Monday, May 10, 2010

[ac-i] Festival Seni Bantengan 2010 Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto

 

Dengan hormat,

Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto mengharap kehadiran Bapak/Ibu pada Pembukaan Festival Seni Bantengan 2010 pada

 

Selasa, 11 Mei 2010 pukul 08.00 wib

di Lapangan Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

 

Acara berlangsung s.d 13 Mei 2010.

Diikuti 31 kelompok @ 16 orang.

Waktu kegiatan pukul 09.00-16.00 wib

 

Turut merayakan HUT Pemkab Mojokerto ke-717 dan mendukung program seni bantengan sebagai icon Kabupaten Mojokerto.

 

Kegiatan terbuka untuk umum dan gratis.

 

Terima kasih.

 

Kontak person:

1.Bapak H Drs Eko Edy Susanto, Msi, Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto 081 231 89 347

2.Bapak Mulyadi, Ketua I Festival 0321 698 7750

3.Bapak Moedjito, Ketua II Festival 081231 35 9342

4.Bapak Suliyat, Koordinator Festival 085648388887

 

 

 

PROPOSAL

FESTIVAL SENI BANTENGAN

2010

KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

 

 

Penyelenggara:

Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto

Jln. Jayanegara No.04 Puri Mojokerto

Telp. 08123189347

Email : dewankeseniankabmojokerto@gmail.com

 

Kesenian Lokal Mojokerto

"Budaya, identifikasi sebagai bentuk nyata yang mencerminkan keberadaan sebuah bangsa. Relasi keduanya sangat kuat, karena ada unsur kepemilikan". Kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan .

Dalam model multikultural ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut.

Model multibudayaisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: "kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah".

Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau "cultural diversity", cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya.

Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh UNESCO dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai "Ekpresi budaya" (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya

Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat.

Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya.

Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Didasari pemikiran diatas, sebagai bagian upaya menjaga secara penuh kepemilikan atas warisan kebudayaan tradisional bangsa Indonesia yang Agung dan Luhur. Serta menjadikan narasi narasi kecil yang selama ini telah kami lakukan agar mampu menjadi bagian dari sebuah catatan kebudayaan, maka festival seni bantengan 2010 ini kami laksanakan. Sebuah upaya kebersamaan aktivitas budaya agar berguna bagi Bangsa Indonesia tentunya.

Kesenian Bantengan

Bantengan adalah sebuah pertunjukan seni budaya tradisi yang menggabungkan unsur tari, olah kanuragan dan mantra-mantra. Bantengan dimainkan oleh 2 orang dalam sebuah tubuh banteng dimana seorang menjadi kepala dan kaki depan dan seorang yang lain menjadi ekor dan kaki belakang. Kesenian Bantengan lahir sebagai sebuah keragaman budaya masyarakat tradisional untuk mengungkapkan ekspresinya berkesenian sesuai dengan kearifan local. Bantengan menjadi sarana komunikasi baik bagi manusia dengan nenek moyang maupun dengan masyarakat. Dalam pertunjukan seni bantengan terdapat :

1.      Banteng sebagai lakon yang gagah

2.      Buron alas binatang hutan yang mengganggu banteng (adu-adu) seperti macan, harimau, monyet, jepaplok, gumbingan, babi hutan, dll

3.      Babok ( pawang) orang yang mengendalikan banteng dan buron alas

4.      musik jidor, ketipung dan gamelan.

5.      pendekar yaitu orang yang melakukan kembangan dan pencak silat

6.      sandingan yaitu sesaji kepada banteng dan buron alas.

7.      properti bantengan antara lain pecut (cemeti), pedang, toya, obor, dll

8.      kemenyan dan wangi-wangian (trans/kesurupan)

Kesenian Bantengan yang telah lahir dari warisan leluhur yang agung sejak jaman kerajaan Jawa kuno hingga sampai pada saat ini sesuai dengan kepentingan dan fungsinya masing-masing. Sifat- sifat ini yang disebut dengan fungsi Eksternal dan Internal kebudayaan Bantengan.

Fungsi Ekternal, yaitu fungsi kesenian Bantengan pada masyarakat awam atau pada umumnya sebagai bagian dari kesenian daerah atau tontonan kesenian kebudayaan daerah setempat. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kegiatan-kegiatan besar daerah atau Negara, antara lain :

1. Perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus

2. Gebyak Bantengan pada tahun baru jawa, yang lebih dikenal dengan Suran

3. Untuk mengarak acara panghargaan atau selamatan, yaitu : Selamatan desa, khitan, nikah, panen, tanam tuwuh ( menabur bibit tanaman ), dsb

Fungsi internal, Fungsi ini biasanya bersifat hiologis spiritual kesenian budaya daerah setempat. Kegiatan ini biasanya ada beberapa bagian penting yang harus dilakukan kelompok kesenian Bantengan tersebut , yaitu antara lain :

Selamatan kesenian Bantengan pada hari-hari tertentu, Upacara pemandian banteng, Upacara pembuatan kepala banteng, Upacara pengisian spirit spiritualisasi pada alat kesenian banteng, khususnya pada kepala bantengan (Satren). Penyempurnaan alat kesenian Bantengan, yang dianggap sudah tidak bisa digunakan lagi untuk acara-acara gebyak Bantengan (biasanya ini dilakukan dengan larungan atau pembakaran, sesuai dengan tata cara daerah setempat).

Jumlah pemain bantengan minimal 16 orang.

 

 

Perkembangan Seni Bantengan

Saati ini perkembangan seni bantengan di Kabupaten Mojokerto berkembang dengan sangat baik, yang dulunya bantengan persebarannya di daerah Pacet, namun saat ini bantengan menyebar di beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Mojokerto. Tidak hanya itu nilai-nilai kearifan budaya yang terdapat dalam kesenian bantengan ini berkembang melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Hampir setiap lembaga sekolah menjadikan bantengan sebagai wahana ekstrakurikuler dan kesenian lokal yang dijadikan pertunjukan saat berkesenian.

Pelaku Kesenian Bantengan

Kesenian bantengan sempat mengalami kemunduran karena kurangnya regenerasi pada pelaku kesenian yang semakin lama semakin sedikit, namun saat ini kekhawatiran dari berbagai pihak menjadikan penyadaran batiniyah bahwa berkesenian saat ini menjadi hal yang membanggakan karena memiliki nilai kearifan yang luhur terkhusus pada bantengan. Pelaku kesenian bantengan saat ini banyak ditekuni oleh generasi muda dan pelajar sehingga kreatifitas dan penyajian lebih baik dan atraktif serta lebih mengutamakan nilai-nilai historis dan keluhuran budaya.

Wilayah Perkembangan Kesenian Bantengan

Data panitia festival seni bantengan 2010

Kecamatan

Persebaran

Jumlah

Kecamatan

persebaran

Jumlah

Kecamatan

Persebaran

Jumlah

Pacet

 

Padusan

1

 

Treceh

1

Trawas

Jaten

1

Made

2

Sajen

1

Tamiajeng

2

Kambengan

1

Mojokembang

1

Kesiman

1

Kesimantengah

1

Podorejo

1

Gemblung

1

Mbara'an

1

Jatirejo

Bleberan

1

Ngoro

Srigading

1

Kuripansari

1

Mrisen

1

 

 

 

Wiyu

1

Randegan

1

Jumlah

Kembang belor

1

Baureno

1

7 Kecamatan

Sukorejo

1

Kutorejo

Kedunggalih

1

33 Desa

Claket

1

Wunut

1

36 kelompok bantengan

Maron

2

Brubuh

1

16 – 30 orang per kelompok

Bendungan jati

1

Gondang

Slawe

1

 

Kemiri

1

Centong

1

 

Ledok

1

Puri

Balong mojo

1

 

 

VISI DAN MISI

Budaya sebagai bentuk identifikasi nyata yang mencerminkan keberadaan sebuah bangsa. Realisasi keduanya sangat kuat, karena ada unsur kepemilikan. Keragaman budaya sebagai kekayaan bangsa yang diartikan sebagai cara sebuah kelompok masyarakat atau komunitas untuk mengungkapkan ekspresi berkebudayaan sesuai kearifan lokal yang dimilikinya.

Dewasa ini, seni budaya semakin mengarah menjadi senjata utama diplomasi internasional antar negara (politik kebudayaan) dan daya potensi pariwisata untuk mendulang ekonomi maupun devisa. Berdampingan dengan ilmu pengetahuan, eksistensi masyarakat dan keragaman seni budaya yang dimiliki menjadi tolak ukur derajat suatu negara di pandangan negara lain.

Pengakuan beberapa produk seni budaya milik Indonesia oleh negara lain adalah akibat dari ketidakmampuan kita untuk menjaga secara aman kepemilikan seni budaya tersebut dan tentunya hal tersebut sangat mengusik harga diri setiap masyarakat Indonesia.

Maka untuk membangun kembali citra Indonesia sebagai jamrud khatulistiwa perlu tindakan nyata, cepat, dan tepat oleh berbagai elemen masyarakat, diantaranya :

1.      sarana dan prasarana yang memadai oleh berbagai pihak terkait untuk pelestarian dan pengembangan budaya dan kebudayaan.

2.      pendidikan, pengarahan, dan aktualisasi ekonomi budaya semakin mendasar terhadap masyarakat.

3.      kesadaran dan dukungan yang tinggi dari berbagai lapisan masyarakat.

 

TUJUAN PENYELENGGARAAN

1.      Menjadikan Mojokerto sebagai daerah wisata kebudaya dengan kebudayaan lokal

2.      Kebudayaan tradisional lokal mampu membangun Mojokerto dan menarik aspek-aspek lain untuk berkembang

3.      Menyajikan penampilan terbaik dari setiap kelompok seni Bantengan se-kab Mojokerto

4.      Membangun kesadaran bersama atas kepemilikan seni budaya tradisional Bantengan di Mojokerto sebagai salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia

5.      Menyampaikan pesan edukasi, pengarahan dan aktualisasi ekonomi

6.      Sebagai upaya pelestarian dan pengembangan seni kebudayaan tradisi Indonesia

7.      Sebagai ruang kreatifitas masyarakat pelaku, pencinta, pemerhati seni dan budaya melalui rangkaian kegiatan yang terselenggara dalam festival seni Bantengan 2010

8.      Membangun identitas khusus bagi kabupaten Mojokerto melalui festival bantengan 2010 ini.

Sebagai agenda Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto

 

FESTIVAL SENI BANTENGAN 2010

Rencana Kegiatan

Penyelenggara Kegiatan : DKKM (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto)

Nama Kegiatan : Festival Seni Bantengan 2010

Tema Kegiatan : Lokal Art Of Mojokerto

Masa Pelaksanaan : 11 – 13 Mei 2010

Tempat Pelaksanaan : Lapangan Sajen Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur

 

Struktur Panitia

 

Penasehat :

 

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto (Drs. Affandi Abdul Hadi, SH. Mpd)

 

Koordinator Divisi :

Acara : Roni Yuanto

Humas : Sugeng Hariadi, S.Sos

Publikasi : Agus Supriyadi

Perlengkapan : Ashari Nur

Penanggungjawab I :

 

Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto (DKKM) (Drs. Eko Edy Susanto, Msi)

 

Penanggungjawab II :

 

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto (Mokhamad Redjo, BA)

 

Keamanan : Amir

P3K : Yusuf Anwar

Dokumentasi : Abdul Rochim S.Pd.

Ketua I Festival :

Mulyadi, M.MPd.

 

Konsumsi : Niayah, S.Pd

Ketua II Festival :

Moedjito

 

 

Sekretaris :

Samsul Arifin

 

 

Bendahara :

Sri Mulyaningsih, SE

 

 

Koordinator Festival :

Suliyat, S.Pd.

 

 

Kreator Event :

Drs. Ec. Djoko Priyono, A.Par, Msi,

 

 

 

 

 

 

RANGKAIAN KEGIATAN

 

1.      Sarasehan Budaya

Sarasehan budaya merupakan narasi kecil tentang kajian budaya tradisi bantengan yang diikuti oleh pelaku, pemerhati, penikmat, pemerintah daerah, dan pariwisata untuk menjadikan kegiatan ini terkomunikasikan dengan baik dan memberikan pengarahan serta penjelasan tentang kesenian maupun acara festival. Kegiatan sarasehan telah terlaksana dengan baik dan mendapatkan apresiasi budaya yang dapat menjadikan seni tradisi bantengan sebagai sebuah kebudayaan lokal dan merupakan kekayaan budaya nasional. Sarasehan budaya diselenggarakan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 20 April 2010

Waktu : 09.00 – 14.00 WIB

Peserta : Perwakilan dari 30 Kelompok seni bantengan, pelajar, guru, pemerhati seni bantengan.

Tempat : Pendopo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur

 

2.      Festival Seni Bantengan 2010

Agenda utama yang ditunggu-tunggu baik oleh kelompok seni bantengan se kabupaten Mojokerto, pecinta seni tradisi, pemerhati budaya, wisatawan lokal maupun oleh masyarakat luas. Dalam festival ini diikuti oleh 24 kelompok bantengan dari berbagai kecamatan yang ada di kabupaten Mojokerto. Banyaknya kelompok yang ikut dalak festival ini tidak terlepas dari tingginya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesenian ini yang pada masa-masa sebelumnya kurang mendapat ruang ekspresi, pelengkap perayaan karnaval agustusan, kurang menarik dan dianggap membahayakan para penonton.

 

Rencana Kegiatan

1.      Acara : Festival Seni Bantengan

2.      Ruang Lingkup : Se- Kabupaten

3.      Hari : Sabtu s/d Senin

4.      Tanggal : 11 s/d 13 Mei 2010

5.      Waktu : 09.00 – 16.00 WIB

6.      Tempat : Lapangan. Desa Sajen Kec. Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur

7.      Konsep : Arena (1 hari 8 kelompok bantengan durasi waktu 30 menit per kelompok)

8.      Peserta : 24 Komunitas bantengan se-Kab Mojokerto

9.      Estimasi Pengunjung : 4.000 massa / hari

 


__._,_.___
Recent Activity:
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment