[Attachment(s) from Panitia Pentas Kakilima included below]
Yth. Bapak/Ibu Redaksi Media Massa Di Tempat Hal : Rilis dan Undangan Salam mulia, salam bahagia. Bersama ini kami kirimkan rilis acara "Aceh Membaca Jakarta", mudah-mudahan dapat dimuat di media Bapak/Ibu untuk meluaskan informasi kegiatan seni ini. Sekaligus kami mengundang Bapak/Ibu untuk hadir menyaksikan acara tersebut. TERIMA KASIH. Salam, Fikar W. Eda Mustafa Ismail Seniman Aceh Baca Jakarta JAKARTA--Penyair asal Aceh Fikar W. Eda, Mustafa Ismail beserta seniman Aceh lainnya menggelar pertunjukan kakilima di Planet Senen, Tugu Depan Stasion Senen, Jakarta, Selasa 11 Mei 2010 pukul 15.00-18 WIB. Pentas bertajuk "Aceh Membaca Jakarta" ini melibatkan puluhan penari, anggota kelompok Didong Ciputat, kelompok seni Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah, kareografer Aceh Dekgam, Dek Tek, Taufik, IIawati, Devie Komala Syahni, Edi Milfaris musisi Aceh di Bandung, dan lain-lain. Pertunjukan ini hasil kerjasama Komunitas Planet Senen (KoPS) dan Kampanye Seni dan Humaniora (KASUHA). Menurut Fikar W. Eda, pertunjukan ini mengambil bentuk pertunjukan tukang jual obat keliling di Aceh. Tukang obat biasanya menyuguhkan atraksi kesenian, seperti musik, bercerita, sampai akrobat dan sirkus sambil memperdagangkan obat. Itu dilakukan untuk menarik pengunjung. "Dalam pertunjukan ini, kami melakukan hal yang sama. Tapi yang kami jual bukan obat, tapi benda-benda seni seperti buku, rencong, kaos oblong dan lain-lain," kata Fikar W.Eda. Pertunjukan mengambil tempat ruang publik dimaksudkan lebih mendekatkan seni dengan masyarakat. "Dulu di Aceh pertunjukan seni dilakukan di lapangan terbuka, halaman sekolah, tegalan atau sawah setelah musim panen. Antara seni dan masyarakat tanpa jarak," ujar Fikar. Pentas ini ingin menegaskan bahwa semua tempat bisa dijadikan sebagai ruang pertunjukan, termasuk kaki lima, halte, terminal bus, stasion kereta, taman, gang-gang di perkampungan padat Jakarta, pos ronda, pasar, dan sebagainya. "Pentas Kaki Lima berangkat dari kesadaran itu," Mustafa Ismail menimpali. Pertunjukan seperti ini diakui bukan hal baru. Bersama para seniman Aceh, Fikar dan Mustafa pernah melakukanya di Banda Aceh pada 1995. "Kami berkeliling dari halte ke halte, jalanan, taman, dan emperan gedung untuk melakukan baca puisi," kata Fikar W.Eda. Selain itu, Fikar menambahkan, ketika tsunami ia bersama para seniman juga berkeliling ke barak-barak pengungsi untuk melakukan pertunjukan seni demi membantu memulihkan trauma dengan mengambil pola pertunjukan "tukang obat keliling". "Kami membaca puisi, hikayat, hiem (teka-teki Aceh), dan lain-lain." Pertunjukan kakilima ini akan terus digulirkan, baik di Jakarta, maupun di kota-kota lain. Pertunjukan di Planet Senen menjadi semacam grand launching. Pertunjukan Kakilima untuk mengusung dan mendorong semangat serta kesadaran seniman untuk memanfaatkan seluruh ruang sebagai tempat pertunjukan. Diharapkan ini akan menjadi sebuah tatacara pertunjukan yang lebih murah dan lebih dekat dengan masyarakat, namun tetap menekankan pada konsep, kualitas dan estetika seni. "Dalam setiap pertunjukan nantinya kami akan membawa wacana baru atau hal-hal kontekstual dengan persoalan yang ada dalam masyarakat." UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT BISA MENGHUBUNGI: FIKAR W. EDA -- 0813-82-400- MUSTAFA ISMAIL -- 0813-8000-4003 IRMANSYAH (PANITIA--Komunitas Planet Senen) --- 0812-916-5649 HTTP://PENTASKAKILI |
__._,_.___
Attachment(s) from Panitia Pentas Kakilima
1 of 1 File(s)
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment