Sunday, April 26, 2009

[ac-i] BOOTS PARTY TONITE AT VIA-VIA CAFE YOGYAKARTA!



BOOTS PARTY
Pameran Seni Rupa oleh Pur No More
Senin, 27 April 2009
Via-Via Cafe Yogyakarta

Dimeriahkan oleh:
Sangkakala
The Gembel's (Cock Sparrer cover band)



Doc Mart, DM, Doc Marten ato Dr. Marten yang saya kenal pertama kali adalah merk sepatu boot yang digunakan oleh musisi-musisi dari kota Seattle di awal tahun 90-an yang ironisnya saat saya justru getol dengan musik yang dikumandangkan oleh Entombed, Sepultura, Morbid Angel, Napalm Death, Kreator, Bulldozer, Sodom, Disharmonic Orchestra dan band-band pengusung disharmonisasi heavy metal dan rock n' roll. Sebagai penggemar musik rock teladan kelas kota kabupaten, model sepatu ini pertama kali saya lihat di video klip Pearl Jam berjudul "Alive" saat saya meminjam kaset video serial Lion Maru untuk berpuluh-puluh kalinya di sebuah persewaan video di kota saya. Saat itu, sebagai metalhead sejati, saya tidak puas melihat segerombolan pemuda gondrong berdandan seadannya dan memainkan musik metal yang kental dengan warna hard-rock. Gejolak jiwa saya hanya justru terpaku pada alas kaki yang digunakan oleh gerombolan pemuda gondrong di video klip tersebut. Selain musiknya yang tidak 'semestinya', mereka menggunakan sepatu boot yang berbeda dangan yang biasa saya lihat dalam poster-poster dan pose-pose foto dari band metal/rock yang biasa saya pancang diam-diam di tembok kamar saya pada umumnya.

Pada saat itu juga, jenis sepatu ini dengan mudahnya merubah selera saya akan segala hal. Mulai dari jenis musik yang didengarkan dan dimainkan, cara berdandan hingga harapan akan citra akan tampil beda. Melajulah saya menuju kota Yogyakarta yang saya yakini bahwa kota besar adalah kota yang mengadopsi budaya barat dengan sigap. Dengan uang sebesar Rp. 15.000 tanpa tawar-menawar yang sengit saya dapatkan sepasang sepatu boot 'Pearl Jam' palsu diantara deretan boot serupa sepanjang jalan Malioboro. Saya pun jadi anak band paling mutakhir di kota kabupaten saat itu. Saya merasa lebih hebat didepan teman saya anak-anak Thrash Metal yang menggunakan sepatu Nike Air yang notabene ga becus main basket dan skateboard. Dengan Doc Mart palsu di kaki, ketidakmampuan saya melakukan tekhnik shredding dan hand-tapping pada gitar elektrik saya alihkan pada kocokan senar seadanya dan eksploitasi knob-knob efek gitar Metalizer. Kim Gordon dengan Doc Mart nya adalah cewek super yang paling menawan.

Lima tahun kemudian, setelah saya kuliah, tinggal dan bergaul dengan anak-anak punk di Yogyakarta, saya mulai mengenal secara historis tentang keperkasaan sepatu Dr. Martens. Saya mulai sadar bahwa keberadaan sepatu ini lebih dari sekedar sebuah fashion semata, sebuah citra sosial bahkan politik. Berbeda dengan kultur 'grunge' yang saya yakini sebelumnya, punk memberikan nilai lebih pada jenis sepatu ini. Anehnya, jenis sepatu boot palsu di Malioboro saat itu malah lenyap. Akibatnya, anak-anak punk 'terpaksa' menggunakan boot 'ABRI' yang jelek mirip kulit jeruk. Beberapa anak berusaha memesan pada pengrajin sepatu guna memiliki model yang mirip Dr. Martens. Bagi yang beruntung bisa mendapatkan boot Doc Mart ori dengan harga murah di pasar gelap. Singkat kata, keinginan untuk memiliki Doc Mart adalah satu hal yang sempurna. Jenis sepatu ini digunakan oleh berbagai kalangan, dimana saja, kapan saja dan di tingkat sosial apa saja.

Saya teringat akan sebuah video dokumentasi live performance dari Morissey. Pada video yang saya tonton bersama beberapa teman yang memiliki keyakinan yang berbeda-beda, Morissey (di Indonesia mewakili scene pop) sedang menyusuri jalanan kota dengan boots Doc Mart yang ujung cerita menorehkan sebuah kalimat melalui tabung catnya di sebuah tembok gedung pemerintah bertuliskan "Angelic Upstarts" yang notabene adalah sebuah nama band punk jalanan yang saat itu sangat kontroversial atas kritik mereka atas kebijakan sosial dari kabinet 'Tory' yang dipimpin oleh Margaret Tatcher. Hal ini yang dikemudian hari menghapuskan sekat antar kelompok/komunitas musik di kota pelajar ini.

Boots adalah identitas dan Dr. Martens adalah aktualisasi impian. Sneaker? Sneaker is just a shoe. Boots is a spirit. It's not a shoe.

Wok The Rock,
Realino Bootbois

--
Wok The Rock Against The World
Jl. Nagan Lor 17
Patehan, Kraton
Yogyakarta 55133

http://woktherock.mes56.com
http://www.yesnowave.com

__._,_.___
blog: http://artculture-indonesia.blogspot.com

-----------------------
Art & Culture Indonesia (ACI) peduli pada pengembangan seni budaya Nusantara warisan nenek moyang kita. Warna-warni dan keragaman seni budaya Indonesia adalah anugerah terindah yang kita miliki. Upaya menyeragamkan dan memonopoli kiprah seni budaya Indonesia dalam satu pemahaman harus kita tentang mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment