di fb hudan hidayat dan sesudah sastra, jurnal sastra tuhan hudan, saya telah meninggalkan nyaris seribu esai, dan menebarkan kata kata di mungkin ratusan pengarang indonesia di sana. saya kira bekal itu sudah cukup untuk kawan kawan maya bergerak mandiri, untuk bersemangat dan memiliki kepercayaan diri mereka sendiri sebagai sastrawan indonesia. kini saya hendak memakai waktuku untuk
mengerjakan proyek yang bagiku sendiri adalah raksasa, sebelum kembali lagi ke sana (fb). untuk membangun kembali dunia pemikiran dengan mengutuhkan pecahan pecahan pikiran dunia ke dalam kesatuan pandang. bukan untuk mengutip mereka, tapi meletakkan mereka ke jalur yang sebenarnya. dan lalu muncul dengan gagasan filsafat saya sendiri. banyak orang pintar di negeri ini, tapi yang tak mereka
miliki adalah passion untuk menjadi filsuf. seperti pengarang yasraf amir piliang dengan bukunya postrealitas itu.
tapi tak apa. kita tak boleh mengeluh. bangsa ini tidak membutuhkan keluh. orang tak membuatnya maka kita akan membuatnya. sayalah yang akan menjadi filsuf itu. sayalah filsuf. filsuf? mengapa tidak? filsuf itu tak lebih dari tukang cukur rambut: profesi juga seperti profesi lain lainnya.
yasraf kurang apalagi otaknya?
tapi dia hanya mengilustrasikan pikiran orang lain.
ada sedikit pikirannya di ujung buku tapi hanya itu.
dia bukan filsuf.
yang kita butuhkan adalah filsuf.
untuk menerangi dunia ini dari segi sudut pandangnya sendiri. kant melawan hume dan hume melawan descartes. itulah yang kita butuhkan. being and time dilawan dengan being and nothingness. pikiran modern dewasa ini kurang menarik minta saya, karena apa yang mereka tampilkan memang baru, tapi tak hakiki. simulakra itu misalnya. kita memang butuh penyimpangan dari disain, tapi penyimpangan yang
memberi arti mengatasi disain. metafisika tak akan terbunuh hanya dengan hadirnya mode sesaat saja - mode kaum filsuf terakhir ini.
huhi
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment