-egonya jadi milik adiknya/ adiknya yang pernah diajarinya kini kaya karena bekerja keras,meninggalkan kakaknya yang ribut rebutan balung pepesan kosong.
>>>>>> saya tidak iri melihat negara MalingSialan maju secara ekonomi, yang adalah satunya berhasil karena perkebunan kelapa sawitnya yang ditanam di Indonesia --dan akan meninggalkan nestapa kehilangan zat hara tanah - tanah Indonesia--, karena sejak dulu memang GDP & GNP Indonesia tidak pernah melebihi MalingSialan. Bahkan dengan Filipina pun tidak pernah melebihi, karena kenyataan bahwa ada beberapa bagian bangsa Indonesia yang memang masih hidup secara subsistem dan tidak terjadi pertukaran ekonomi --yang menjadi dasar penghitungan GDP--, seperti yang terjadi pada berbagai suku di pedalaman. Dan ini memang menjadi keprihatinan saya juga.
Yang saya tidak jelas,... diajari apanya yaa?? Secara sejarah sejak dijajah, Indonesia dan MalingSialan itu sudah berbeda. Diajarin oleh penjajah Inggris iya kali, tapi tampaknya --oleh Inggris-- nggak diajarin untuk jadi maling (budaya) deh.
Yang lebih jelas lagi, saya bangga dengan hasil budaya kita,.. baik yang secara tradisi dan kontemporer hingga budaya pop. karena jelas kita tidak pernah akan mengenal penyanyi malaysia, jika dia tidak dipopulerkan oleh komposer Indonesia dan merekam lagunya untuk awal kariernya di Indonesia. Tapi,... hampir semua penyanyi pop Indonesia dikenal di malaysia, bahkan juga sastra Indonesia. Secara budaya Indonesia kaya budaya, mumpuni, tapi ... kita semua tahu dan mengakui budaya tersebut
berasal darimana (rasanya orang Kalimantan atau Sulawesi tidak sudi mengakui tari pendet dari tempat mereka, mislnya). Tidak ASAL meng-
KLAIM. Rasanya,.. hal inilah yang harus dipelajari [pemerintah] MalingSialan itu,.. bahwa diantara para berbagai macam etnis di
Indonesia TIDAK ADA budaya mengklaim antar satu budaya dengan budaya yang lain.
Tampaknya juga, tidak ada korelasi antara keberhasilan ekonomi dengan hal indentitas budaya. Disini, saya makin yakin, kemajuan ekonomi dapat membuat sebuah bangsa justru krisis identitas, seperti yang sedang dialami bangsa dan negara MalingSialan tersebut. Saya menjadi semakin yakin bahwa bangsa dan negara Indonesia memang harus mendaftarkan kekayaan budayanya dalam TRIPS (hak properti dan hak cipta budaya), agar negara seperti MalingSialan itu tidak bisa mengaku-ngaku (baca: memalingi) seenak udelnya. Dan kalau hendak menggunakan, biar saja membayar royalti. Kan negara [lebih] "kaya" ini (dibanding Indonesia). <<<<<<<<
Jangan suka menuduh maling dalam ranah budaya,karena ada teori antropologinya, nanti kamu dibilang bodoh lho.
Sekarang kita misalnya, dituduh India maling Ramayana gak mau kan???
>>>>>> Memang betul sekali, kebodohan paling bodoh dari [pemerintah] MalingSialan adalah ketika menggunakan "Reog Ponorogo" untuk iklan pariwisatanya. Soalnya, tarian "Reog" itu kan punya konteks budaya yang melekat, yang menjadikannya khas masyarakat Ponorogo. Bahkan masyarakat Surabaya atau Solo juga tidak bisa meng-klaim itu milik mereka, Itu Khas Ponorogo!! Konteks budaya yang saya maksud adalah dalam konteks antropologi, bahwa "Reog Ponorogo" juga diiringi fenomena antropologi Warok-Gemblak, dan sudah dikaji oleh banyak antropolog. Jadi, itu benar sekali merupakan kebodohan yang serampangan dari iklan pariwisata [pemerintah] MalingSialan dalam hal, apakah 'Reog Ponorogo", "Tari Pendet'... atau yang lainnya.
Untungnya, dalam kajian perbandingan budaya India dan Jawa (baik melalui antropologi maupun melalui kajian inter-disiplin ilmu), MEMANG SUDAH DIKENAL adanya Mahabharata dan Ramayana versi India dan versi Jawa. Dan sudah ada yang membandingkan isinya. Ditulis antara lain oleh Astri Wright dosen pada Universitas Victoria di Kanada. (ditulis dalam bukunya yang berdasarkan tesis beliau, maaf saya lupa judulnya, tapi bisa di google kok).
Bedanya, kenapa orang Jawa tidak dituduh sebagai maling, karena adaptasi dan akulturasi budayanya berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah percampuran budaya tersebut. Juga ada konteks budayanya, dimana apakah Mahabharata atau Ramayana di Jawa, digunakan dalam lakon-lakon wayang atau tarian.
Sementara di India tidak menggunakan wayang (menggunakan medium yang lain), misalnya, sehingga menjadi identitas yang dalam kajian resmi antropologi dan perbandingan budaya... versi Jawa tersebut. .... Salah seorang ahli Mahabharata dan sansekerta di University of British Columbia, Profesor Emeritus Mandakranta Bose (yang aslinya berasal dari India/ Colkotta), juga sudah mengakui keberadaan Mahabharata versi Jawa itu.
Beda memang, jika terdapat sejumlah fakta/bukti ilmiah, dengan yang serampangan saja, seperti yang telah dilakukan oleh oknum-oknum dari negara MalingSialan, yang mengambil secara 'plek-plekan'. Kalau langsung mengambil 'plek-plekan; macam gitu,.. yaa apa lagi kalau bukan teuteup: .... "Malaysia Trully Indonesia wannabe" <<<<<<<<<
Salam,
--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, "BJD. Gayatri" <bgayatri07@...> wrote:
>
> Negara Jiran Maling-Sialan itu bilang; pavilyun mereka di Shanghai Expo adalah cerminan gaya hidup "malaysia" yang sebenarnya. ehem!!!
> Coba Tengok
> Rumah Melayu gaya Rumah Gadang Minangkabau. Kayaknya bangsa Indonesia yang terdiri dari lebih 300 etnis bisa membedakan ya,... suku Melayu tidak berRumah Gadang,
> seperti juga, suku Melayu juga bukan bertradisi batik, namun bertradisi Tenun Ikat atau Songket.
> Jangan-jangan tarian yang disajikan adalah reog ponorogo dan tari bali,kalleee...
>
> Beda iklan pariwisata, beda pavilyun nya. Tampaknya, pavilyun ini tidak
> menunjukkan slogan iklannya.
> Menambah keyakinan saya: Malaysia Trully Indonesia wannabe-lah. heuheu
>
> http://www.bernama.com/bernama/v5/newsgeneral.php?id=499255
>
No comments:
Post a Comment